Ban 6 Rasa itu

1060 Kata
Andra mencoba mengingat- ingat kembali apa yang telah ia alami semalam. "Hah...ini dirumah? kok bisa? sepertinya aku semalam sedang berada di tempat lain!" ucap Andra dalam hatinya, sembari satu tangannya terangkat dan menggaruk-garuk beberapa kali di rambutnya yang tidak gatal. Ia masih merasa kebingungan, ditambah kepalanya yang masih sedikit berat ia rasakan. "Apa itu mimpi?" ucap dalam hati Andra lagi, sampai...kebingungannya yang masih ia rasakan itu membuatnya ingin melupakan apa yang ia lakukan semalam, namun...saat ia ingin berangjak dari tempat tidurnya, tangannya tiba-tiba tersangkut pada sesuatu yang asing baginya, sebuah kain halus yang baru pertama kali ia pegang, lalu mengangkatnya dengan tangannya. "Apa ini?" tanya dalam hati Andra saat kedua matanya tengah mengamati benda tersebut. "Hah...celana dalam wanita!?" ucap dalam hati Andra saat itu, sembari langsung melemparnya, ia membuangnya seketika. "Gila! dikamar aku ada benda seperti itu! hah...!" ucap Andra dengan terkejutnya, ia kaget bukan main saat itu. Ia tersentak dari tempatnya. "Hah...semalam itu nyata? tidak! tidak mungkin!" ucap Andra yang lagi-lagi menyangkal apa yang ia lakukan semalam dan apa yang ia ingat semalam, meskipun sudah ada bukti disana. Andra makin terperanjat saat ia menyibakan selimutnya, saat itu ia akan turun dari atas ranjangnya, di bawah kakinya terdapat bercak setitik, atau tetesan noda darah segar yang telah mengering. "Gila! ini apa? hah....!?" ucap dalam hatinya lagi, sembari mengamati noda itu disana, pikirannya langsung tertuju pada bayang-bayang yang semalam ia paksa untuk melayaninya. "Siapa? dia siapa? kenapa aku melakukannya di sini? diatas ranjangku? dirumah ini? hah?!" ucap dalam hati Andra yang benar-benar bercampur aduk disana. Belum hilang rasa terkejutnya, yang bisa Andra lakukan saat itu hanya bangun dari duduknya dan menuju ke kamar mandi, Andra memulai aktivitas mandinya disana. "Akh...aku melakukan itu dengan siapa semalam? itu yang pertama kalinya untukku! apa mungkin juga yang pertama untuk wanita itu? hah...jadi...aku telah memaksanya melakukan itu denganku? tidak! aku semalam sangat pusing...aku mungkin tidak sadar telah..." ucap Andra yang terdiam karena mencoba mengingat-ingat kembali wajah gadis yang meronta dan menangis di bawah kungkungan kedua tangan kekarnya semalam. Dan gawatnya ia tidak mabuk saat itu, ia melihat dengan jelas wajah yang beruraian air mata dan pekikan tertahan itu, ia jelas sadar! ia jelas tidak mabuk, tidak dalam pengaruh alkohol sama sekali, sampai...ia pun tersentak saat ia merasa perih di kedua lengan dan punggungnya karena terkena air shower. "Hah...bekas luka ini!" ucapnya dengan mata terbelalak lebar bahwa saat itu ia begitu yakin dan tidak menyangkal lagi apa yang telah ia lakukan semalam. Luka cakaran itu membekas di sekujur tubuhnya. "Semoga wanita itu sudah pergi!" harapnya sembari memulai aktivitas paginya didalam kamar mandi. usai mandi Andra pun mengambil obat luka, lalu mengoles olesnya di beberapa bagian tubuhnya yang sakit. "Aku harap...aku tidak akan bertemu lagi dengan gadis itu, aku bisa gila jika mengingat, aku yang telah memaksanya untuk melakukan hubungan itu." Ucap gerutu Andra dengan tangan yang bergantian mengoles lukanya. Hingga usai dan mengenakan pakaiannya kembali. Namun...saat itu pula, Natasya pun baru keluar dari ruang kamarnya, kamar keduanya yang bersebelahan membuat Andra dan Natasya berpapasan disana, diluar pintu kamar masing-masing. Kedua mata keduanya terbelalak lebar seakan tidak percaya pada apa yang di lihatnya. "Lelaki b******k!" ucap Natasya seketika yang langsung mengenali siapa lelaki yang tengah berdiri mematung di sebelahnya. Andra pun terperanjat dari tempatnya, ia tidak benar-benar mengingat wanita yang tengah ia paksa semalam tidur dengannya. Namun seketika tamparan Natasya mendarat di pipinya, membuat Andra semakin yakin bahwa wanita itu adalah wanita yang semalam bersamanya. Andra hanya terdiam disana, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena memang ia yang bersalah dalam hal itu. "Kau diam? kau sengaja memperlakukan aku seperti sampah! hei...bicaralah...apa yang kamu lakukan semalam padaku?!" ucap Natasya dengan kemarahan yang sudah mengumpul dan akan ambrol, namun saat gadis di depannya itu akan berteriak, Andra segera membekap mulutnya, memeluknya erat disana. "Oke aku tahu aku salah, aku dalam pengaruh obat semalam, dan aku tidak bisa berpikir apa-apa, aku juga tidak tahu siapa kamu, sekarang...diamlah...nanti kita lanjutkan kembali setelah selesai sarapan, jika kau tidak mau semua orang dirumah ini tahu tentang kita semalam." Ucap Andra sembari melepaskan perlahan-lahan bekapan tangannya. Natasya hanya diam saat itu, ia belum bisa menerima apa yang lelaki di depannya ucapkan, dan juga alibi yang ia utarakan, namun yang benar, saat itu keduanya harus turun agar kedua orang tua di bawah tidaklah berpikiran macam-macam. "Loh...sayang...kalian sudah bertemu? kenalin sayang...ini putera mama, dan kamu Ndra...ini puteri teman baik papa, dan mulai saat ini ia tinggal disini bersama kita." Ucap mama Andra yang memberi tahu. Andra pun dengan segera mengulurkan tangannya, Natasya pun membalas uluran tangan itu, keduanya berjabatan tangan. "Rafandra." Ucap Andra yang memberi tahukan namanya pada gadis itu. "Natasya." Ucap Nat dingin tanpa ekspresi, lalu mama mengajak keduanya untuk turun kebawah, mengajak untuk sarapan sama-sama. Namun saat Natasya sudah berjalan beberapa langkah, Andra terkaget saat melihat tengkuk gadis itu terdapat dua bekas tanda ciumannya disana. "Tunggu!" ucap lirih Andra sembari menarik lengan tangan gadis yang ada di depannya, agar berhenti sejenak. Natasya pun menoleh seketika. "Itu...di tengkuk kamu sepertinya ada bekas ciuman yang tertinggal disana, tutupilah kalau tidak ingin merubah suasana." Ucap Andra yang lalu mendahului, Natasya pun hanya bisa melongo menyaksikan lelaki tidak berperasaan itu berucap. Natasya pun segera menarik ikat rambutnya lalu menggerai rambutnya yang sebawah bahu agar menutupi leher bagian belakangnya. "Akh...!" dengus pelan Natasya tiba-tiba sembari menekan perutnya, membuat Andra yang berada lima tingkat anak tangga di bawahnya ikut berhenti sejenak, namun saat Andra menoleh, gadis itu sudah berjalan kembali, sedangkan sang mama sudah sampai di bawah terlebih dahulu. Keduanya pun akhirnya sarapan sama-sama. "Ndra, papa lihat semalam kamu pulang awal? saat papa dan mama sampai rumah, kamu sudah dirumah." Ucap papa Andra yang bertanya pada puteranya. Sontak pertanyaan papanya itu membuat Andra terbelalak kaget. Andra benar-benar khawatir apa yang telah ia lakukan semalam diketahui kedua orang tuanya. "Aku tidak enak badan!" ucap singkat Andra yang merasa ia tidak bisa menjelaskan apapun pada kedua orang tuanya. "Dasar lelaki berhati dingin! bisa-bisanya se dingin dan se cuek itu saat sedang ditanyai papanya!" gerutu Natasya yang merasa tidak suka pada lelaki di seberang meja makan depannya. Namun, tanpa sadar, mama Andra melihat gadis itu seakan menahan rasa yang tidak nyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN