Jangankan melawan fisik, melepas cengkeraman tangannya saja aku gagal berulang kali. Tak habis akal, kugigit lengan pria itu hingga ia menjerit kesakitan. Aku berhasil lolos. Segera saja kupacu langkah kaki ini. Berikutnya, nyeri pada ulu ati membuatku roboh menubruk daratan. Sebuah bogem mentah melayang keras tepat di bawah rusuk. Rasa mual menyerang hingga mulut memuntahkan cairan asam lambung. Lenganku bergetar, menumpu pada tanah untuk segera bangkit mengabaikan rasa sakit. Akan tetapi, tenagaku hilang entah ke mana. Sedetik setelah kembali berdiri, lututku kembali menghantam rerumputan kering. Sulit rasanya untuk menjaga keseimbangan. “Aah…” Kepalaku terasa pening. “…aaahhh?” Pandanganku memburam, sulit untuk tetap tersadar. Siapapun, tolong aku. “Hehehe…, salah sendiri, siap