Hari-hariku tak lagi terasa sama. Tak pernah sedikit pun aku memberanikan diri menatap mereka yang menatap lekat jelalatan. Aku trauma akan hal buruk seminggu yang lalu terasa begitu menyiksa. Paranoid menghantui sanubari hingga pandangan mataku senantiasa awas dipenuhi curiga. Lenganku bahkan tega menepis Siska yang hendak melayangkan sapa. “Ma-maafkan aku,” ucapku terbata-bata. Ini hari pertamaku kembali menginjakkan kaki di lorong sekolah setelah seminggu ini absen. Rasanya begitu asing, seakan aku melupakan wajah tiap siswa yang kukenal. Napas yang tak beraturan, membuat d**a ini naik turun berulang-ulang. Kutatap lorong di hadapanku. Secara misterius tiap potongan keramiknya serasa bertambah panjang. Kurasakan pandangan orang-orang tajam menelanjangi. Lenganku bahkan dibuat ber