Jangan pernah mengabaikan firasatmu. Karena hal itu bisa saja menjadi sebuah pertanda akan sesuatu hal yang menimpamu, atau orang terkasihmu.
***
Seusai kejadian di taman istana inti kerajaan tadi, pikiran Keyra masih berkecamuk memikirkan kejadian tidak terduga tadi. Dirinya hampir saja terluka jika saja tidak ada yang menyelamatkannya. Apakah ini semua ada hubungannya dengan Kaisar Han, tapi mengapa?
Keyra yang merasa lelah dengan segala permasalahan yang dialaminya kini, mencoba untuk menghilangkan pikirannya dengan membaringkan tubuhnya di peraduannya. Baru berapa saat ia mencoba memejamkan matanya, tampak samar-samar Keyra dapat mendengar suara riuh di bagian depan ruangannya. Entah apa yang terjadi Keyra tidak mengetahuinya. Keyra berusaha untuk kembali membuka matanya, tapi nyatanya rasanya terlalu berat hingga membuat Keyra jatuh terlelap menuju alam mimpinya.
---
Suara riuh para penjaga dan para pengawal istana kini semakin terdengar saat mereka mendapati bahwa tampak sesosok pemuda tampan yang tengah menunggangi kuda hitamnya dengan raut wajah datar dan aura adi kuasanya yang begitu mendominasi. Mereka kembali terpana selama beberapa saat ketika mendapati sesosok junjungan mereka telah kembali dan berpulang ke istana kerajaan.
Riuh tepuk tangan senantiasa mengiringi setiap langkah kuda milik sang pemuda yang masih dengan setia menampakkan wajah dingin datarnya.
Mereka sontak dengan segala rasa penghormatannya yang teramat besar, membungkukkan badannya tatakala sang Kaisar melewati mereka. Tak ada tatapan ramah maupun senyuman tulus yang ditunjukkan sang Kaisar tatakala melewati para rakyatnya yang dengan senang hati menyempatkan diri mereka untuk menyambut kedatangan sang Kaisar. Karena yang ada hanya raut wajah datar yang ditunjukkannya tanpa terdapat emosi sedikit pun.
Setibanya di halaman depan istana inti kerajaan, Kaisar Han turun dari kuda hitam yang ditungganginya dalam sekali lompatan. Lalu ia meninggalkan kuda itu yang langsung diurusi oleh para penjaga kerajaan.
Terdapat banyak para prajurit maupun dayang yang senantiasa menyambutnya di depan pintu istana, bahkan para pejabat maupun para petinggi kerajaan pun telah berdiri menyambutnya dengan senyuman merekah dan penuh kehormatan.
Tapi tetap saja hal itu tidak dapat menghilangkan rasa cemas yang masih melingkupi relung d**a Kaisar Han, tatakala ia tidak mendapati seseorang yang menjadi alasannya untuk segera pulang mendahului yang lainnya.
Keyra, permaisurinya. Terdapat setitik kekecewaan dalam hati Kaisar Han saat tidak mendapati permaisurinya datang untuk menyambut kepulangannya.
"Selamat Yang Mulia atas kemenangan kerajaan kita dalam melawan kerajaan Wernberg."
Kaisar Han hanya diam tanpa membalas atau pun menanggapi perkataan salah satu tetua kerajaan yang mengucapkan selamat atas kemenangannya, karena ia tau itu semua hanyalah kamuflase.
Tanpa mempedulikan berbagai kata sambutan maupun sanjungan yang ditujukan padanya, Kaisar Han berjalan meninggalkan ruang istana dan langsung berjalan menuju ruang inti istana.
Langkah kaki lebar Kaisar Han menggema memecah keheningan sunyi malam hari. Inilah yang Kaisar Han sukai dari istana inti, suasana yang tenang dan damai tanpa adanya banyak prajurit yang berkeliweran kesana kemari. Seolah memberikannya privasi untuk menenangkan diri.
Kali ini Kaisar Han meluruskan pandangan dan langkah kakinya pada sebuah pintu kayu berukiran rumit nan indah dan elegan yang ada di hadapannya kini. Kisar Han menghentikan langkah kakinya sejenak, sebelum akhirnya dengan perlahan membuka pintu berdaun dua itu dengan pelan.
Langkah kakinya perlahan menuju pada sesosok yang sangat amat dirindukannya sedari beberapa hari yang lalu. Hatinya sedikit merasa lega tatkala ia mendapati wajah damai sang permaisuri yang kini tengah terlelap dalam tidur cantiknya.
Tangan besarnya yang terbungkus sobekan kain secara perlahan terulur guna membelai wajah cantik di depannya, wajah yang sangat dirindukannya saat ia berada jauh di medan perang. Telapak tangannya yang kasar bersentuhan dengan kulit wajah permaisurinya yang selembut sutra, Kaisar Han terus membelai wajah permaisurinya dengan perlahan seolah takut bahwa usapan tangannya dapat melukainya.
Perlahan kelopak mata permaisuri yang terpejam erat itu pun tergerak, mengerjab selama beberapa detik saat dapat dirasakannya usapan telapak tangan yang kasar pada pipinya.
Permaisuri tampak sedikit menyipitkan matanya guna menyesuaikan dengan cahaya lampu yang ada di sekitarnya. Ia masih dapat merasakan antara berada di alam mimpi dan nyata, pikirannya masih mengawang antara sadar dan tidak sadar saat mendapati sosok di depan matanya. Sosok yang diam-diam dirindukannya, sosok yang tanpa disadarinya telah berhasil memikat hatinya secara perlahan.
Terkadang, bermimpi itu indah.
Perlahan permaisuri menggerakkan sebelah tangannya guna menyentuh pahatan wajah sempurna yang ada di hadapannya. Dengan tatapan mata sayunya, permaisuri mengulurkan tangannya untuk memegang wajah rupawan itu. Entah mengapa permaisuri merasa bahwa ini adalah nyata, tangan lembut permaisuri perlahan digerakkannya untuk membelai wajah tampan tersebut.
"Apakah ini mimpi?" permaisuri berkata pelan dengan tanpa menghentikan usapan tangannya pada wajah sang Kaisar.
Wajah yang semula datar itu, kini perlahan mengukir senyum meski hanya sedikit. Gerakan tangan yang kasar itu, kini perlahan kembali digerakkannya guna membelai wajah cantik permaisurinya, setelah beberapa saat yang lalu ia menghentikannya lantaran takut akan penolakan sang permaisuri.
Tapi ketakutannya tidak terjadi, malah yang didapatinya kini adalah uluran tangan halus permaisurinya yang balik membelai wajahnya dengan lembut. Membuatnya mau tak mau menyunggingkan seulas senyum yang sangat jarang muncul di sudut bibirnya walau hanya sesaat. Hatinya yang telah lama membeku perlahan mulai mencair hanya dengan kehadiran sesosok di hadapannya kini.
"Aku pulang, permaisuriku."
Kaisar Han membalas pertanyaan permaisurinya dengan tatapan matanya yang intens mengunci kedua bola mata sewarna coklat itu, dengan sebelah tangannya yang lain Kaisar Han memegang uluran tangan permaisuri yang senantiasa membelai wajahnya dengan lembut.
"Aku merindukanmu."
Kaisar Han secara perlahan tapi pasti mulai mendekatkan wajahnya dengan wajah permaisurinya, mempertipis jarak di antara mereka berdua. Terpaan hembusan napas hangat Kaisar Han dapat dirasakannya menerpa raut wajah Keyra yang perlahan mulai menegang.
'Ini nyata?'
Keyra yang baru menyadari bahwa apa yang dialaminya kini adalah sebuah kenyataan, sontak memalingkan wajahnya ke sisi lain saat wajah Kaisar Han semakin dekat dengan wajahnya. Tanpa bisa dicegah semburat kemerahan perlahan mulai memenuhi permukaan wajah permaisuri yang merasa malu akan tindakan spontannya tadi. Jika permaisuri menyadari apa yang dialaminya tadi adalah nyata, mana mungkin Keyra berani megang wajah Kaisar Han seperti beberapa saat yang lalu.
Kaisar Han yang mendapati Permaisurinya tengah memalingkan wajahnya karena tersipu malu, malah semakin mendekatkan wajahnya guna mengecup pipi kiri Keyra dengan ciuman seringan bulunya. Terus mengcupi kecil seluruh permukaan wajah permaisurinya sebagai bentuk kerinduannya pada sesosok gadis di hadapannya.
Tangan Kaisar Han yang terbalut sobekan kain tersebut, perlahan memegang dagu Keyra agar Kaisar Han dapat melihat raut wajah permaisuri yang sangat dirindukannya. Seketika tatapan mereka beradu, bagai terhipnotis Keyra hanya bisa menatap kedua manik merah sekelam darah itu dengan intens. Membuat sekujur tubuh Keyra serasa meremang hanya dengan menatapnya.
Ketika Keyra hendak membuka mulutnya, seketika bibirnya terbungkam saat Kaisar Han menyatukan bibirnya dengan bibir merah alami milik permaisurinya. Kaisar Han mencium Keyra dengan kecupan lembut seolah mencurahkan segala bentuk kerinduannya selama ini. Keyra yang terkaget mendapati tindakan dari Kaisar Han, secara refleks langsung mencengkram baju bagian depan milik Kaisar Han dengan sebelah tangannya.
Kaisar Han sedikit meringis pelan saat Keyra mencengkram bajunya tepat di area d**a bidangnya yang terluka. Sementara di sisi lain Keyra yang mendapati sesuatu yang basah dan lengket saat mencengkeram baju bagian depan Kaisar Han sontak menjadi terkejut.
Perlahan Keyra mengangkat tangannya dan mendapati bercak darah segar yang melumuri tangannya. Mendapati hal tersebut dengan segala kemampuan yang dimilikinya, Keyra langsung berusaha mendorong Kaisar Han dari atasnya agar Kaisar Han melepaskan ciumannya pada bibirnya.
Tampak raut wajah kecewa dan murka yang ditunjukkan Kaisar Han saat lagi-lagi mendapati penolakan dari permaisurinya. Keyra segera saja bangkit dari posisi berbaringnya dan dengan wajah panik dan ketakutan langsung memeriksa luka yang tercetak pada baju bagian d**a Kaisar Han.
"Yang Mulia, Anda terluka." Keyra dengan tergesa menyampaikan apa yang ada di pikirannya.
"Aku tidak peduli." berbeda dengan Kaisar Han yang menjawab pertanyaan Keyra dengan ketus, pertanda belum meredupnya gejolak amarah dalam dirinya.
"Tapi Yang Mulia, saya peduli dengan Anda."
"Mengapa kau menolakku." bukan pertanyaan, melainkan kalimat retoris yang diajukan Kaisar Han pada permaisurinya.
"Maaf Yang Mulia, saya tidak bermaksud. Hanya saja, saya merasa takut saat mendapati Anda terluka." Keyra menundukkan kepalanya dengan takut saat lagi-lagi mendapati tatapan intimidasi dari Kaisar Han.
"Aku tidak akan mati hanya karena luka seperti ini."
Kaisar Han kembali menjawab perkataan Keyra dengan datar dan ketus sebelum akhirnya beliau beranjak dari sisi tempat tidur Keyra dan hendak melangkahkan kakinya keluar dari peraduan permaisurinya.
Tepat saat Kaisar Han hendak membuka pintu berdaun dua dengan ukiran yang rumit dan arsitektur yang indah di hadapannya, tampak sepasang lengan mungil tengah memeluknya dari belakang dengan erat.
Kaisar Han menghentikan langkah kakinya sejenak dengan tangan yang masih memegang gaggang pintu tersebut hingga kini pintu berdaun dua tersebut telah terbuka meski hanya sedikit.
"Maaf Yang Mulia, saya tau saya sangat tidak berhak untuk menolak apa pun keinginan Anda Yang Mulia. Saya sadar apa yang selama ini saya lakukan sangat jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang permaisuri pada umumnya. Saya tau bahwa saya sangat tidak pantas jika harus menyandang gelar sebagai seorang permaisuri apa lagi menjadi pendamping hidup Anda untuk memimpin negeri ini Yang Mulia, karena saya hanya seorang rakyat biasa yang jauh dari kata sempurna." Keyra terus mengungkapkan isi hatinya dengan memeluk erat Kaisar Han agar tidak beranjak dari hadapannya.
"Tapi dibalik semua itu, izinkan saya untuk menjadi sesosok permaisuri yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Bimbing saya agar bisa menjadi seseorang yang lebih pantas untuk bersanding dengan anda Yang Mulia. Tapi sebelum itu, biarkan saya mengobati luka Anda terlebih dahulu Yang Mulia. Karena bagi saya, keselamatan Anda adalah segalanya dan utama bagi saya dan seluruh rakyat di negeri ini." Keyra menghentikan sejenak segala pengungkapan batinnya dengan mengambil napas dan menetralkan detak jantungnya yang saat ini tengah berdegup kencang saat ia memutuskan untuk memeluk Kaisar Han dari belakang seperti saat ini.
"Dan setelah saya mengobati luka Anda..., Yang Mulia bebas melakukan apa pun terhadap saya, karena saya sadar bahwa apa pun yang ada pada diri saya sepenuhnya adalah milik Anda Yang Mulia Kaisar Hanover Maximilian."
Keyra kembali membenamkan wajahnya pada punggung tegap Kaisar Han yang tengah dipeluknya erat kini, untuk menyembunyikan rasa malunya yang teramat besar saat ia telah berhasil mengungkapkan segala pemikirannya yang terakhir tadi. Entah apa yang akan dipikirkan oleh Kaisar Han pada Keyra saat ini, yang jelas Keyra hanya ingin membenamkan wajahnya pada punggung tegap di hadapannya kini.
Kriettt
Decitan suara pintu yang dibuka dapat didengar oleh Keyra, dan uluran tangan Kaisar Han yang perlahan melepaskan tautan tangannya yang tengah memeluk Kaisar Han dengan erat dari belakang tubuhnya entah mengapa mbuat perasaan Keyra menjadi sakit dan kecewa seketika.
'Apakah Kaisar Han tidak mau memaafkanku? Oh Tuhan.. mengapa hatiku merasakan sakit saat mendapati sikap tidak pedulinya padaku.'
Keyra perlahan melepaskan uluran tangannya dari tubuh tegap sesosok di hadapannya, ia menundukkan wajahnya menghadap lantai marmer di bawahnya dan pasrah saja jika Kaisar Han memang ingin beranjak pergi dari peraduannya dan masih marah padanya.
"Baiklah, kau boleh mengobatinya."
"A_apa Yang Mulia?"
Keyra tergagap di tempatnya dan seketika mendongakkan kepalanya saat mendapati jawaban dari Kaisar Han, Keyra tetap diam di tempat saking terkejutnya sampai ia tidak menyadari bahwa Kaisar Han telah menutup kembali pintu yang sempat dibukanya tadi dan kini telah duduk bersila di atas peraduan Keyra.
"Cepat obati, atau aku akan pergi sekarang juga!" Keyra yang baru tersadar dari keterkejutannya langsung saja bergerak cepat mengambil obat yang telah di berikan Kaisar Han padanya.
Dengan penuh ketelatenan Keyra perlahan membantu Kaisar Han untuk melepaskan baju kebesarannya yang telah banyak terlumuri noda darah di beberapa bagian, terutama di bagian d**a bidangnya.
Ketika berhasil meloloskan rompi perang yang dipakai Kaisar Han, sontak kedua pelupuk mata Keyra tampak kembali berkaca-kaca tatkala melihat luka menganga yang dimiliki oleh Kaisar Han saat ini. Dan dengan tangan yang sedikit bergetar, Keyra mulai membersihkan noda darah pada sekitar area d**a Kaisar Han. Keyra membersihkan luka Kaisar Han dengan begitu teliti dan penuh dengan Kehati-hatian seolah takut akan semakin memperburuk luka yang dimiliki Kaisar Han saat ini.
Sementara berbeda dengan ekspresi cemas dan ketakutan yang dipancarkan raut wajah Keyra saat mengobati lukanya, saat ini Kaisar Han justru tengah menatap Keyra dengan tatapan intensnya. Dimulai dari ekspresi Keyra yang khawatir, cemas, takut-takut saat hendak menyentuh luka Kaisar Han, bahkan saat kedua mata Keyra tampak berkaca-kaca melihat kondisi Kaisar Han yang terluka, hingga sampai pada saat tetesan cairan bening mulai membasahi kedua pipi gembil Keyra.
Kaisar Han membiarkannya, ia tetap mengamati Keyra hingga Keyra telah berhasil mengobati dan membebat luka pada d**a Kaisar Han dengan menggunakan kain linen yang melilit tubuh Kaisar Han seputar d**a dan punggungnya.
Setelah Keyra selesai dengan kegiatannya mengobati luka Kaisar Han, kini barulah Kaisar Han mengangkat tangannya untuk menghapus air mata yang senantiasa masih mengalir di antara kedua pipi mulus Keyra. Kaisar Han mengusapnya dengan lembut seolah takut melukai Keyra dengan tangan kasarnya.
"Jangan menangis."
Keyra yang mendengar hal itu justru semakin terisak kecil, dan dengan satu tangannya ia kembali memegang tangan Kaisar Han yang tengah mengusap air matanya dengan pelan.
"Apakah tangan ini juga terluka?"
Keyra kembali bertanya dengan bibirnya yang sedikit bergetar saat kedua tangannya kini telah melingkupi jemari tangan Kaisar Han yang saat ini terbungkus oleh sobekan kain secara asal-asalan.
Kaisar Han hanya diam tak menjawab pertanyaan permaisurinya, sementara Keyra yang mengerti arti maksud dari keterdiaman Kaisar Han kembali mengambil inisiatif untuk melepaskan sobekan kain yang dililitkan secara asal-asalan pada telapak tangan Kaisar Han dengan perlahan. Sebelum kemudian kembali mengobatinya dengan telaten dan kembali melilitkan kain linen pada telapak tangan Kaisar Han dengan lebih rapi dari sebelumnya.
"Jangan terluka lagi." perlahan Keyra mendongakkan kepalanya guna memandang Kaisar Han dengan tatapan memohonnya, yang dimana kini kedua matanya kembali berkaca-kaca saat mengucapkan hal tersebut pada Kaisar Han.
"Aku tidak berjanji."
Dan saat itulah Kaisar Han langsung menarik Keyra ke dalam pelukan hangatnya, membuat air mata Keyra seketika tumpah dalam dekapan hangat Kaisar Han yang hanya terbalut kain linen untuk membalut luka pada d**a telanjangnya.
"Yang Mulia, jangan memeluk hamba seperti ini. Bagaimana dengan luka Anda.."
"Jangan pedulikan lukaku, ini tidak seberapa."
Perkataan Kaisar Han tadi sudah cukup untuk membungkam mulut Keyra agar tidak protes atas perlakuan Kaisar Han padanya, Keyra hanya terdiam dengan air mata yang masih keluar membasahi kulit telanjang Kaisar Han di bagian bahu. Sementara Kaisar Han hanya mengusap rambut Keyra dengan perlahan berusaha menenangkan Keyra, hingga tak lama kemudian suara isak tangis Keyra semakin mereda dan dapat Kaisar Han rasakan dengkuran napas halus Keyra yang telah tertidur dalam dekapan hangat pelukannya.
Kaisar Han kembali mengukir senyum sejenak, sebelum kembali membaringkan permaisurinya dengan perlahan dan kemudian ia ikut bergelung di sisi permaisurinya. Tak lupa kecupan di kening ia daratkan pada Keyra yang telah tertidur sambil ia membisikkan sesuatu pada telinga permaisurinya. Hingga akhirnya Kaisar Han ikut tertidur di samping Keyra dalam posisi memeluknya begitu erat.
"Aku mencintaimu, Permaisuriku!"
To be Continued...