1. Gadis Persembahan
Konon ribuan tahun yang lalu di sebuah desa terdapat legenda yang menceritakan mengenai seorang manusia berdarah dingin yang mampu membantai habis seisi desa tanpa tersisa seorang pun.
Pembantaian tersebut dilakukan tepat pada saat terjadinya peristiwa gerhana bulan merah. Dimana orang tersebut sering dijuluki sebagai anak dari raja iblis yang tak memiliki hati dan memiliki sifat kejam serta berbagai hal buruk lainnya.
Akan tetapi kebengisan dan kekejaman tersebut berhasil diredam dengan adanya pemberkatan oleh penduduk sekitar, dengan memberikan berbagai macam sesajen dan juga tumbal seorang gadis belia setiap minggunya. Hal tersebut terus dilakukan oleh penduduk sekitar selama beberapa bulan. Selang beberapa bulan berlalu para penduduk mulai merasa resah kembali, hal itu dikarenakan jumlah gadis yang tersisa untuk dijadikan tumbal kian sedikit.
Ditambah dengan banyaknya gadis yang melarikan diri keluar desa karena tidak ingin dijadikan sebagai tumbal untuk diserahkan kepada iblis yang terkenal keji dan tak berperasaan.
Menurut kabar yang beredar di kalangan penduduk, para gadis yang diserahkan kepada sang iblis selalu berakhir mengenaskan. Sang iblis terkenal selalu menyiksa para gadis yang dijadikan sebagai tumbal untuknya; entah itu membunuh, menyiksa, atau bahkan dijadikan sebagai alat pemuas dari kebejatan sang iblis.
Oleh karena para gadis yang dijadikan sebagai tumbal untuk sang iblis telah tiada, para penduduk hanya bisa pasrah akan adanya kemurkaan dari sang iblis.
Peristiwa pembantaian bulan merah kembali hadir mewarnai desa tersebut untuk yang kedua kalinya. Kini bukan hanya desa tersebut yang menjadi korban pelampiasan kemurkaan sang iblis, akan tetapi seluruh penjuru desa juga ikut merasakannya.
Berbagai tubuh penduduk bergelimpangan tak berdaya akibat kemurkaan dari sang iblis, rumah pemukiman penduduk pun ikut hancur tak bersisa akibat terpaan angin kencang yang sengaja dibuat sang iblis.
Darah dari penduduk yang tak berdosa menjadi saksi bisu kekejaman sang iblis yang tak berperasaan. Sementara sang iblis hanya menatap sinis para penduduk yang bergelimpangan tak bernyawa dengan tatapan mata tajam semerah darahnya.
"Dasar manusia lemah."
Kemurkaan sang iblis berhasil menurunkan raja iblis untuk turun langsung ke dunia manusia. Raja iblis ikut murka melihat apa yang telah diperbuat oleh anaknya. Dengan membantai habis hampir seluruh penjuru desa, itu sama saja dengan mengancam keberadaan dunia bawah. Karena dengan berakhirnya seluruh kehidupan manusia, hal itu sama saja dengan berakhirnya seluruh kehidupan makhluk hidup. Termasuk iblis sekali pun.
Sebagai bentuk hukuman untuk sang iblis yang telah merusak keseimbangan dunia manusia, raja iblis memutuskan untuk menyegel sang iblis di neraka paling bawah. Neraka paling panas yang pernah ada, neraka yang paling ditakuti oleh seluruh makhluk di dunia ini, bahkan iblis yang bertempat tinggal di neraka sekali pun.
______
Perayaan bulan merah kembali digelar di sepenjuru negeri Kerajaan Blutenblatt. Para penduduk di berbagai penjuru desa kembali aktif melakukan pesta perayaan semeriah mungkin.
Perayaan bulan merah selalu dilakukan setiap tahunnya, hal itu dilakukan untuk mengenang peristiwa legenda ribuan tahun silam yang telah dilaksanakan oleh nenek moyang mereka secara turun temurun hingga saat ini.
Para penduduk sekitar memiliki kepercayaan apa bila mereka melakukan perayaan bulan merah setiap tahunnya maka negeri mereka akan senantiasa mendapatkan kemakmuran, serta terhindar dari berbagai macam wabah maupun penyakit yang dapat merugikan mereka.
____
Berbagai hiasan berwarna-warni tampak memenuhi seluruh penjuru desa, terutama pada bagian tepi jalan. Tak lupa berbagai hidangan makanan khas dari berbagai olahan tampak begitu menggiurkan terhidang dalam pesta perayaan bulan merah kali ini. Bisa dikatakan pesta perayaan tahun ini adalah pesta perayaan terbesar sepanjang masa pemerintahan Kaisar Hanover Maximilan.
Pesta perayaan bulan merah kali ini berfokus pada kandidat gadis persembahan yang akan diserahkan kepada Kaisar Han yang telah menginjak usia matang untuk mencari pendamping hidup. Diusia Kaisar Han yang telah menginjak 27 tahun ini, beliau diharuskan untuk memilih salah satu dari kandidat gadis persembahan yang telah disediakan oleh masing-masing penjuru desa di negeri ini.
Tak ada alasan untuk menolak, karena hal tersebut telah menjadi peraturan resmi kerajaan Blutenblatt. Dimana seorang kaisar tertinggi harus memiliki pasangan hidup, entah itu selir atau bahkan permaisuri.
Sang kaisar pernah memiliki beberapa selir ketika usianya menginjak 20 tahunan, akan tetapi diusia kaisar yang menginjak umur ke-22 tahun, secara tiba-tiba kaisar melakukan pembantaian kepada seluruh anggota keluarganya, bahkan kepada seluruh selir yang ada di dalam istana. Entah itu membantai selir mendiang kaisar sebelumnya atau bahkan membantai habis seluruh selir yang menjadi miliknya sendiri.
Tidak ada yang mengetahui apa alasan sang kaisar melakukan pembantaian kepada seluruh anggota keluarganya dan juga kepada seluruh selir di istana. Juga saat pembantaian di istana itu terjadi, secara kebetulan bertepatan dengan adanya gerhana bulan merah.
Hal tersebut sempat membuat geger para penduduk akan apa yang telah dilakukan oleh kaisar Han. Bahkan ada beberapa penduduk yang berspekulasi bahwa Kaisar Han adalah reinkarnasi dari Sang Iblis yang telah dibebaskan dari neraka. Ada pula yang berpendapat bahwa Kaisar Han sengaja melakukan pembunuhan berantai karena adanya pemberontakan dari dalam istana. Berbagai kabar burung mulai tersebar dari mulut ke mulut dari para penduduk. Tetapi hal yang paling ditakuti oleh penduduk adalah bahwa Kaisar Han adalah reinkarnasi dari Sang Iblis yang akan membawa bencana bagi kemakmuran negeri serta penjuru desa.
Akan tetapi apa yang selama ini dikhawatirkan penduduk tidak terjadi. Hal tersebut terbukti dengan kemakmuran penjuru desa yang selalu terjamin, serta Kaisar Han juga tidak pernah memilih salah satu di antara beberapa kandidat persembahan yang dilakukan setiap tahunnya semenjak proses pembantaian itu terjadi.
Bagi para penduduk sekitar itu bukanlah masalah yang besar bagi mereka, selama keamanan dan kemakmuran mereka terjamin mereka tidak akan mempermasalahkan keputusan Kaisar Han untuk tidak memilih satu pun gadis persembahan yang telah ditujukan padanya. Justru para penduduk merasa senang, karena dengan begitu kemungkinan besar Kaisar Han akan memilih selir kembali menjadi sedikit. Dan jika Kaisar Han tidak memiliki selir, maka tidak akan terjadi pertumpahan darah kembali yang dilakukan Kaisar Han kepada para selirnya.
Tapi perayaan kali ini berbeda, para penduduk merasakan senang sekaligus was-was secara bersamaan. Mereka merasa senang karena kaisar tertinggi kerajaan mereka akan segera memperoleh pendamping hidup. Disisi lain mereka juga merasa cemas bahwa jika spekulasi mereka selama ini benar, maka ini adalah awal dari kehancuran negeri ini. Yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah berdoa kepada para Dewa Dewi semoga apa yang mereka pikirkan selama ini salah.
_____
"Ibu, aku takut," ujar seorang gadis yang tengah bersimpuh di depan ibunya.
"Tenanglah Keyra, ibu yakin kamu pasti bisa melawati ini," sang ibu berujar dengan senyum tulus kepada gadis yang dipanggilnya Keyra tadi.
Gadis tersebut bernama Keyra. Dia adalah salah satu kandidat gadis persembahan yang akan diserahkan kepada Kaisar Hanover Maximilan pada saat persembahan bulan merah. Gadis tersebut baru berusia 17 tahun. Ia memiliki paras yang cantik, dengan rambut hitam pekatnya yang telah ditata sedemikian rupa apiknya, membiarkan poninya yang dibelah menjadi dua bagian di sisi kanan dan kiri wajahnya membingkai sebatas dagu. Bibirnya dipoles dengan lipstik berwarna merah muda. Meninggalkan sisa anak rambut yang membingkai wajah merona alaminya, ditambah dengan pakaian berwarna putih seperti kain-kain yang disusun begitu apik membalut tubuh ramping berisinya.
Terlihat sang ibu membelai wajahnya lembut. Menuntun sang anak untuk bangkit dari bersimpuh di hadapan sang ibu.
"Bangunlah Keyra, ibu akan selalu mendoakanmu. Kamu begitu cantik nak, ibu tidak menyangka putri kecil ibu telah berubah menjadi gadis remaja yang begitu cantik sepertimu. Ibu jadi tidak rela melepaskanmu," ujar sang ibu disertai kekehan kecil keluar dari bibirnya, berniat menggoda putri manisnya.
"Ibu, berhenti menggodaku, aku sedang kalut ibu." Keyra merajuk pada ibunya tatkala menyadari bahwa sang ibu berniat menggodanya.
"Keyra ingat pesan ibu baik-baik, dimana pun kamu berada nanti kamu harus selalu waspada. Jangan pernah lengah, ingat selalu apa yang sudah ibu ajarkan padamu, mengerti?" Keyra langsung menganggukkan kepala pertanda ia mengerti dengan semua pesan yang dititipkan sang ibu untuknya.
"Satu hal lagi, jadilah wanita yang tegar. Ibu menyayangimu," tampak mata sang ibu mulai berkaca-kaca tatkala mengucapkan kalimat tersebut.
Keyra langsung menghambur ke pelukan sang ibu tatkala sang ibu mengatakan bahwa ia menyayanginya. Sungguh berat rasanya harus meninggalkan ibunya seorang diri, tapi mau bagaimama lagi. Ia telah ditunjuk sebagai salah satu kandidat gadis persembahan sejak jauh-jauh hari sebelum pesta perayaan bulan merah dilaksanakan.
"Aku juga menyayangimu ibu. Ibu, aku akan berusaha untuk tidak menarik perhatian kaisar agar aku tidak dipilihnya menjadi pendamping hidupnya. Aku akan berusaha semampuku." Keyra berujar dengan sungguh-sungguh disertai dengan tatapan mata coklat cerahnya yang memancarkan kesungguhan dan tekad.
Sang ibu terlihat ragu mendengar perkataan sang putri.
'Apa mungkin... Sang kaisar tidak tertarik kepada putriku, sementara dia terlihat begitu cantik bagaikan bidadari,' pikir sang ibu kalut.
Tapi tak lama setelahnya sang ibu kembali menyunggingkan senyum terbaiknya untuk putri tercinta, berusaha untuk menyembunyikan kegusaran hatinya.
Terdengar derap langkah kaki kereta kuda yang berjalan menuju kediaman Keyra dan sang ibu. Kemudian suara derap kereta kuda tersebut berhenti tepat di depan rumah Keyra.
"Ibu, sepertinya sudah saatnya aku pergi. Doakan aku selalu Ibu," ujar Keyra yang masih memeluk ibunya erat, rasa tak rela untuk berpisah dengan ibunya semakin terasa berat, namun ia tak memiliki pilihan lain untuk saat ini.
"Tentu Keyra, ibu akan selalu mendoakanmu," Ibu Keyra mengelus punggung anaknya dengan lembut.
"Jaga dirimu baik-baik ibu, jangan sampai sakit. Sehat selalu."
"Kamu juga nak, hati-hati." Sang ibu mulai melepaskan pelukan Keyra secara perlahan, mengusap air mata yang mulai menetes di pelupuk mata putrinya.
"Ibu baik-baik saja di sini, jangan khawatirkan ibu. Ini untukmu nak, meski harganya tidak seberapa kuharap kau suka," sang ibu memberikannya sebuah penjepit rambut dengan hiasan seperti permata kecil yang kemudian disematkan pada rambutnya.
"Terima kasih ibu," kemudian Keyra beranjak menuju kereta kuda yang akan membawanya pada istana kerajaan Blutenblatt.
To be continued...