Bab 8 Panik

1036 Kata
"Hah...aku hanya basa-basi saja! kamu kira begitu mudah melepaskan apa yang sudah kamu jaga bertahun-tahun? kamu kira mudah melupakan bengis dan ganasnya lelaki yang memaksaku tadi malam? aku trauma! aku ketakutan! aku sendirian disini, mendapatkan perlakuan seperti itu, kamu dengan mudahnya berkata tidak bersalah! lalu siapa yang harus disalahkan? kamu kira aku yang menawarimu? kamu kira aku menginginkannya! lelaki b******k, sepertinya kamu tidak bisa di ajak bicara baik-baik memakai bahasa manusia. Jangan harap aku akan memaafkanmu atas semua perlakuan kasar dan paksaanmu itu." Ucap Natasya dengan kedua kelopak mata yang berkaca-kaca, terdapat butiran bening menggenang disana, lalu pergi begitu saja. Natasya sedikit berlari meninggalkan tempat itu, hatinya sakit, lebih sakit dari rasa sakit di perutnya. Andra sengaja tidak ingin mengejarnya, ia tidak ingin ada yang melihatnya telah melukai gadis itu. "Tuhan...ujian apa yang sebenarnya kau berikan padaku? dosa apa aku sampai kau pertemukan dengan gadis macam dia!?" ucap gerutu Andra sembari duduk di ayunan taman, menatap kearah kolam renang dengan perasaan tidak enak ia rasakan. "Dia mau apa? mau aku bertanggung jawab karena merampas kesuciannya, menikahinya? jangan harap!" ucap Andra dengan suara tertelannya. Ia kacau saat itu, sampai...ponselnya berbunyi, tanda ada panggilan masuk disana, segera saja Andra merogoh kantong sakunya, mengambil ponselnya dari sana dan mengangkatnya. "Halo Na! apa yang mau kamu jelaskan?!" ucap Andra seketika saat asistennya itu menghubungi. "Maaf pak, saya tidak mengerti!" ucap Nana dengan nada yang seolah-olah tidak tahu apa yang bos nya tanyakan. "Aku akan memeriksa semua kamera pengawas dengan tanganku sendiri, jika kamu tidak mau berbicara!" ucap Andra dengan nada sebal dan marah disana, perasaannya campur aduk karena ulah minuman yang Andra minum semalam, dan seingatnya hanya minuman dari Nana saja yang Andra minum. Seketika Nana membelalakan kedua matanya, ia benar-benar terkejut sekaligus ketakutan disana, ia khawatir bosnya itu tahu dan akan memecatnya, sedangkan ia sangat membutuhkan pekerjaan itu, namun Nana mendapatkan bayaran dari seseorang atas perbuatannya yang telah memasukan sesuatu kedalam minuman untuk bosnya. "Yasudah!" ucap Andra saat tahu asistennya itu terdiam dan tidak bisa berkata-kata saat ia berkata demikian. Namun ketika ia akan mengakhiri panggilannya, Nana segera menyahutnya. "Bos maaf...saya...!" ucap Nana yang tertahan karena Andra sudah menyelanya. "Temui saya sekarang! saya libur kerja hari ini." Ucap Andra yang lalu mematikan panggilannya, dan saat itu pula Nana mengerti harus mencari bos nya itu dimana. "Mati aku! pasti aku kena pecat." Ucap Nana yang sudah ketakutan, namun ia harus menjelaskan sendiri pada bosnya bahwa ia hanya melakukan apa yang orang lain perintahkan. Andra menuju ke kamarnya, ia melewati kamar Natasya disana, dan saat itu pula gadis itu keluar dari dalam kamarnya, keduanya berpapasan di depan pintu kamar Natasya. "Astaga! kau mengagetkanku!" ucap Natasya dengan langkah kaki yang seketika terhenti. Andra pun sama, ia begitu kaget, ia kaget karena ia sudah berbuat kasar pada gadis itu. "Nih kemeja dan celana kamu! ingat perlakuanmu yang tidak manusiawi itu!" ucap Natasya sembari melempar kemeja dan juga celana ke arah Andra, membuat lelaki itu dengan sigap menangkapnya. "Eh...tunggu!" ucap Andra yang mencoba menghentikan gadis yang akan masuk kedalam kamarnya kembali. "Apa lagi? apa yang masih tertinggal? dasi? hemmmz...kau lupa semalam kau masih memakai dasi itu! aku ingat dengan jelas." Ucap jujur Natasya yang membuat Andra menggeleng. "Sini! ayo ikut aku!" ucap Andra yang menarik paksa lengan tangan Natasya, membuat gadis itu meringis kesakitan disana, Andra mengajaknya menuju ke ruang kamarnya. "Mau apa lagi sih!?" dengus kesal Natasya saat itu. "Sebentar! tunggu!" ucap Andra sembari celingukan mencari sesuatu. "Aku taruh mana sih tadi?" ucap Andra sembari menarik selimutnya dan terlihat mencari-cari. "Loh...sepreinya ganti? terus...itu punya kamu? haaaah...siapa yang ganti?" ucap Andra yang merasa kebingungan, ia merasa setelah sarapan tidak ada yang masuk ke kamarnya, ia juga ingat kalau melarang bibi asisten rumah tangganya untuk membereskan kamarnya. "Apa? mau apa?" tanya Natasya saat Andra masih terlihat kebingungan disana. "Sepreinya sudah di ganti." Ucap singkat Andra menerangkan. "Lalu kenapa? kenapa kamu bilang kepadaku? buang-buang waktuku saja!" dengus kesal Natasya saat itu. "Kau tidak tahu hah...diatas seprei itu ada noda darah keperawanan kamu! kamu tidak takut kalau sampai mama melihatnya dan tahu? ditambah lagi...ada celana dalam kamu pula, aku menyuruhmu kesini karena celana dalam itu, biar kamu ambil kembali, tapi nyatanya...sudah hilang entah kemana." Ucap Andra yang merasa sedikit khawatir. "Bantu aku mencarinya! kita pastikan barang itu tidak ditemukan orang lain." Ucap Andra lagi yang mulai mencari di segala penjuru, begitu pula Natasya yang ikut mencarinya disana. Namun tidak juga menemukan apa-apa. Hingga terdengar ketukan dari luar pintu kamar Andra, bibi asisten rumah tangganya lah yang tengah mengetuknya. "Tunggu! diam di tempatmu!" ucap Andra pada gadis yang terlihat sedikit khawatir di wajahnya. "Ada apa bi?" ucap Andra saat ia sudah membuka pintu kamarnya. "Itu tuan...ada asisten tuan di bawah!" ucap bibi yang memberi tahu. "Yasudah...suruh dia menunggu!" ucap Andra dengan perintahnya, lalu pergi masuk kembali kedalam kamarnya. "Eh bi...tunggu!" ucap Andra yang membuka kembali pintu kamarnya dan memanggil bibi asisten rumah tangganya untuk mendekat kembali ke arahnya. "Iya tuan, ada apa?" ucap bibi setelah ia mendekat kearah Andra. "Siapa yang mengganti seprei ranjangku? bukankah aku sudah bilang kalau jangan masuk kedalam kamarku!" ucap Andra dengan nada meningginya. "Nyonya tuan...beliau tadi keluar sebentar tapi tiba-tiba kembali lagi, katanya ada yang ketinggalaan, tapi saat turun, nyonya membawa seprei tuan tadi." Ucap jujur bibi asisten rumah tangga pada Andra. "Mati aku!" ucap dalam hati Andra. "Yasudah bi...sana..." ucap ketus Andra pada bibi asisten rumah tangganya, lalu pergi kembali ke kamarnya. "Sana keluar! mama yang tadi mengganti sepreinya, aku tidak tahu mama berpikiran apa! akh..." dengus kesal Andra pada dirinya sendiri, lalu Natasya pun pergi dari kamar laki-laki itu dengan langkah gontainya, Natasya kembali menuju ke kamarnya. "Apa yang akan terjadi jika mama sampai mengetahuinya? apa yang akan terjadi jika mama melihat noda itu?" ucap dalam hati Natasya, begitu pula apa yang Andra pikirkan, ia bertanya-tanya kemungkinan yang akan terjadi. Andra khawatir jika harus menikahi gadis yang jauh dari seleranya itu, ia tidak menyukainya sama sekali, ia tidak ingin berhubungan jauh dengan Natasya, karena memang semua itu hanyalah kecelakaan saja, bukan Andra sengaja. Cemas dan resah bercampur aduk pada hati keduanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN