Saat ini Keyra tampak termenung di taman istana inti kerajaan, ia tengah melamunkan bagaimana keadaan atau kondisi Kaisar Han di medan perang. Pikirannya berkecamuk memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin bisa saja terjadi saat Kaisar Han berada di medan perang.
Tatapan mata Keyra yang teduh berubah menjadi sayu. Dalam dirinya, Keyra dapat merasakan sesuatu yang dikatakan kebanyakan orang sebagai rasa rindu. Dalam relung hatinya yang terdalam, terdapat kekosongan saat mendapati bahwa Kaisar Han tidak berada di sampingnya, perasaannya begitu cemas menanti keadaan Kaisar Han di luar sana.
Tanpa sadar setetes bening air mata menetes di antara pelupuk mata indah Keyra, rasa rindu yang begitu besar seakan mampu membuat Keyra dapat merasakan sakit di relung dadanya. Tidak ada yang menjamin keadaan Kaisar Han saat berada di medan perang, segala kemungkinan bisa saja terjadi, dan Keyra begitu takut jika sampai terjadi sesuatu yang buruk menimpa Kaisar Han.
SRETTT
JLEPPP
Keyra yang tengah melamun segera tersadar dari lamunannya saat sebuah suara anak panah yang dilesatkan tepat ke arahnya dengan cepat ada yang menangkisnya. Hingga pangkal lengan orang tersebut terluka dan mengucurkan cairan merah segar secara perlahan, membuat Keyra yang begitu kaget akan kejadian tidak terduga tadi segera berjalan menghampiri orang tersebut untuk menolongnya.
"Cepat kejar orang yang berusaha mencelakai Permaisuri!" Sahut suara menggelegar dari orang yang menolong Keyra tersebut dengan sedikit ringisan di sudut bibirnya, saat rasa perih terasa menjalar di area lengannya yang tertancap anak panah.
"Anda tidak apa-apa? Ya Tuhan, bagaimana bisa ini terjadi. Mengapa anda menolong saya?"
Keyra yang begitu panik mencoba untuk bertanya pada sesosok yang telah menyelamatkan nyawanya tersebut dengan tidak kalah paniknya. Jika saja orang tersebut tidak menolong Keyra, maka Keyra tidak menjamin bagaimana dirinya kini. Mungkin saja dia sudah bersimbah darah dan bisa saja nyawanya tidak akan tertolong.
"Ini bukan apa-apa Permaisuri Keyra, sudah menjadi kewajiban hamba untuk melindungi Permaisuri. Sebagaimana yang telah diperintahkan Yang Mulia Kaisar Han kepada hamba, dan juga maaf jika saya hampir terlambat menolong Permaisuri." Jawab sosok yang tengah memakai topeng tersebut dengan sopan.
Orang yang telah menolong Keyra tersebut menunduk dengan hormat pada Keyra yang masih menampakkan wajah panik dan juga rasa bersalahnya.
"Siapa namamu?" Tanya Keyra yang masih dilanda kepanikan usai kejadian tadi.
"Nama saya Hugo Permaisuri, saya memang khusus ditugaskan oleh Yang Mulia Kaisar Han untuk menjaga Anda Permaisuri." Jawab sosok bernama Hugo tersebut masih dengan meringis pelan karena darah di lengannya masih mengucur dengan cukup deras.
"Baiklah, aku akan segera memanggilkan tabib untukmu."
"Prajurit, cepat panggilkan tabib kemari!"
Keyra berusaha untuk menuntun Hugo supaya bisa dibawa ke kediamannya, yang langsung ditolak oleh Hugo dengan sopan saat itu juga.
"Anda tidak perlu melakukan hal itu permaisuri, saya bisa melakukannya sendiri. Dan saya akan segera kembali ke kediaman saya sendiri, permisi Permaisuri."
Hugo sekali lagi membungkuk hormat pada Keyra, sebelum kemudian dengan cepat dia berlalu dari hadapan Keyra dengan menggunakan jurus peringan badannya yang seketika membuat gadis itu terkesiap karena kemampuan Huga yang mampu melesat dengan begitu cepat layaknya angin.
"Hei tunggu, bagaimana dengan lukamu!" Keyra masih memandang dengan tatapan khawatir pada arah di mana Huga berlalu dengan luka anak panah di lengannya. Hingga tak lama kemudian Keyra memutuskan untuk pergi dari tempat yang membuatnya kembali merasa was-was usai kejadian tadi masih dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya.
***
Di lain tempat, Kaisar Han yang saat ini telah berada di medan perang tengah memfokuskan pandangannya pada lawan di depannya. Tatapan matanya tajam memincing, berupaya untuk mengecoh lawan di hadapannya yang juga memiliki kemampuan yang tidak bisa diremehkan begitu saja.
"Kau akan mati di tanganku!" Orang yang berada di depan Kaisar Han tampak memandang sengit sosok Kaisar Han yang memakai topeng hingga menampilkan setengah wajahnya.
"Tidak semudah itu!" dengan tennang Kaisar Han menjawab lawannya tanpa adanya rasa gentar sedikit pun.
CRINGGG
PRANGGG
Gema suara pedang yang saling bertumbukan kini datang silih berganti, lantunan suara besi yang saling beradu seolah cukup menunjukkan bahwa keadaan sedang tidak dalam baik-baik saja. Suara yang kini dipenuhi dengan perpaduan senjata perang, dengan berbagai tubuh yang bergeletakan di sana sini menjadi pemandangan yang cukup memilukan untuk dipandang mata.
Satu per satu dari prajurit-prajurit yang ada di medan perang tersebut mulai berjatuhan dengan luka sayat mau pun tusukan anak panah yang tajam pada sekujur tubuh mereka. Berbeda dengan dua orang yang masih terus beradu pedang dengan hanya beberapa luka sayatan di sekujur tubuhnya.
Kaisar Han yang terus menggerakkan pedangnya dengan lincah hingga mata pedangnya berhasil mengenai pundak lawannya. Membuat darah segar perlahan merembes keluar dari lukanya yang tersayat. Tapi pria tersebut tetap tidak menurunkan fokusnya dan terus melayangkan serangan terarah dan mematikan untuk melukai tubuh Kaisar Han yang difokuskan untuk mengenai titik vitalnya. Karena selama pertarungan ini berlangsung pria tersebut hanya mampu melukai siku Kaisar Han dengan pedangnya, dan luka itu tidak sebanding dengan sayatan yang telah berhasil digoreskan Kaisar Han pada tubuhnya.
Merasa memiliki sedikit celah saat perlahan Kaisar Han kehilangan fokusnya, pria tersebut segera memanfaatkan hal itu untuk menepis mata pedang Kaisar Han dengan pedangnya, hingga pedang milik Kaisar Han jatuh terpental cukup jauh dari dirinya.
Tak membuang kesempatan, pria yang merupakan seorang pangeran bernama Zero tersebut segera mengarahkan mata pedangnya ke bagian tubuh vital Kaisar Han.
Darah segar perlahan mulai menghiasi mata pedang milik Pangeran Zero, ia terus menekankan mata pedangnya pada telapak tangan Kaisar Han yang masih berusaha menangkis mata pedangnya saat akan menembus jantungnya.
Darah milik Kaisar Han semakin menetes di antara celah jari jemarinya, dan ketika Pangeran Zero dengan tampang angkuhnya semakin menyentakkan ujung mata pedangnya sehingga kini ujung mata pedang tersebut telah berhasil menjangkau d**a bidang Kaisar Han sedikit demi sedikit. Membuat cairan merah pekat perlahan merembes melalui celah rompi perang yang dikenakan Kaisar Han.
Tidak menyerah hanya sampai disitu, dengan amarahnya yang perlahan mulai keluar. Kaisar Han memejamkan matanya sejenak, dan ia dapat merasakan bahwa Keyra sedang membutuhkannya saat ini. Sehingga ia tidak boleh menyerah hanya sampai disini saja, dan jangan pernah membiarkan mereka akan mengambil Keyra dari sisinya. Karena Keyra hanya akan menjadi milik Kaisar Hanover seutuhnya, tidak dengan yang lain.
Ditambah, ia telah membuat kontak batin dengan Keyra melalui kalung yang ia sematkan pada leher Permaisurinya. Membuat Kaisar Han dapat mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi di sana. Entah apa, Kaisar Han tidak mengetahuinya. Ia hanya bisa berharap bahwa permaisurinya masih dalam keadaan baik-baik saja dan tidak terluka sedikit pun. Oleh karena itu, ia tadi sempat kehilangan fokusnya saat ia dapat merasakan sesuatu yang buruk tengah menimpa Keyra.
'Aku harus cepat menyelesaikan pertarungan ini demi permaisuriku, Keyra!"
Setelah Kaisar Han memantapkan hatinya, kini ia kembali membuka kedua manik mata sewarna darahnya yang berkilat tajam pertanda bahwa Kaisar Han akan serius untuk kali ini. Ia tidak akan segan-segan lagi dalam menghadapi lawannya kali ini.
TRANGGG!
Dengan sekali sentakan, Kaisar Han kini berhasil membalik keadaan dengan ia yang mengambil secara paksa pedang yang telah menembus dadanya sedalam 3cm itu, sebelum kemudian ia balik mengarahkan mata pedang tersebut pada pemiliknya .
JLEPPP
Darah segar segera saja merembes keluar dari sela tusukan mata pedang yang ditancapkan Kaisar Han tepat di jantung Pangeran Zero tersebut.
"Kau salah memilih lawan Pangeran." Kaisar Han kembali menampakkan senyum sinisnya, sebelum kemudian semakin dalam menancapkan mata pedang milik Pangeran Zero kepada pemiliknya, atau bisa disebut dengan senjata makan tuan karena pada akhirnya pedang tersebut mengenai pada pemiliknya sendiri.
UHUKK UHUKKK
Pangeran Zero memuntahkan cairan merah pekat dari mulutnya saat dapat dirasakannya pedang miliknya berhasil menembus jantungnya semakin dalam hingga mengurangi pasokan oksigen yang masuk ke dadanya dan membuat napasnya semakin lama semakin menipis.
SETTT
PRANKK
Kaisar Han kembali menarik mata pedang yang ditancapkannya pada jantung Pangeran Zero, sebelum akhirnya menjatuhkan pedang tersebut tepat di samping tubuh Pangeran Zero yang kini telah tergeletak tak bernyawa di hadapannya. Pangeran Zero meninggal dalam kondisi bersimbah darah dan kedua mata yang terbuka.
"KEMENANGAN MILIK KITA!!" Ucap pasukannya serempak begitu mendapati bahwa Kaisar Han telah berhasil menewaskan Pangeran Zero dalam peperangan kali ini.
"Ayo kita ambil senjata dan harta jarahan dari pihak musuh!" Ujar salah seorang prajurit yang ditanggapi dengan riuh sorak sorai dari para prajurit lainnya. Euforia kebahagiaan masih melekat usai kemenangan mereka dalam perang kali ini.
Kaisar Han yang mendengarnya hanya menoleh sekilas sebelum ikut menimpali.
"Jika kalian memang ingin mengambil harta jarahan terlebih dahulu, maka ambillah. Aku akan kembali ke istana terlebih dahulu." ujar Kaisar Han datar pada semua prajuritnya.
"Tapi Yang Mulia, bagaimana dengan luka anda?" tanya tabib khusus yang terbiasa ikut dalam setiap perang untuk mengobati para pasukan atau prajurit yang terluka, yang saat ini telah membawa beberapa ramuan obat-obatan untuk mengobati luka yang dimiliki Kaisar Han.
"Berikan padaku ramuannya, aku akan mengobatinya sendiri di Istana."
"Tapi Yang Mulia,"
"Ini perintah!" ucap Kaisar Han mutlak yang dimengerti oleh tabib tersebut dan langsung diberikannya ramuan obat-obatan yang telah diraciknya tersebut kepada Kaisar Han.
Tanpa berpamitan lagi, Kaisar Han langsung membalikkan badannya setelah mendapatkan ramuan untuk mengobati lukanya. Dan kini Kaisar Han tengah melangkah menuju tempat ia menaruh kudanya untuk segera ditungganginya menuju ke istana kerajaan.
Dapat Kaisar rasakan bahwa ia merasakan perasaannya tidak tenang sedari ia berperang dengan Pangeran Zero tadi. Entah apa yang telah terjadi di istana, membuat Kaisar Han semakin khawatir. Perasaan sesak dan gelisah yang terus-menerus menyeruak ke dalam relung d**a Kaisar Han, membuat Kaisar Han memutuskan untuk pulang ke istana kerajaan terlebih dahulu.
Karena yang ia pikirkan saat ini hanya permaisurinya, Keyra. Ia tak mempedulikan lagi dengan adanya harta jarahan atau pun senjata jarahan yang akan diperolehnya dari pihak musuh. Bahkan ia sampai melewatkan pesta kemenangan yang seharusnya dirayakannya sebelum kembali ke istana. Pesta perayaan meminum arak serta membuat api unggun dan juga memakan daging hewan buruan secara bersama-sama. Ia tidak memperdulikannya lagi.
'Keyra...,'
To be continued...