Bab 12 Sendiri

1014 Kata
Sesaat Natasya hanya menatap kearah lelaki di depannya, ia mengendurkan pelukannya dan melepaskannya seketika. "Kau dari luar Kota? dari mana? semalaman aku mencoba menghubungimu." Ucap Natasya dengan sendunya. "Iya Sya...aku dari luar Kota, ada apa memangnya?" tanya Reza pada gadis itu. "Tidak ada apa-apa, aku hanya merindukan papa, apa papa memberi kabar padamu?" tanya Natasya dengan wajah yang masih sendu disana. "Tidak! Sya maaf...aku tidak ada saat kau membutuhkanku, maaf..." Ucap Reza lagi dengan elusan tangan di kepala Natasya. Di rumah Andra, lelaki itu pulang seorang diri, dengan wajah was-was dan khawatir mama Andra menyambutnya, ia terlihat celingukan kesana kemari, tatapannya mengedar kebelakang Andra, ke mobil yang baru puteranya parkir. "Sayang...Natasya mana?" tanya mama Andra pada lelaki itu. "Mama...Natasya tidak mau ikut serta, Natasya tidak mau kemari lagi, sudah biarkan saja dia." Ucap Andra dengan wajah datar dan suara meninggi. "Kamu! jika kamu tidak menjemput Natasya kembali...mama tidak akan memaafkanmu!" ucap kejam mama Andra pada puteranya, ia sudah termakan amarah kala itu, karena mengingat amanah dari papa Natasya untuk menjaga puterinya. "Terserah mama kalau begitu, Andra pun masih tidak bisa memaafkan mama dan papa!" ucap Andra dengan nada meninggi pula. "Plak!" suara tamparan mama Andra tepat mendarat mengenai pipi kiri lelaki itu. "Kau tahu! mantan pacarmu yang kamu puja-puja itu, tidak lebih dari seorang w************n! kau mau tahu kejelasan semuanya kan? baiklah...beri waktu mama dua hari, mama akan mengumpulkan bukti beberapa tahun yang lalu yang kamu inginkan, agar mata kamu bisa terbuka." Ucap mama Andra dengan kesedihan yang terlihat dari wajahnya, dan genangan air yang menggenang di pelupuk matanya, mama berlari meninggalkan Andra begitu saja dan masuk kedalam rumah. Hingga pukul tujuh malam, saat waktunya makan malam, papa Andra pulang dengan langkah gontainya, ia segera menuju ke meja makan sebelum memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya. Namum disana terlihat sepi, tidak ada Andra dan juga istrinya. "Bi...istriku dimana? dan Andra juga kemana?" tanya papa Andra pada asisten rumah tangganya yang ada disana. "Nyonya dari tadi pagi belum keluar dari kamarnya tuan, dan tuan muda juga sepertinya belum kembali dari luar." Ucap asisten rumah tangga yang tengah menjelaskan. Seketika itu pula papa Andra langsung bergegas pergi menuju ke kamarnya, disana istrinya tengah meringkuk dengan selimut yang menutupi sebagian besar tubuhnya. "Sayang...kamu kenapa? kata bibi, kamu tidak keluar dari pagi tadi, jadi kamu melewatkan makan siang kamu?" tanya papa Andra pada sang istri, sembari duduk disampingnya, di tepian ranjang. Namun saat itu juga, mama Andra segera menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya, ia berhambur memeluk suaminya disana. "Pah...Andra sungguh kelewatan! ia membiarkan Natasya kembali ke rumahnya, dan entah apa yang ia katakan sampai Natasya tidak mau kembali lagi kemari, kita mendapat amanah dari papa Natasya, dan kita tidak tahu keadaan papanya itu bagaimana sekarang, kita harus apa pah? aku sempat menampar Andra karena ucapannya yang mengungkit kisah dahulu, ia masih tidak percaya bahwa kita tidak bersalah atas kematian kekasihnya itu. Dan parahnya lagi aku sudah berjanji pada Andra bahwa akan menemukan kebenarannya dalam waktu dua hari ini pah, aku harus apa pah?" ucap mama Andra dengan sesenggukan disana, ia benar-benar kalut saat itu, sampai ia tidak bisa berpikir jernih dan tidak bisa menekan amarahnya kala itu, ia tidak tahu dua hari kedepan apa yang akan terjadi. Sedangkan papa Andra hanya bisa membalasnya dengan pelukan dan elusan tangannya sesekali, meski ia terkejut, namun ia berusaha berpikir tenang. "Baiklah sayang...sudah...jangan sedih lagi, sekarang kita akan mencari kebenaran yang terjadi, lalu mengajak Natasya pulang kembali ke rumah, jangan biarkan gadis itu sendirian di rumahnya." Ucap papa Andra pada istrinya. "Pah...ada satu rahasia lagi yang baru tadi pagi mama temukan. Andra telah meniduri paksa Natasya pah...itu yang tidak bisa mama biarkan!" ucap mama Andra dengan suara perlahan, namun malah kian membuat papa Andra terkejut seraya akan melonjak dari tempatnya. "Apa!? anak itu merusak Natasya! tidak bisa dibiarkan lagi mah, papa harus hajar Andra, agar dia tahu dan membuka matanya bisa-bisanya dia demikian! kita sekarang yang bertanggung jawab atas Natasya, setelah papanya memberi amanat pada kita." Ucap papa Andra sembari beranjak dari duduknya dan sudah mengepalkan kedua tangannya, tanda ia benar-benar marah. "Tunggu pah, papa mau kemana?" tanya sang istri pada papa Andra, sembari kedua tangannya memegangi tangan lelaki itu agar tidak pergi dari sisinya. "Papa ingin mencari Andra dan menghajarnya! sudah dewasa tapi kelakuannya makin parah, papa sudah tidak bisa menolerir lagi mah. Lepaskan papa!" ucap papa Andra dengan seriusnya, namun istrinya kian erat memegangi tangannya dan menahannya. "Pah...kita tidak boleh gegabah, toh Andra pun sudah mengakuinya pah...dan mama percaya padanya bahwa ia tidak bersalah. Pasti ada seseorang yang tidak suka padanya, makanya membuat Andra tidak sadarkan diri." Ucap mama Andra yang terlihat memihak sang putera, karena setahu mama Andra, lelaki itu memang bercerita demikian. "Lalu kita harus apa sekarang?" tanya papa Andra pada istrinya. "Lebih baik kita urus masalah Andra dengan masa lalunya, kita luruskan kesalah pahaman Andra pada kita, baru kita ajak Natasya kembali." Ucap mama Andra yang mencoba menenangkan sang suami. "Baiklah...aku pun akan mengurus semuanya, kamu jangan khawatir sayang..." ucap papa Andra pada istrinya, lalu mengajaknya untuk segera keluar menemaninya makan malam. Ditempat Natasya, gadis itu meringkuk diatas ranjang nyamnnya dengan kedua mata yang mengalirkan bulir-bukir bening disana yang bergantian ia seka dengan tangannya. "Papa...papa kemana? kenapa papa pergi tanpa kabar? di drama dan film-film yang Nat tonton, disana saat pemilik perusahaan pergi, karena hutang yang menumpuk, tapi papa? perusahaan kita tidaklah sedang dalam masalah, juga tidak dalam kesulitan ekonomi, kenapa papa pergi begitu saja? kenapa pah?" ucap rintihan Natasya, ia benar-benar seorang diri disana, dirumah megah itu yang hanya ditemani bibi asisten rumah tangganya. "Papa...Nat kangen papa...Nat merindukan papa...papa kemana? kenapa papa meninggalkan Nat sendirian seperti ini?" lagi-lagi ucap Natasya yang ditujukan pada papanya, yang sudah seharian penuh tanpa kabar, dan tanpa kejelasan ia ada dimana. Hingga sayup-sayup matanya terpejam dan ia mulai tertidur. Rasa sesak bercampur khawatir ia rasakan malam itu, dan ia tidak akan tahu jika malam-malam seperti itu akan terus terulang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN