Di buku itu

1809 Kata
“Jadi apa yangs sudah aku jelaskan kepdamu barusan itu berhasil bukan?” Tanya Atlas kepada Annete dan Annete hanya diam belum menjawab sama sekali. Iya, tebakan kalian benar. Bahwa Atlas baru saja menceritakan apa yang baru daja ia alami terlebih lagi di mana ia hidup dan bagaimana kehidupannya. Membuat Annete seperti berfikir keras, Atlas jelas tidak tahu apa yang di pikirkan gadisbyang tengah duduk di hadapannya. Maka dengan cepat tanpa menberi pertanyaan atau menjawab penjelasan yang di berikan Atlas barusan Annete langsung bangkit dari duduknya dan melabgkah menjauh dari laki-laki itu. “Hey! Kay mau pergi ke mana?” Teriak Atlas kepada Annete yang sudah pergi meninggalkannya begitu saja. Tanpa menatap atau menoleh ke arah lami-laki tersebut Annete menjawab dengan nada yang sedikit berteriak, “Kemarilah! Aku akan menunjukan kepadamu sesuatu,” Jawabnya dengan rasa terburu-buru. Alhsil mau tidak mau pun Atlas juga bangkit dari duduknya berjalan gontai mengukuti arah Annete yang seperti berjalan ke arah ruang bawah tanah. Namun sayang itu bukan ruang bawah tanah, melainkan seperti tempat perpusatakaan kecil karena di sana terlalu banyak buku-buku yang entah Atlas tidak tahu buku apa saja di mana. “Kenapa kau kemari?” Atlas bertanya dan Valerie tidak menjawab smaa sekali sehingga membuat Atlas hanya berdecak pelan karena sedikit kesal bahwa gadis tersebut telah mengabaikannya begitu saja saat dirinya baru saja selesai menjelaskan panjang lebar kepadany. Sial! Menyebalkan bahkan Atlas saja sekarang ini tenggorokannya terasa kering akubat terlalu banyak berbicara tadi dan ya Annete pun tidak memberi dirinya waktu untuk membiarkan dirinya minum atau semacamny. Okay, okay Atlas bersabarlah. Karena ia juga tidak tahu kenapa Annete mendadak bersikap seperti itu. Sial! Sangat sial! Huh! “Ada yang ingin aku tunjukan kepdamu,” Akhirnya setelah beberapa waktu gadis itu terdiam alhsil Annete membuka suara menjawab semu ucapan Atlas kepadanya. Dan juga sekarang ini Annete seperti haknya sibuk mencari sesuatu yang entah apa itu Atlas tidak tahu. Tetapi yang pasti dan bisa Atlas tebak bahwa apa yang di cari oleh gadis tersebut sangatlah penting. Hanya menebak saja sebenarnya,karena dari gerak gerik ya saja sudah sedikit terlihat bahwa gadis tersebut memang sednag mencari sesuatu yang penting. Semua orang bisa menilai hal tersebut kok. “Sial! Kemana sih bulu itu,” Oceh Annete lada diri sendiri membuat Atlas hany diam dan juga sedikit mebgelilingi ruangan tersebut. Selangkah demi selangkah Atlas menelusuri ruangan itu sevari beberapa kali tangannya mengambil beberapa buku yang entah apa itu isinya. Bamun yang lasti di saat Atlas berada di tempat meja dan kursi dan menemukan buku yang tergelatak di sana membuat Atlas langsung mengambil buku tersebut. Setelah ia ambil, tangannya membuka asal setiap lembar buku itu. Tanpa membaca apa isi di dalamnya dan juga halaman belakang buku tersebut. Yang Atlas baca hanya halaman dean, di mana judul buku itu adalah buku INVISIBLE DIAMOND “Kau sedang mencari buku berjudul apa?” Tanya Atlas yang sekiranya seperti ingin membantu gadis tersebut. “Invisible diamond,” Jawabnya langsung tanpa menoleh ke arah laku-laki tersebut. “Bisakah kau membantu mencarinannya untukku? Karena akan ada yang aku tunjukan kepadamu karena it-“ “Ini?” Potong Atlas yang sudah berada di sebelah tubuh Annete sebari menyodorkan buku yang ia cari ke arah wajah gadis tersebut. Annete langsung membelalakan kedua bola matanya, helaan nafas pada dirinya terlihat membuat Atlas tidak tahu kenapa gadis itu bersikap sangat berlebihan sepertinya. Itu bagi Atlas sih tapi tidak bagi Annete karena ini adalah hal yang penting sebenarnya. “Kau tahu ini buku apa?” Tanya Annete yang langsung menyakbar pelan buku tersebut dari tangan Atlas. Atlas sedikit mengerutkan keningnya pelan lantas menggeleng kepalanya. “Tentu tidak,” Jawabnya jujur. “Memang itu buku apa? Kenapa kau terlihat seperti buku itu sangat penting,” Annete berdecak pelan, lalu tangannya menyambar lengan Atlas untuk oergi dari ruang bawah tanah tersebut. Iya, untuk kembali ke ruang tengah dan membahas perihal ini kepada laki-laki tersebut yang kenurut Annete sikap dan tingkah lakunya sebelas dua belas hampir sama sebenarnya. “Ck! Kau ini kenapa?” Omel Atlas yang manut saja mengikuti kangkah Annete di deannya. Oh! Sepertinya tidak, tidak karena baginya sikap Atlas palsu ini sangatlah berbeda karena ia lebih crewet sepertinya dan terlalu banyak berbicara sehingga Annete mau tidak mau harus bersabar dan mengerti sikap laki/laki itu. Setelah sampai di ruang tengah dan mereka berdua duduk tepat di sofa ruang tengah seperti tadi. Alhasil merka sekarang saking berhadapan. Iya Annete dan Atlas dengan raut wajah yang berbeda tentunya membuat Atlas dengan malas nertanya kepada gadis tersebut. “Ada apa?” “Kau tahu ini buku apa?” Tanya Annete lagi dan itu lagi-lagi membuat Atlas berdecak pelan. “Bukannya tadi aku sudah menjawab bahwa aku tidak tahu menahu perihal buku yang kau peganh itu bukan?” Jelas Atlas kepada Annete dengan penjelasan yang hati-hati juga tentunya karena ia sudah tahu tipikal gadis yang ada di hadapannya sekarang ini. “Iya, aku mengerti,” Jawab Annete lagi. “Tapi kau harus tahu buku ini apa,” “Lalu? Kau bisa menjelaskan buku ini kepadaku langsung saja bukan? Ayolah Annete jangan mempersulit sesuatu yang jelas itu tidak sangat sulit sama sekali,” Celetuk Atlas yang sudah sabar dengan tingkat level dewanya kepada Annete. “No! Jelas aku tidak mempersulit Atlas. Yang ada kau yang tidak sabaran,” Annete sedikit membenarkan posisi tubuhnya. Tunggu, kenapa ini malah saling menyalahkan begini sih? Konyol! “Tidak aku tidak sabaran, kau saja yang terlalu lemot,” “Ck! Ayolah itu tidak penting. Sekarang ini yang penting adalah buku ini dan jelas tentang kehidupanmu,” “Tunggu? Apa maksudmu?” Kali ini Atlas menjawab dengan ekpresi raut wajah yang kebingungan. “Hidupku? Dengan buku ini?” Annete mengangguk kencang. “Apa hubungannya? Itu tidak masuk akal!” Mendengar penuturan Atlas membuat Snnete memutar bola matanya jengah. Memang ya, memang biadab. “Jelas masuk akal bodoh!” Gemas Annete. “Kau baca halaman buku ini di belakang, perhatikan baik-baik,” Suruh Annete dengan perasaan gemasnta kepada laki-laki tersebut. “Jika memang kau tertarik hanya karena membaca buku halaman tersebut, aku yakin kau akan melempar banyak pertanyaan kepadaku,” Dan mau tidak mau alhasil Atlas oun menuruti apa yang di ucapkan Annete, dengan rasa malas tangannya menjulur untuk menganbil buku yang tergelatk di atas sofa. Dengan jari yang perlahan membalikan buku tersebut. Kedua mata Atlas akhirnya menbaca setiap kata yang tertulis di sana. Satu persatu ia baca secara teliti dan itu cukuo membuat Atlas sedikit terkejut. Namun ia masih bisa mengintrol dirinya sendiri saat membaca itu secara pelan dan perlahan. “Kau membacanya kan?” Tanya Annete yang bisa melihat perubahan mimik wajah pada laki-laki tersebut. Atlas tidak menjawab melainkan hanya menganggukkan kepalanya oelan karena ia masih fokus membaca halaman belakang buku tersebut. Atlas? Carlos? Yara? Valerie? Bahkan professor Khalid semua berada di sebutkan di sini? Tunggu ini maksudnya bagaimana? Akhirnya Atlas mendongak, menatao ke arah Annete dengan raut wajah yang penuh pertanyaan. “Apa ini?” Annete menghela nafas panjang, memberanikan diri untuk kenjelaskan yang sebenarnya dan secara keseluruhan kepada laki-laki tersebut. Baiklah, memang mungkin Annete harus menjelaskan bukan? Karena jujur jika saat ini dirinya menejalskan kepada Atlas ada kemungkinan yang terbesar bahwa laki-laki tersebut tidak ingin oercaya dengan apa yang ia jelaskan nanti. Iya, ini hanya kemungkinan saja kok, karena bagaimana pun semua yang terjadi akan sulit untuk di terima olehnya. “Itu salah satu buku terlaris sejak beberapa tahun yang lalu, salah satu n****+ yang terkenal selama bertahun-tahun. Bahkan penulis buku tersebut adalah ayah dari Atlas yang asli, sahabatku,” Jelas sinhkat Annete kepada Atlas. Atlas masih diam, mencoba mencerna dengan baik apa yang di ucapkan gadis yang tengah duduk di hdapannya, ia masih mencoba berfikir jernih dan sekaligus tidak ingin menebak-nebak asal seperti yang sudah-sudah karena bagaimana pun juga ia takut ini adalah kesalahan biasa atau hanya sekedar hal biasa yang tidak perlu di khawatirkan bukan? Tapi saat melihat raut wajah Annete yang seperti halnya meyakinkan tersebut membuat Atlas juga ragu sebenarnya sekarang ini, maka dari itu ia hanya terdiam menunggu gadis tersebut melanjutkan ucapannya saja. “Itu n****+ yang kisah kehidupanmu persis seperti isi di cerita tersebut Atlas,” “Kau Atlas Helios, si penyelamat akademu dan juga kerajaan timur. Mempunyai seorang kekasih kelas bangsawan atas yang cantik bernama Valerie membuat aku yakin bahwa kau memang berasal dari dunia isekai di mana dunia itu adalah buku ini,” Ucapnya sebari menunjukkan jarinya ke arah n****+ yang masih berada di tangan Atlas dan laki-laki tersebut membaca satu persatu sekaligus lembar perlembar buku yang tengh ia oegang tersebut. “Jadi maksudmu? Aku ini adalah salah satu tokoh utama di buku ini?” Annete mengangguk, “Iya kau benar, dan hampir semua orang di daerah bahkan di dunia ini tahu n****+ ini. Karena memang n****+ ini sangatlah bagus untuk di baca oleh semua kalangan umur,” “Maka dari itu dengan obsesinya ayah Atlas kepada tokoh ini, anaknya pun di beri nama persis seperti tokoh tersebut,” Atlas kembali diam, mencoba mencerna semua yang ada, dan mau tidak mau Atlas juga harus menerima semua yang ada kan? Iya itu benar karena bagaimana oun menduut Atlas ini sangatlah tidak masuk akal dan sulit untuk di cerna juga oleh dirinya sendiri. Dirinya seorang tokoh utama di n****+? Jadi selama ini kehidupan dirinya dan teman-temannya hanyalah buatan dari seseorang yang jelas seseorang tersebut sudah meninggal? Konyol! Itu sangat konyol juga! Bahkan Atlas juga yakin jika ada Carlos di ssini dan mengetahui hal tersebut laki-laki itu juga akan sama terkejutnya seperti Atlas sekarang ini. Dan semua kebingungan yang afa, Atlas tidak tahu harus seperti apa sekarang. ia masih sukit untuk menerima hal ini sebaik dan sepenuhnya. Dan Annete yang melihat jal tersebut memehami berul perasaan laki-laki tersebut. Terlebih kagi, dirinya yang sudah sangat hatam dengan jalan cerita yang ada di n****+ itu menbuat Annete memberanikan diri untuk bertanya perihal keadaan Valerie. “Apakah kau baik-baik saja di tinggal oleh Valerie?” Tanya Annete langsung membuat Atlas langsung menoleh ke arahnya. “Maksudmu?” “Iya, di mana aku sangat menyukai momen dan kisah cintamu bersama Valerie. Aku sangat patah hati di saat Valerie meninggal dunia akibat melindungimu dari serangan teman-teman Kavior,” “Dan di situ, aku bisa merasakan kesedihan dan kepatahan hatimu di saat kau benar-benar merasa kehilangan Valerie terlebih lag-“ “Tunggu sebentar,” Potong Atlas langsung, wajahnya berubah menjadi serius dan juga menatap lurus ke arah Annete. “Valerie meninggal?” Ycao Atlas memastikan lagi. Mendengar hal tersebut membuat Annete diam, keningnya sedikit berkerut. Kemudian menganggukan kepalanya pelan. “Itu sudah tertulis jelas di n****+ itu, bahwa Valerie yang meninggal akibat melakukan misi,” Mendengar itu entah kenapa tubuh Atlas kangsung melemas begitu saja. Benarkah? Entah. Ia benar-benar tidak bisa berfikir sekrang. Terlebih juga ia tidak tahu haus bersikap dan bagaimana? Karena jujur ia benar-benar tidak tahu lagi meminta tolong ke siapa untuk kembali ke duniannya dan membantu semua orang di sana. Mlebih tepatnya di dimensi Atlas yang asli.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN