Bab 13 Perlakuan lembut

1046 Kata
Dimalam itu juga, disudut ruangan, tepatnya didalam kamar sebuah apartemen, Rafandra tengah terduduk di pojok dengan satu botol wine, kali itu adalah pertama kalinya ia membuka botol anggur tersebut. kedua matanya berkaca-kaca, seolah seluruh dunia telah menghakiminya sebagai seorang yang pengecut dan tidak bertanggung jawab. Seorang anak yang selama bertahun-tahun memilih untuk menjauh dari keluarganya karena pemikiran yang ia yakini. "Luna...sampai kapan perasaan sesak ini bisa lepas? sampai kapan bayang-bayang kamu bisa pergi? berapa lama lagi aku harus memusuhi kedua orang tuaku hanya karena menebus rasa bersalah aku padamu? jujur aku masih sakit saat mengenang kepergiannmu, tapi aku benar-benar merasa lelah telah melukai perasaan kedua orang tua ku." Ucap Andra dengan kedua mata yang terpejam disana, meresapi perasaan rindunya yang sudah menggunung sekian lama. Beberapa tegukan minuman itu menjadi penyemangatnya. Dengan satu kaki tertekuk dan satu lagi yang ia selonjorkan, Andra menyangga dagunya diatas lutut. "Semua ini gara-gara gadis itu! dia yang menjadi sumber masalah! andai dia tidak datang malam itu, aku pasti tidak akan melakukan itu padanya! sial..." Ucap Andra sembari lagi-lagi meneguk minuman beralkoholnya, beberapa kali tegukan membuatnya sedikit pusing, perasaannya yang tadi tidak karuan semakin menjadi ketika mengingat Luna yang sudah tiada dan bercampur menjadi benci saat mengingat Natasya. Lalu malam itu, Andra tiba-tiba menghubungi pak supir perusahaan yang biasa mengantarkannya, ia memintanya untuk mengantarkan kealamat Natasya. Pak supirpun tidak bisa membantah kemauan dari bosnya tersebut, meski bosnya sedang dalam pengaruh alkohol. Akhirnya setengah jam perjalanan sampailah di luar pintu gerbang rumah Natasya. Andra segera keluar dari dalam mobil, ia lalu melangkah mendekat ke arah pintu kecil yang ada di samping pintu gerbang, Andra menggedornya beberapa kali dengan sangat kerasnya, namun Natasya tidak juga keluar menemuinya. Barulah Andra sadar, mungkin gedoran tangannya kurang kencang dan gadis yang ia benci itu tidak akan mendengarnya! lalu ia putuskan untuk menggedornya dengan menggunakan botol wine yang ada di tangannya, beberapa kali gedoran ternyata membuat gadis itu mendengarnya. "Siapa sih malam-malam begini menggedor pintu gerbang orang lain?" ucap Natasya saat ia mendengarnya, ia tidak takut sama sekali karena memang di area tempat tinggalnya ada pak satpam yang siap siaga. "Hei...pak...maaf ya...anda membuat keributan disini, tolong anda pergi saja!" ucap pak satpam di luar pintu gerbang rumah Natasya yang tengah menegur Andra, dan pak supir yang tadi menyupiri lelaki itu hanya bisa meminta maaf sebagai gantinya, tapi Andra tidak bergeming dari tempatnya, ia tidak menggubrisnya sama sekali. Bahkan saat pak satpam dan juga pak supirnya memeganginya pun tetap saja Andra tidak menghentikan aktivitasnya, terpaksa kedua lelaki disampingnya itu memaksanya untuk berhenti, dan saat itu lah, Natasya keluar dari dalam pintu kecil samping gerbang tersebut. "Non...ini pacarnya tolong dikondisikan dong...mengganggu keamanan lingkungan ini lo..." ucap pak satpam saat itu juga, dan betapa terkejutnya gadis itu atas perkataan dari pak satpam lingkungan rumahnya, yang seenaknya sendiri berkata demikian. "Pak...dia bu..." ucap Natasya yang tertahan karena pak satpam dan juga pak supir Andra sudah menyerahkan tubuh sempoyongan lelaki itu pada Natasya. "Tolong ya non di urus pacarnya! saya mohon...agar tidak mengganggu yang lainnya non..." ucap pak satpam yang lalu pergi dari sana, dan paka supirpun yang ikut mengangguk undur diri, karena memang hari sudah larut malam. "Hei...maksud kalian apa ini? hya...!" teriak Natasya saat semua sudah pergi dari sana. "Dasar! kau kenapa bisa mabuk seperti ini? hei...!" ucap Natasya sembari mengguncang tubuh lelaki itu dengan kasarnya, namun Andra malah memeluknya. "Maaf...maafkan aku...aku tidak bermaksud membiarkanmu pergi meninggalkanku, maaf...aku terlalu merindukanmu...." ucap Andra seraya memeluk tubuh Natasya disana, Andra menangis terisak di pelukan gadis itu. Yang saat itu Natasya kira ucapan Andra ditujukan padanya, Natasya pikir Andra tengah menyesali perbuatan kasarnya. "Hah...lelaki ini bisa menangis? bisa bersedih? aku kira dia hanya seorang patung tanpa perasaan, tapi nyatanya hatinya lembek seperti adonan tepung untuk bakwan." Ucap Natasya yang mau tidak mau harus membawa lelaki itu masuk kedalam rumahnya, karena walau bagaimanapun bencinya Natasya pada Andra, ia juga tidak bisa membiarkan lelaki itu tinggal di jalanan malam itu. "Haiz...kau berat sekali." Dengus Natasya saat ia tengah susah payah membawa Andra masuk kedalam rumahnya, mendudukanya di sofa ruang tamu, dan membiarkannya disana. "Baik-baik kamu disini...!" ucap Natasya lalu pergi meninggalkannya sendirian, karena malam pun sudah kian larut, Natasya pun segera menuju ke kamarnya kembali. Malam itu terlihat sepi, sangat sepi, seluruh area rumah Natasya hanya di terangi cahaya remang dari beberapa lampu duduk dan lampu tempel kuning saja. Dan saat langkah Natasya sampai di pertengahan anak tangga, dari belakang Andra ternyata menyusulnya. "Luna...aku merindukanmu..." ucap Andra dengan lirihnya, mungkin saat itu hanya ia yang mendengarnya. Bayang-bayang mantan kekasihnya itu telah menghantuinya, memenuhi seluruh isi kepalanya, dan membuat Andra tidak mengenali sosok Natasya di depannya. "Brugh!" suara lelaki itu menarik lengan Natasya dari belakang, hingga punggung gadis itu membentur sisi tembok di sebelahnya. "Sayang...kau mau pergi kemana lagi? aku sudah lama menunggumu...aku ingin terus selalu bersamamu." Ucap Andra yang tanpa ia sadari. Dan saat itu, detak jantung Natasya kian meningkat, dentaknya kuat sangat kuat saat menyadari ucapan itu yang keluar dari bibir Andra, lelaki yang sudah ia benci. "Hei...sadarlah..." ucap Natasya saat lelaki itu kian menekan tubuhnya, dan memaksa mendaratkan ciumannya, terpaksa Natasya pun diam dan hanya menerimanya saja, karena ia khawatir jika sampai bibi asisten rumah tangganya terbangun karena mendengar suaranya. "Lembut..." ucap Natasya dalam hatinya, saat merasakan perlakuan lelaki itu padanya yang ia rasa begitu lembut, tidak seperti yang pertama yang ia rasakan. Kasar bahkan liar kala itu. Sampai...entah setan mana yang telah merasukinya, ciuman itu kian lama kian manis Natasya rasakan, ditambah rasa khas wine yang masih melekat membekas disana dibibir lelaki itu, membuat Natasya membuka bibirnya dan membalas ciuman-ciuman Andra yang mendarat menghujani bibirnya. "Aku pasti sudah gila!" ucap Natasya yang begitu sadar saat itu, sampai tanpa terasa keduanya sudah sampai di depan pintu kamar Natasya, dengan cepat giringan lelaki itu membuat Natasya mengajak masuk kedalam kamar itu. Dalam sekali sentakan saja, pakaian keduanya sudah terlepas sempurna, Andra merebahkan perlahan tubuh gadis di hadapannya, ia jelas melihat wajah itu bukanlah wajah Luna, namun alkohol sudah mempengaruhi otaknya untuk melanjutkan aksinya, Andra hanya bisa melakukannya sebaik mungkin, begitu pula Natasya, yang ia pikir Andra menginginkan dirinya, namun nyatanya Andra hanya teringat mantan kekasihnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN