BAB 18

873 Kata
"Kakak nggak pa-pa, Sayang. Udah dong, jangan nangis lagi ya?" Zio tidak tau lagi harus berbuat apa. Raya belum berhenti menangis walau ia selalu berkata bahwa ia baik-baik aja setelah kejadian ini. Namun Raya masih merasa ini karenanya. "Raya, liat Kakak." Zio menangkup wajah Raya, memaksanya mendongak menatap wajahnya. "Kakak nggak pa-pa. Selagi ada kamu di samping Kakak, Kakak akan selalu baik-baik saja," ujar Zio lirih. Raya semakin tidak bisa menahan air matanya. Ia memeluk Zio dan kembali menangis. Raya melupakan tujuan awalnya ke kamar Zio, yaitu untuk menyuruh pria itu untuk makan. Mungkin sekarang masakannya sudah dingin karena dibiarkan begitu saja. Zio mendekapnya hangat. Tangannya mengelus punggung Raya, berharap gadis itu sedikit tenang dan berhenti menangis. "Aku minta maaf, Kak." "Sudah cukup, Raya. Ini bukan salah kamu." Raya diam, ia menggigit bibir bawahnya agar tangisnya berhenti. Ia sungguh merasa bersalah terhadap Zio. Karenanya, Zio sekarang harus hidup sendiri tanpa pekerjaan. Zio sudah menjelaskan semuanya. Termasuk soal dirinya yang sudah tidak lagi bekerja sebagai CEO Allegra. Dan itu membuat Raya semakin dirundung rasa bersalah. Zio menangkup wajah Raya, ia tersenyum. "Nggak pa-pa, Raya. Udah ya? Sekarang kita makan, Kakak laper." Masih dengan sisa isakan yang sulit berhenti, Raya mengangguk, membuat Zio tersenyum, ia mengecup kening Raya lalu menarik gadis itu menuju meja makan. "Tuh, makanannya udah mulai dingin. Makanya, jangan nangis lagi ya?" Raya mengusap pipinya lalu mengangguk pelan. "Aku panasin lagi makanannya," ucap Raya dengan suara serak. Zio menggeleng, ia duduk dan menarik Raya untuk duduk di sampingnya. "Nggak usah, ini juga masih agak hangat." Raya mengambil piring Zio lalu menaruh nasi dan beberapa lauk pauk yang ia masak. Zio bertumpang dagu menatap Raya sambil tersenyum. "Udah cocok banget nih kalo jadi istri," celetuknya. Raya menaruh kembali piring Zio lalu gadis itu tersenyum. "Tapi akunya belum siap," Raya menjulurkan lidahnya lalu tertawa. Zio terkekeh. "Aku akan menunggu kamu sampai kamu siap. Sekarang atau 50 tahun lagi ku masih akan tetap mencintaimu." Raya tertawa lagi saat ia mengisi piringanya dengan makanan. "Cocok ya, cuma kita kebalikannya." "Masalah di dalam hubungan kita itu rintangan, bukan halangan. Kamu mau kan berjuang sama aku?" Raya menoleh saat ia sedang mengaduk makanannya. Gadis itu tersenyum lalu mengangguk. "Aku nggak mau kehilangan Kakak. Cuma Kakak yang aku punya sekarang. Aku sayang Kak Zio." Tangan Zio terulur mengelus kepala Raya. "Kak Zio juga sayang Raya. Selamanya." Raya tersenyum. Gadis itu merasa hatinya benar-benar menghangat karena Zio. Seluruh hatinya di dekap pria itu dengan hangat, hingga Raya tak mampu lepas dari pria itu. Seluruh hatinya milik Zio. Seluruh cintanya bahkan dirinya, semua milik Zio. Raya tidak akan melepaskan pria itu. Perasaan Raya sudah terlanjur dalam untuknya. *** "Ini." Raya mengulurkan sebuah surat yang dilipat rapih. "Aku lupa tadi. Hari sabtu nanti akan ada penelitian gitu di museum," ucap Raya. Zio membaca surat itu dengan seksama. "Masih di Jakarta." Entah ucapan Zio berupa pertanyaan atau pernyataan, Raya mengangguk saja. "Aku ikut," ucap Zio. Raya terbelalak. "Lho, ngapain? Ini kan acara sekolah." "Aku cuma mau memastikan kamu baik-baik saja dan nggak ada yang deketin kamu. Pokoknya aku ikut," ujar Zio. Raya terkekeh geli. "Ya ampun, siapa sih mau deketin aku? Punya temen aja nggak, Kak." Raya menggeleng-gelengkan kepalanya kecil. "Ada-ada aja sih. Emang bisa Kakak ikut?" Zio diam. Karena Allegra adalah salah satu donatur di sekolah Raya, ia bisa menggunakan nama Allegra agar bisa ikut ke acara penelitian itu. Hanya tinggal bilang ingin mengawasi perkembangan belajar, gunakan nama Allegra dan semuanya selesai. Zio bisa ikut tanpa harus repot memohon. "Itu gampang, Sayang." "Tapi..." Zio menaikkan sebelah alisnya. "Tapi apa?" "Tapi Kak Zio jangan aneh-aneh ya? Jangan berinteraksi sama aku selama di sana," ujar Raya, wajahnya tampak ragu-ragu. "Lho, kenapa? Aku ikut ke sana kan buat kamu." Raya menunduk. "Aku nggak mau hubungan kita ketahuan." Zio tersenyum kecil. Ia mengerti maksud Raya. Gadis itu hanya takut jika hubungannya dengan Zio yang notabenenya adalah anak tunggal keluarga Allegra dan usia Zio jauh berbeda dengan Raya akan menyebabkan berita yang aneh-aneh yang bisa saja sampai ke telinga Aneu dan Ely. Gadis itu hanya takut akan ada berita-berita negatif yang akan tersebar jika semuanya terjadi. "Tenang aja, Sayang," ucap Zio. Raya mengangguk. "Ah, Kak Zio dari kapan keluar dari rumah?" tanya Raya. "Hmm, seminggu yang lalu. Hari rabu kalo nggak salah. Kenapa?" Raya diam. Pikirannya melayang ke hari rabu. Saat itu ia melihat Zio dan Kelly sedang makan malam di restoran tempat ibunya bekerja. "Aku liat Kakak malam itu di restoran." "Kapan?" "Hari rabu. Kakak lagi makan, padahal Kakak bilang Kakak makan di rumah sendirian. Ternyata Kakak makan di restoran itu dengan Kelly," ujar Raya yang sukses membuat Zio membelalakan matanya. Pria itu langsung menarik Raya dan memeluknya. "Kamu salah paham, Sayang, ini nggak seperti apa yang kamu bayangkan," ujar Zio, nada suaranya ketakutan dan khawatir. Raya diam. "Maaf udah bohong sama kamu soal makan malam di rumah. Aku emang makan malam di luar, tapi aku nggak makan malam sama Kelly," ujar Zio. Apanya yang tidak? Jelas-jelas Raya melihat Zio dan Kelly sedang makan di sana. Penglihatan Raya masih jelas! "Kakak ke sana sendirian, lalu tiba-tiba Kelly datang entah dari mana," ucap Zio lagi, masih dengan memeluk Raya. "Kamu percaya kan sama aku?" Raya lebih memilih mengangguk daripada memperpanjang masalah ini. "Aku percaya." Zio semakin memeluk Raya erat. "Maaf, Sayang. Maaf nggak jujur dari awal sama kamu." Raya menepuk bahu Zio dan mengangguk. "Nggak pa-pa, Kak." Zio mengurai pelukannya. Ia menatap Raya yang tersenyum kepadanya. Betapa bodoh dirinya karena membohongi Raya dari awal. Seharunya Zio jujur. "Kakak minta maaf." Tatapan mata Zio masih penuh sesal. Raya terkekeh. "Nggak pa-pa, Kak." ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN