10. Malam Terakhir

1515 Kata
Suara desingan pedang saling menggema satu sama lain di arena tempat berlatih pedang yang lokasinya tak jauh dari istana inti kerajaan. Para prajurit dari kerajaan Blutenblatt tampaknya sedang melakukan pemanasan untuk meregangkan otao-otot mereka sebelum beberapa saat lagi mereka akan segera berangkat ke medan perang. Di sana terlihat sesosok Kaisar Han yang tengah sibuk beradu pedang dengan panglima Lou. Peluh keringat tampak memenuhi baju Kaisar Han mau pun Panglima Lou saat ini. Ramput panjang dari keduanya tampak berkibar kala serangan dan elakan dilakkan dalam adu pedang kali ini. panglima Lou menggunakan kelincahannya dalam bermain pedang yang dengan gesit mengayunkan pedangnya ke arah Kaisar Han yang baru saja melengkungkan tubuhnya ke belakang untuk menghindari tebasan pedang Panglima Lou yang memang selama ini tak pernah mencoba untuk menahan diri jika berlatih dengan Kaisar Han. Tapi meski begitu, dengan gesit pula Kaisar Han menangkis setiap serangan yang dilayangkan Panglima Lou padanya tanpa beban dengan keringat yang semakin mengucur deras. Matanya yang berwarna merah tajam memincing, mengamati segala gerakan yang dilakukan Panglima Lou yang dengan mudah dapat dibaca Kaisar Han melalui tatapan matanya yang tajam. Geraka Panglima Lou memang sangat gesit dan teknik bermain pedangnya ia akui sangat mumpuni, hanya saja dia telah mengetahui semua jurus yang akan digunakan oleh Panglima Lou sehingga dapat dengan mudah menangkis setiap serangan yang dilayangkan padanya. Ketika Kaisar Han mendapati sedikit sisi lengah dari Panglima Lou, dengan cepat Kaisar Han langsung melayangkan mata pedangnya untuk menangkis pedang milik Panglima Lou hingga jatuh terpental jauh dan dengan secepat kilat Kaisar Han mengunci pergerakan Panglima Lou dengan mengangkat pedangnya sejajar dengan leher Panglima Lou. Mendapati hal itu, Panglima Lou yang saat ini sudah tidak berkutik kembali mengangkat kedua tangannya pertanda bahwa untuk yang kesekian kalinya dia kembali berhasil dikalahkan oleh Kaisar Han. Tak lama kemudian suara tepuk tangan langsung menggema meenuhi tempat arena pelatihan, membuat Kaisar Han perlahan menurunkan mata pedangnya dari leher Panglima Lou dan memasukkan kembali pedang tersebut ke dalam sarung pedangnya dengan rapi. "Cukup untuk hari ini, kalian silahkan untuk beristirahat! Besok kita akan berangkat ke medan perang, jadi juga kondisi kalian agar tetap sehat!" sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat pelatihan, Kaisar Han menyempatkan diri untuk membubarkan pelatihan hari ini guna memberikan ruang bagi para prajurit yang akan ikut terjun ke medan perang besok agar mandapatkan istirahat yang cukup atau sekedar mendapatkan waktu untuk bertemu dengan anggota keluarga mereka sebelum pergi berperang. "Baik Yang Mulia!" serempak seluruh para prajurit langsung menjawab perintah Kaisar Han dan berjalan menuju kediaman masing-masing untuk beristirahat sebelum pergi ke medan perang esok hari. Setelah mengucapkan hal tersebut, Kaisar Han segera beranjak dari tempat pelatihan menuju ke kediaman pribadinya. Langkah kakinya saat ini membawanya pergi ke tempat perduan permaisurinya, Keyra. Dalam hatinya yang terdalam, ia juga ingin menghabiskan waktunya bersama dengan wanita yang mampu merubah hidup dan pandangannya untuk saat ini.  Hawa malam yang disertai dengan embusan angin sepoi-sepoi membuat udara malam ini begitu dingin. Riuh dedaunan yang bergesekan mampu menerbangkan jubah sang kaisar yang tengah melangkahkan kakinya melewati taman yang tak jauh dari peraduannya. Pandangan Kaisar Han seketika menyipit ketika mendapati sesosok siluet permaisurinya tengah berdiam diri di tengah taman sambil memejamkan kedua matanya seorang diri.  Langkah kaki Kaisar Han berbelok ke arah Keyra yang saat ini tetap memejamkan kedua matanya tanpa menyadari kehadiran sosok Kaisar Han yang sedang berjalan mendekatinya. Gadis itu masih saja dengan wajah teduhnya tampak menikmati semilir angin yang menerpa kulit putihnya. "Mengapa kau belum tidur?" ucapan Kaisar Han yang tidak diduga membuat Keyra sontak langsung membalikkan badannya secara refleks hingga badannya membentur d**a bidang Kaisar Han yang keras. Keyra yang kaget langsung berusaha menjauhkan badannya dari Kaisar Han, tapi tangan Kaisar Han yang besar dengan sigap segera menahan pundak Keyra yang hendak menjauh darinya sehingga saat ini tubuh mereka berada dalam jarak yang cukup dekat hingga Keyra merasa bahwa detak jantungnya bisa saja dindengar dengan jelas oleh Kaisar Han. "Udara malam tidak baik untuk kesehatanmu, sebaiknya kau tidur." ucap Kaisar Han tepat di telinga Keyra yang seketika mampu membuat wajahnya memerah malu. "Maafkan saya Yang Mulia sebenarnya saya juga ingin tidur, hanya saja sepertinya kantuk enggan untuk menghampiri saya." sebisa mungkin Keyra menjelaskan alasan mengapa sampai selarut ini ia masih berada di luar dan belum juga tidur dengan sejujur-jujurnya tanpa menutupi suatu hal apa pun. "Lalu mengapa kau malah berdiri di taman dengan pakaian seperti ini, kau bisa masuk angin dan kembali sakit." ujar Kaisar Han seraya memperhatikan Keyra dari ujung kaki hingga ujung kepalanya dengan seksama. Keyra semakin menunduk dalam saat mendapati perkataan Kaisar Han, memang saat ini dia hanya memakai kain sedikit tipis sehingga cukup memperlihatkan lengannya yang tak tertutup kain. Awalnya Keyra berpikir bahwa dia hanya ingin mencari udara segar di malam hari sebelum tidur, dengan harapan setelah ia mendapatkannya maka kantuk akan segera menghampirinya yang memang susah tertidur sedari tadi. Namun ia sama sekali tidak menyangka bahwa Kaisar Han ternyata masih terjaga dan justru mendapatinya sedang berada di taman seorang diri. "Maaf jika saya membuat Yang Mulia khawatir." "Sudahlah, lagi pula aku sepertinya juga tidak bisa tertidur." "Maksud Yang Mulia?" "Bisakah kau menemaniku di sini sebentar saja, mungkin aku butuh ketenangan," tanpa kata Kaisar Han langsung menarik Keyra agar ikut terduduk di atas rerumputan hijau yang lebat di taman itu. "Selonjorkan kakimu," Keyra mengikuti instruksi dari Kaisar Han agar menselonjorkan kakinya dan tak lama kemudian tanpa diduga Kaisar Han merebahkan kepalanya di atas pangkuan Keyra, membuat Keyra terkesiap kaget. "Yang Mulia," masih merasa kaget dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Kaisar Han dengan tertidur berbantalkan pahanya, Keyra saat ini merasa panik harus berbuat apa.  "Stt.. bisakah kau mengelus kepalaku sejenak, aku butuh ketenangan sebelum pergi besok." "Baik Yang Mulia," Keyra dengan perlahan mulai menggerakkan tangannya untuk mengelus surai berwarna hitam milik Kaisar Han dengan lembut dan pelan. Keyra terus melakukannya hingga membuat Kaisar Han memejamkan kedua matanya menikmati belaian lembut tangan Keyra pada kepalanya. Keyra dapat melihat wajah damai Kaisar Han yang tertidur di pangkuannya. Perlahan jemari Keyra tetulur untuk mengusap kening Kaisar Han yang terdapat keringat sisa latihan berpedangnya dengan Panglima Lou beberapa saat yang lalu. Ketika jemari lentik Keyra hampir saja menyentuh kening Kaisar Han yang berkeringat, secara tiba-tiba tangan besar Kaisar Han menahan tangan Keyra untuk tidak menyentuhnya. "Maaf Yang Mulia, kalau saya lancang." Keyra menunduk takut mengetahui kelancangannya yang berniat mengusap keringat di kening Kaisar Han tanpa ijin. "Kau pasti merasa kedinginan, lebih baik kita tidur di dalam." Kaisar Han langsung bangkit dari rebahannya di pangkuan Keyra dan tanpa aba-aba langsung menunduk lalu mengangkat Keyra ala bridal style membuat Keyra seketika memekik kaget. "Yang Mulia apa yang anda lakukan, saya mohon turunkan saya." Keyra dengan refleks mengalungkan kedua tangannya melingkari leher kokoh Kaisar Han dengan erat karena takut terjatuh saat Kaisar Han menggendongnya secara tiba-tiba. Keyra semakin dibuat bingung saat langkah kaki Kaisar Han bukannya berbelok menuju ke peraduannya, tetapi malah terus berjalan menuju ke kediaman pribadi Kaisar Han. "Yang Mulia, ini bukan jalan menuju ke peraduan saya." Keyra mencoba mengutarakan kebingungannya dengan takut-takut pada Kaisar Han. "Aku tahu, pengecualian untuk malam ini, kau tidur di peraduanku." "Tapi Yang Mulia," "Tidak ada penolakan!" Keyra hanya bisa diam mendapati kalimat mutlak yang diucapkan Kaisar Han, karena ia memang tidak memiliki hak untuk menolak atau pun menyangga perintah kaisar. "Baik Yang Mulia." Keyra mencoba untuk diam dan tidak bertanya lagi pada Kaisar Han sampai Kaisar Han membawa tubuhnya tertidur di atas ranjang berwarna merah yang berukuran besar dan terlihat begitu nyaman untuk ditempati. Tidak mengherankan mengingat ini adalah peraduan pribadi milik Kaisar Han sendiri.  Sedari Kaisar Han memergokinya di taman seorang diri sampai Kaisar Han menggendongnya dan merebahkan tubuhnya dengan lembut di peraduannya. Hal itu cukup mampu untuk membuat jantung Keyra sedari tadi berdegub dengan begitu kencangnya saat berada di dekat Kaisar Han. 'Tuhan! Perasaan apakah ini? Apakah mungkin aku telah jatuh cinta pada Kaisar Han?' Keyra memegang dadanya yang berdetak dengan begitu kencang saat Kaisar Han sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi saat ini. Tak lama kemudian Kaisar Han kembali dengan menggunakan celana oblong tanpa mengenakan atasannya, menampakkan d**a bidang serta ototnya perutnya yang berbentuk kotak-kotak sempurna efek dari latihan bela diri serta bermain pedangnya selama ini, yang membuat wajah Keyra semakin merah merona. Karena walau bagaimana pun, ini adalah kali pertama Keyra melihat sesosok pria yang bertelanjang d**a secara langsung seperti saat ini. "Ayo tidur." Kaisar Han langsung merebahkan tubuhnya di samping Keyra yang wajahnya memerah dan lengan kokoh Kaisar Han bergerak untuk menarik Keyra dalam dekapan tubuhnya yang hangat. Dapat Keyra rasakan tubuh Kaisar Han yang beraroma segar serta aroma maskulin yang menguar dari tubuh Kaisar Han, hingga tanpa sadar membuat Keyra secara perlahan terlelap dalam dekapan hangat Kaisar Han yang mungkin telah menjadi candu bagi Keyra sebelum tidur. "Kuharap kau akan baik-baik saja selama aku pergi berperang, aku akan memenangkan pertarungan ini dan kembali secepatnya." Kaisar Han semakin memeluk Keyra dengan erat dan tak lama kemudian Kaisar Han membalik tubuh mungil Keyra dan mulai menciumi setiap inchi wajah cantik Keyra dengan ciuman seringan Kapasnya, karena mungkin ia akan sangat merindukan sosok mungil dalam dekapannya ini saat pergi berperang nanti. Lalu bibirnya perlahan mencium bibir merah alami Keyra selama beberapa saat, sebelum kembali menarik Keyra dalam dekapan hangatnya. Tak lupa menyelimuti tubuh mereka berdua dengan selimut yang sewarna merah tua untuk melindungi tubuh mereka dari dinginnya udara luar saat ini. Biarlah Kaisar Han memeluk erat tubuh mungil Keyra dalam dekapannya di malam terakhir mereka bersama, sebelum pada akhirnya mereka harus berpisah dalam kurun waktu yang tak diketahui pastinya. To be continued...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN