Bab 11 Teramat tega

1028 Kata
"Hah...!" dengus Andra dengan nada kagetnya, ia baru menyadari bahwa gadis itu ada di rumah kedua orang tuanya bukan karena uang, dan jelas bahwa wanita itu pun tidak sedang menggodanya, apa lagi mengejar uangnya. "Kok bengong? katanya mau cerita tentang mama tadi?" tanya Natasya sembari membuka kaca jendela mobilnya, dan kata-kata gadis itu menyadarkan Andra dari lamunannya. Andra pun segera berjalan mendekat ke arah Natasya, menghampirinya. "Tunggu! kita jangan bahas itu di luar, bisa tidak di rumah kamu saja?" ucap Andra saat ia sudah berdiri di samping pintu mobil Natasya. Andra kira diluar akan lebih rawan jika keduanya harus keluar. Terlihat sesaat gadis itu berpikir, lalu mengangguk mengiyakan perkataan Andra. "Yasudah...bawa masuk mobil kamu, aku parkir kembali mobil aku." Ucap Natasya yang mulai menyetir mundur mobilnya kembali ke garasi. Andra pun segera bembawa masuk mobilnya, memarkirkan di depan rumah gadis itu. Terlihat Natasya sudah menungguinya di teras depan rumah saat Andra baru keluar dari dalam mobil. "Ini rumah kamu?" tanya Andra, dan Natasya hanya mengangguk. "Rumah papa aku, aku tidak punya apa-apa." Balas Natasya yang membuat Andra manggut-manggut. "Oh ya...kamu biasanya tinggal disini dengan siapa?" tanya Andra lagi. "Ada bibi asisten rumah tangga dan juga suminya yang biasa setiap hari mengurus kebun." Ucap Natasya sembari mengajak lelaki itu masuk kedalam rumah. "Hemmmz...tunggu ya...aku ambilkan minum." Ucap Natasya yang lalu berjalan pergi setelah Andra duduk di sofa ruang tamu. Dan beberapa saat gadis itu datang dengan dua botol jus melon di tangannya. "Minum lah..." ucap Natasya sembari duduk di samping Andra, dan Andra menerima minuman itu. "Bagaimana? mau cerita apa?" ucap Natasya saat lelaki di sampingnya membuka botol sirup itu lalu meminumnya. Andra hanya menatap Natasya dengan tatapan dingin seperti biasa, meski ia melakukan kesalahan padanya, namun ia tetap kukuh dengan pendapatnya, bahwa ia tidak sepenuhnya bersalah. "Aku harus bicara darimana dulu sekarang?" ucap dalam hati Andra yang merasa sedikit bingung disana. Namun ia berniat menceritakannya pada gadis itu. "Mama tahu, malam itu kita tidur bersama." Ucap Andra yang seketika itu membuat Natasya membelalakan kedua matanya, ia tersentak karena kaget bukan main. "Apa! mama tahu? darimana?" tanya Natasya yang masih merasa apa yang Andra ucapkan itu tidak benar. "Mama sendiri yang bilang, dan aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi." Ucap Andra yang sama bingungnya. "Tuhan...sampai saat ini papa belum ada kabarnya, ditambah lagi kekacauan ini, aku harus apa sekarang?" ucap dalam hati Natasya. "Kamu kapan balik ke rumah ini?" tanya Andra tiba-tiba yang membuat Natasya tersadar dari lamunannya. "Aku ingin secepatnya! kau tidak usah khawatir." Ucap Natasya dengan nada suara ketusnya pula. Tapi aku tidak tahu, apa yang papa aku katakan pada kedua orang tua kamu, sepertinya papa menyerahkanku pada mama dan papa." Ucap jujur Natasya atas perasaan yang ia rasakan saat itu. "Lalu sekarang bagaimana?" tanya Natasya pada lelaki itu. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi." Ucap Andra dengan nada suara datar dan wajah tanpa ekspresi. "Wajah kamu itu tidak enak sekali Ndra ngerti nggak!?" ucap Natasya seketika. "Memang aksenku sudah seperti ini dari dulu, mau bagaimana lagi?!" ucap balasan Andra pada gadis itu. "Aku sudah bicara jujur pada mama, bahwa malam itu adalah kecelakaan, tapi aku tidak tahu apa yang ada dalam pikiran mama." Ucap Andra lagi. "Yasudahlah...aku yang menyedihkan disini, jadi buat apa kamu khawatir, lebih baik khawatirkan dirimu sendiri." Ucap Natasya pada lelaki itu. "Hei...kamu selalu berpikiran bahwa kamu yang selalu menyedihkan, terintimidasi, tersakiti! padahal kamu punya segalanya." Ucap Andra dengan nada suara meninggi. Andra pikir gadis itu tidak bersyukur. Dan saat itu juga Natasya menatap tajam kearah lelaki itu, hatinya sakit, sesak ia rasakan saat itu, mendengar lelaki b******k yang telah membuat semuanya makin menyedihkan untuknya. "Dari tadi pagi aku masih memendamnya, menahannya sebisa mungkin, kau tahu! seorang wanita hanya memiliki satu kali saja yang pertama seumur hidupnya. Dan bayangkan saja jika saat itu telah kau rebut paksa darinya, hemmmz...kehormatannya hilang begitu saja, ditambah lagi seseorang yang tinggal satu-satunya yang ia miliki harus pergi tanpa kabar malam itu juga, bisakah kau bersikap lebih baik lagi? jika kau tidak bisa bersikap baik, pergilah...jangan perlihatkan wajahmu di hadapanku, aku tidak butuh. Pergi! pergi aku bilang! pergi!!" ucap Natasya dengan bentakan kerasnya, sembari menunjuk wajah Andra yang terlihat sedikit kaget disana. "Oke aku pergi!" ucap Andra dengan nada suara meninggi pula. Lalu beranjak pergi dari tempatnya, keluar dari rumah megah tersebut. "Dia pikir dia siapa! dia pikir aku menikmati tidur dengannya! haiz...!" ucap Andra sembari menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Natasya, dan saat itu pula terlihat mobil yang masuk kedalam area pekarangan rumah itu, berpapasan di depan gerbang. "Sial!" gumam Andra sembari memukul beberapa kali setir mobil di depannya. Terlihat mobil yang baru saja berpapasan dengan mobil yang dikendarai Andra tengah berhenti tepat di depan rumah Natasya, Reza keluar dari dalam mobil, sembari menoleh menatap ke belakang, menatap mobil yang baru saja berpapasan dengannya. "Siapa lelaki itu?!" ucap Reza sembari masuk kedalam rumah Natasya yang pintu utamanya terlihat terbuka meski hanya sebelah saja. "Pergi kau! aku bilang pergi ya pergi!" teriak Natasya sembari melempar bantal aksesoris sofa yang tengah ia duduki. Timpukan itu tepat mengenai tubuh Reza disana. "Hei Nat...ada apa?" ucap Reza sembari menangkap bantal tersebut dan berjalan mendekat ke arah gadis yang masih tidak bergeming dari tempatnya. "Hei...kamu menangis? ada apa? siapa lelaki itu? pacar kamu? kamu baru putus dengannya?" ucap Reza sembari duduk berjongkok di hadapan Natasya, menatap lekat wajah gadis itu. "Za..." ucap Natasya yang lalu memeluk Reza dengan kuat. "Apa dia tahu bahwa papanya?" ucap Reza dalam hatinya. Karena Reza saat itu baru pulang dari luar Kota, pulang dari pemakaman papa Natasya, yaitu bos nya. Papa Natasya berpesan semasa hidupnya, bahwa Reza tidak boleh memberi tahu Natasya tentang kematiannya. Dan Reza pun hanya bisa patuh serta mengurus pemakaman itu setelah orang kepercayaan papa Natsya memberitahunya. "Sejak kapan kamu tahu aku punya pacar? aku juga tidak sedang putus, aku menangis karena tidak tahu kabar papa, dan kamu pun dari semalam tidak bisa di hubungi." Ucap Natasya dengan isakannya. "Maaf, maaf...aku semalam mendadak pergi keluar Kota, kamu baik-baik saja kan di rumah teman papa kamu itu?" tanya Reza yang mencoba mengalihkan pembicaraannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN