Bab 9 Tangis yang pecah

1014 Kata
"Pagi bos..." sapa Nana saat melihat bosnya yang datang menghampirinya di teras depan rumah. Saat itu Nana tengah duduk di kursi teras tersebut. "Kau tahu kenapa aku menyuruhmu datang kesini? yang pasti bukan karena pekerjaan, jujurlah siapa yang menyuruhnu?" ucap Andra yang langsung pada intinya, ia terlihat menekan dan membuat Nana sedikit gemetar karena ketakutan. "Akh...itu...anu...saya...saya mengaku salah bos...dan saya minta maaf..." ucap Nana dengan terbata-bata, namun Andra tidak bisa menerimanya begitu saja, ia ingin tahu siapa yang telah menyuruh asistennya untuk memberikan minuman itu padanya, karena setahu Andra, itu bukan minuman beralkohol. "Siapa dia?" tanya Andra dengan kata-kata dingin dan wajah datar tanpa ekspresi. "Anggap saja saya yang salah bos, saya akan menanggung apapun kemungkinannya." Ucap Nana dengan kepala menunduk dan perasaan bersalah. "Siapa? aku tanya siapa?!" tanya Andra dengan sentakan dan nada suara meninggi, membuat Nana tersentak dari tempatnya, Nana gemetaran disana. "Itu...bos, nona Desi." Ucap Nana dengan jujurnya, dan seketika Andra mencoba mengingat nama wanita tersebut, namun ia tidak mengingatnya. "Siapa wanita itu? apa maunya?" ucap Andra yang bertanya lebih jauh, Andra tidak tahu Desi adalah kakak dari almarhum kekasihnya. "Setahu saya, Non Desi dia...adalah wanita yang begitu menyukai bos." Ucap Nana yang membuat kedua alis Andra mengkerut. "Dia menyukaiku? maksud kamu?" tanya Andra yang memang tidak tahu siapa Desi sebenarnya. "Saya hanya tahu sampai disitu bos, karena nona Desi punya banyak informasi mengenai bos, dan pastilah hanya orang yang menyukai yang demikian." Ucap Nana yang mencoba mengambil kepercayaan bosnya. "Lalu! kau menjual kepercayaanku pada wanita itu? begitu? benar begitu?!" ucap Andra yang seketika membuat Nana menatap kearah bosnya. Kedua matanya sudah berkaca-kaca namun ia tidak berdaya, ia tidak bisa menyembunyikannya atau mengelak. "Maaf bos...saya terpaksa menyanggupi apa yang wanita itu inginkan, saya..." ucap Nana tertahan karena Andra sudah menyentaknya. "Kau kupecat, mulai sekarang jangan muncul kembali di hadapanku!" ucap Andra dengan teriakannya. Karena Andra tahu demi uang Nana menjual kepercayaannya. Dan Nana hanya terdiam, memang ia salah dan ia juga tahu kesalahannya, tapi ia sangat membutuhkan pekerjaan itu. "Bos...saya janji saya tidak akan mengulanginya lagi, saya janji bos...tolong jangan pecat saya." Ucap Nana dengan memelasnya. Namun Andra tidak bergeming dan tidak mundur dari ucapannya. "Kau tahu! mungkin wanita itu ingin aku tidur dengannya malam itu, tapi nyatanya semua gagal bukan? ucapkan terimakasihku padanya, dan jika dia menggangguku lagi...aku tidak akan terima." Ucap Andra sebelum ia pergi meninggalkan wanita itu sendirian, Andra masuk kedalam rumah, saat itu yang ia khawatirkan hanyalah mamanya, ia khawatir mamanya akan berpikir macam macam. Didalam kamar Natasya, gadis itu mencoba menghubungi papanya, namun ternyata sedang tidak aktif, berkali kali ia mencobanya namun tetap sama, tidak aktif. Lalu ia putuskan untuk menghubungi Reza, asisten papanya yang saat itu mengelola kantornya, karena Natasya belum sepenuhnya bisa mengelola kantornya sendiri. "Za...ada kabar dari papa?" ucap pesan yang Natasya kirimkan pada lelaki itu. Karena beberapa kali panggilannya tidak juga terjawab. "Kenapa sih Reza juga tidak bisa di hubungu? kenapa?" tanya Natasya dalam hatinya. Hingga ia akhirnya mengiriminya pesan. "Tuhan...ada apa dengan papa? apa yang terjadi pada papa? kenapa dia tidak memberi kabar padaku? kenapa papa meninggalkanku begitu saja? kenapa?" ucap Natasya dengan kedua tangan yang mengusap kedua matanya bergantian, lelehan air mata itu jatuh darisana, hatinya begitu khawatir saat itu, hatinya sedih yang bercampur menjadi satu, namun ia teringat bahwa saat itu ia sendirian, tidak ada siapapun yang ada disisinya, menemaninya dan membantunya, ia seorang diri. "Za...kamu kemana? papa dimana?" ucap Natasya dengan tangis sendu yang ia tahan, ia khawatir dan juga bersedih, ditambah semalam ia bermimpi buruk, buruk sangat burut selama hidupnya, dimana sang papa saat itu tengah tenggelam dan hanyut dibawa aliran arus sungai, dan Natasya tidak bisa menemukannya. Natasya kemudian menyeka air matanya, ia beranjak dari duduknya, ia susah membulatkan tekadnya untuk mencari papanya, entah di rumahnya, atau di perusahaannya. Segera saja ia mengambil tas yang berisi dompetnya, menyambarnya lalu melangkah pergi meninggalkan kamarnya, namun di lantai bawah, ia berpapasan dengan mama Andra yang ternyata baru pulang dari arisan. "Sayang...kenapa buru-buru sekali? mau kemana?" tanya mama Andra pada gadis itu. "Mau lihat rumah mah...sama lihat kantor...Nat khawatir dengan papa, dari semalam papa tidak memberi kabar, walau papa dinas keluar Kota atau ke luar Negeri, pasti papa tidak lupa memberi kabar, Nat mau tanya asisten papa saja mah..." ucap Natasya yang menerangkan, namun terlihat mama Andra yang kian mendekat ke arahnya, tangannya terulur membelai pipi mulus Nat yang terlihat merona. "Sayang...wajah kamu memerah...mata kamu sembab? kamu habis nangis ya sayang? ada apa?" ucap mama Andra yang membuat Natasya ingin menangis, lalu Natasya refleks memeluk mama Andra saat itu, tangisnya pecah disana, tanpa keduanya ketahui, Andra melihatnya dari lantai atas rumah tersebut. "Hanya semalam saja mah...semuanya seakan hancur...semua yang Nat miliki pergi, papa pergi begitu saja, tidak memberi tahu kemana ia pergi, tidak memberi kabar...sampai sekarang, Nat harus apa mah?" ucap Natasya dengan tangis sesenggukan disana. Dan pelukan mama Andra mampu menenangkannya sesaat. "Jika kamu ingin pergi ke rumah atau ke perusahaan...biar Andra yang mengantarmu ya...dia juga lagi libur...kalau ada apa-apa nanti kan ada laki-laki sayang...mau ya..." ucap mama Andra pada gadis itu. Mama tidak tahu bahwa penyebab luka terbesar dalam hidup Natasya adalah puteranya. "Tidak usah mah...Nat naik taksi saja, nanti baliknya biar Nat bawa mobil sendiri." Ucap Natasya dengan tangis yang sudah mereda disana. "Iya sayang...yasudah...kalau menurutmu begitu baik-baik saja, mama percaya sayang..." ucap mama Andra pada gadis itu, lalu Natasya pun berpamitan untuk pergi, segera saja setelah Natsya pergi, mama Andra bergegas menaiki anak tangga menuju ke lantai dua rumahnya, disana mama berpapasan dengan Andra, karena memang lelaki itu sedari tadi tengah berdiri disana. "Ndra...mama minta tolong...tolong ya kamu buntuti Natasya, mama lihat dia sangat kacau sayang...mama khawatir gadis itu kenapa-napa." Ucap mama memelas. "Kenapa harus Andra? Andra punya pekerjaan lain!" ucap Andra dingin dan ketus saat itu, karena ia tidak tahu siapa Natasya sebenarnya, Andra tidak tahu pengorbanan papa gadis itu untuk menyelamatkan nyawa papanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN