14. Racun

1519 Kata
Bukankah cocok, jika dengan adanya suara hujan dan petir seolah menjadi tanda akan adanya sebuah kedukaan (?) *** Hari telah menjelang pagi, akan tetapi sang mentari rupanya masih malu-malu dalam menampakkan sinarnya. Halauan kabut sewarna putih transparan rasanya semakin menambah kesan dingin di pagi hari, tatkala gumpalan awan berwarna putih keabu-abuan tampak masih betah berkumpul guna menghalangi tugas sang mentari untuk menyinari alam semesta. Tetesan embun pagi yang terdapat pada dedaunan dan rerimbunan pohon seolah memberikan kesan segar dan dingin disaat yang bersamaan, membuat setiap orang yang mendapatinya seolah lebih memilih untuk tetap bergumul dalam hangatnya selimut yang membungkus tubuh mereka dalam belaian kehangatan. Tak jauh berbeda dengan sepasang insan yang saat ini masih tetap asik bergelung satu sama lain seolah saling menyalurkan kehangatan melalui pelukan. Meski terlihat bahwa hanya sang prialah yang tampak memeluk erat sang wanita dalam dekap hangat tubuhnya, sementara sang wanita hanya memejamkan matanya dengan erat tampak tak terganggu oleh perbuatan sang pria yang memeluknya. Suara benturan tetesan air yang beradu dengan bumi secara perlahan mulai mendominasi wilayah kerajaan Bluttenblat, seolah menjadi melodi pengantar tidur yang membuat setiap orang seakan enggan untuk sekedar bangkit dan mengerjakan tugas keseharian mereka. Kilatan cahaya putih terang benderang yang datang dengan begitu cepatnya seiring dengan derasnya rintikan air hujan yang jatuh ke bumi, seolah menjadi potret akan suatu peristiwa yang sedang terjadi. Hingga tak lama kemudian terdengar suara menggelegar dari langit yang menyertai kilatan petir yang telah datang terlebih dahulu mendahuluinya.  Kaisar Han yang masih betah bergelung dengan sesosok permaisurinya malah semakin mempererat pelukannya tatkala kilat dan petir datang menyambar. Membuat helaian gorden pada sisi jendela dalam peraduan permaisurinya kini tampak berkobar-kobar tertiup hembusan angin yang cukup kencang. Sementara suasana di luar tampak tak jauh berbeda, hentakan suara guntur dan petir seolah menjadi cambukan tak kasat mata yang diberikan oleh bumi kepada seisi bumi. Hempasan angin yang cukup kuat mampu merobohkan bebrapa dedaunan kering maupun ranting yang telah rapuh. Bahkan tampak beberapa pepohonan yang tidak memiliki akar yang cukup kuat tampak jatuh bergelimpangan sesuai dengan arah hembusan angin yang merobohkannya.  Kaisar Han yang pada awalnya merasa nyaman dan tidak terusik dengan keadaan di luar sana, kini tampak membuka kedua kelopak matanya guna melihat wajah cantik permaisurinya. Tangannya bergerak guna membelai wajah permaisurinya yang tampak pucat, entah mengapa perasaannya menjadi meremang saat mendapati wajah pucat permaisurinya. Dengan telapak tangan besarnya yang hangat, Kaisar Han perlahan melingkupi sebelah pipi permaisurinya yang tampak memucat dan terasa begitu dingin dengan belaian tangannya. Bukan hanya di pipi, melainkan hampir di seluruh tubuh permaisuri terasa begitu dingin dan tampak pucat, membuat Kaisar Han mau tak mau menjadi sedikit cemas. Tapi ia tidak ingin berpikir yang tidak-tidak, ia hanya berpikir bahwa mungkin ini adalah efek dari adanya perubahan cuaca yang cukup dingin di luar. Sehingga saat cuaca menjadi dingin, membuat kulit permaisurinya yang sensitif menjadi pucat. Untuk mengatasi hal tersebut, Kaisar Han memutuskan untuk kembali menarik selimut tebal untuk membungkus tubuh mereka berdua hingga sebatas leher. Tak lupa ia semakin mengeratkan pelukannya dengan tujuan untuk membagikan suhu hangat tubuhnya pada tubuh permaisurinya yang dingin. Akan tetapi tindakannya seolah tak membuahkan hasil, malah yang dirasakannya kini suhu tubuh permaisurinya tetap dingin dan semakin memucat. Membuat Kaisar Han benar-benar merasakan perasaan takut dan cemas. Untuk mengantisipasi pemikiran terburuknya, kini Kaisar Han secara perlahan menepuk pelan pipi permaisurinya untuk membangunkan Keyra dari tidur lelapnya. Kaisar Han terus menepuk pipi Keyra dengan perlahan, akan tetapi tidak membuahkan hasil. Keyra seolah tetap tertidur dalam lelapnya dan enggan untuk kembali terbangun, membuat kerisauan dalam diri Kaisar Han kian membelenggu dalam relung dadanya yang terasa sesak. "Keyra, bangunlah..." Kaisar Han tetap berupaya untuk membangunkan permaisurinya dengan menyebut namanya, meski hasilnya nihil. "Keyra, permaisuriku bangunlah. Jangan memancing emosiku!" Tetap, tak ada perubahan meskipun Kaisar Han tampak mengucapkan nada ancaman yang biasanya selalu berhasil membuat Keyra menurutinya. Akan tetapi hal seperti itu kini tidak lagi berlaku, Keyra tetap tertidur. "Baiklah jika itu maumu!" Tak hilang akal, Kaisar Han yang tidak mendapati respon positif dari permaisurinya kini tampak menggunakan satu-satunya cara terakhir guna membuat permaisurinya tersadar. Perlahan Kaisar Han mendekatkan wajahnya dengan wajah permaisurinya, sebelum akhirnya ia langsung menyambar bibir permaisurinya dengan bibirnya. Memagutnya dengan cukup kuat guna membangunkan permaisurinya, tapi apa yang didapatinya justru hanya sebuah ciuman sepihak yang terasa hambar. Bahkan Kaisar Han dapat merasakan bahwa jiwa Keyra kini semakin melemah. Kaisar Han yang merasa khawatir akhirnya kembali melepaskan tautan bibirnya pada bibir permaisurinya dan bergegas memanggil tabib. "Prajurit! Cepat bawa tabib kemari!" Tampak beberapa prajurit yang tengah berjaga tak jauh dari peraduan sang permaisuri langsung bersiaga dan menjalankan segala perintah sang Kaisar yang saat ini tampak begitu mengerikan dari yang sebelumnya. "Baik Yang Mulia!" Setelah memberikan instruksi pada para prajuritnya, kini Kaisar Han kembali beranjak ke sisi peraduan permaisurinya dan menggenggam kedua tangannya dengan erat. Tangan halus permaisurinya yang semalam membelai wajahnya dengan lembut kini tak lagi hangat, hanya rasa dingin yang didapati Kaisar Han saat menggenggam kedua telapak tangan permaisurinya.  Entah apapun yang terjadi, kini seolah menjadi bukti nyata akan perasaan cemas yang melingkupinya sedari ia berada di medan perang kemarin. Dan bagaimana mungkin Permaisurinya bisa berada dalam keadaan sekarat seperti saat ini, saat dengan begitu jelas bahwa semalam Kaisar Han terus berada di sisi permaisurinya dan mendekapnya dengan erat. "Bertahanlah..." Suara langkah kaki yang sedikit tergesa dari luar peraduan permaisurinya dapat didengar Kaisar Han, sebelum akhirnya suara ketukan pintu pada kediaman permaisurinya dapat didengar Kaisar Han dan Kaisar Han langsung mempersilahkan seseorang tersebut agar memasuki kediaman permaisurinya. "Hormat saya Yang Mulia Maaf Han, sebelumnya saya mohon izin untuk melihat kondisi Permaisuri." Tanpa kata Kaisar Han langsung menjauhkan dirinya sedikit dari tubuh permaisurinya guna memberikan ruang bagi tabib Zola untuk melihat keadaan permaisurinya. Meski ia tetap tak mengalihkan pandangan matanya untuk mengawasi setiap apa yang akan di lakukan sang tabib pada permaisurinya dengan tatapan mata tajam dan mengintimidasi miliknya. Tabib Zola yang mendapati tatapan tajam dan intimidasi sang Kaisar yang rasa di belakangnya hanya menghembuskan napas pasrah melihat sikap possesif sang Kaisar yang baru kali ini ditunjukkannya pada seorang wanita. 'Rupanya gadis ini telah berhasil membuat Kaisar Han jatuh cinta.' Tabib Zola dengan tenang memeriksa keadaan permaisuri dimulai dari memeriksa denyut nadi pada pergelangan tangan permaisuri, leher, bahkan sampai menyingkap selimut tebal yang membungkus tubuh permaisuri guna merasakan detak jantung permaisuri. Dan hal tersebut tak luput dari pandangan Kaisar Han yang semakin memberikan tatapan membunuhnya pada sang tabib saat melakukan hal tersebut. Tapi ia tetap berusaha menahan emosinya demi mengetahui kondisi permaisurinya yang sebenarnya. "Maaf Yang Mulia, sepertinya Permaisuri saat ini tengah mengalami keracunan." Tabib Zola akhirnya mengatakan apa yang didapatinya pada permaisuri setelah memeriksa keadaan permaisuri. Tampak rahang Kaisar Han megeras saat mendengar penuturan dari Tabib Zola padanya. "Bagaimana bisa..." "Menurut pemeriksaan yang saya lakukan, kemungkinan Permaisuri keracunan sejenis racun yang cukup mematikan. Untuk lebih jelasnya lagi saya ingin meminta izin untuk mengambil sedikit sampel darah permaisuri untuk memastikan jenis racun apa yang terdapat pada diri permaisuri." "Ambillah, asal jangan menyakitinya!" "Baik Yang Mulia!" Tampak tabib Zola menyiapkan sejumlah alat yang dibutuhkan untuk segera mengambil sampel darah Permaisuri dengan menggoreskan semacam benda tajam pada lengan kiri Permaisuri dan menaruhnya pada sebuah wadah kecil sebelum kemudian kembali mengobati dan menutup luka goresan tersebut dengan perban. Beberapa saat kemudian, tabib Zola terlihat sibuk meneliti sejenis racun yang telah bersarang di tubuh Permaisuri menggunakan sampel darah yang diambilnya tadi dengan berbagai jenis cairan yang tidak diketahui namanya oleh Kaisar Han dalam dunia pengobatan. Tak membutuhkan waktu yang lama, kini tabib Zola kembali menghadap Kaisar Han dengan memberikan pernyataan yang cukup membuat Kaisar Han terperangah. "Maaf Yang Mulia, hamba telah mengetahui sejenis racun yang saat ini tengah bersarang di tubuh Permaisuri. Saat ini Permaisuri tengah keracunan sejenis racun mematikan yang bernama Risin." "Risin?" Dahi Kaisar Han sedikit mengerut saat ia mendengar nama racun yang cukup asing di telinganya. "Benar Yang Mulia, Risin adalah sejenis racun yang berasal dari biji tanaman jarak dan memiliki efek sangat mematikan, bahkan mampu menghilangkan nyawa seseorang dalam kurun waktu 2 hari." Tabib Zola menjelaskan mengenai racun mematikan yang didapatkan oleh Permaisuri Keyra dengan ekspresi serius. Racun ini memang sejenis racun yang cukup langka dan sangat jarang digunakan, namun di sisi lain racun ini juga merupakan racun yang paling aman karena tidak langsung berkhasiat seketika ketika orang itu terkena racunnya, sehingga mampu mengecoh orang dan dapat bermain bersih.  Entah siapa orang yang sampai mengetahui racun jenis ini, racun ini sangat sedikit orang yang mengetahui. Dan orang yang mengetahui racun ini pastilah bukan orang biasa. Hanya tabib dengan tingkat kemampuan tinggi yang mengetahuinya, termasuk salah satunya adalah Tabib Zola. Bahkan sampai saat ini racun ini masih belum ditemukan obat penawarnya, sehingga penemuan racun ini masih sangat jarang digunakan dan sangat rahasia. Deg! Wajah Kaisar Han seketika memucat, bahkan kedua rahangnya kini telah mengetat sempurna menahan gelegar kemarahan dan ketakutan yang melandanya disaat yang bersamaan. Siapa rupanya seseorang yang begitu tega meracuni permaisurinya hingga sejauh ini? Kaisar Han bersumpah, ia akan memberikan ganjaran yang setimpal pada orang yang telah berani mengusik kehidupannya. "Bagaimana cara mengobatinya?" Kaisar Han tak dapat lagi menyembunyikan kekhawatiran dalam nada suaranya. "Sekali lagi hamba mohon maaf Yang Mulia, karena sampai saat ini masih belum ditemukan sejenis penawar racunnya" "Kau bercanda!" Dengan nada suara tinggi Kaisar Han menatap Tabib Zola yang ada di hadapannya dengan pandangan tajam menusuk , hingga membuat Tabib Zola merasa gentar dan menundukkan pandangannya dengan hormat. "Tidak Yang Mulia, karena sejenis racun ini hanya bisa dinetralkan dalam suhu tinggi. Yaitu pada suhu 80° Celcius." To be Continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN