"Ngapain ke Seoul, ma?"
Fasha terkekeh. "Mama harus menjemput onty nakalmu itu. Bagaimana kuliahmu, nak?"
"Sejauh ini seperti biasa! Tidak ada yang istimewa."
Fasha terkekeh lagi. Ia melakukan panggilan video dengan anak tersayangnya. Kebetulan kan sore di sini. Artinya di sana masih pagi. Anaknya pasti sudah bangun.
Anak semata wayangnya, Aziel, sudah berusia 20 tahun dan sedang kuliah di luar negeri. Ya gimana gak kangen? Ia tak punya anak lagi di rumah jadi akhirnya mencuri anak Adel, Aidan, Ali atau Adeeva. Hahaha. Karena masih bocil-bocil. Sayangnya tak bisa ia bawa ke Korsel karena ia pun berangkat cukup terburu-buru. Kan sudah janji pada ayahnya untuk membawa pulang Tata bagaimana pun caranya. Mereka harus cerdik. Harus bekerja sama.
"Yakin gak mau aku temenin?"
Suaminya menelepon tepat dikala ia baru turun dari mobil.
"Kalau ada kamu nanti aku gak bisa menghajar Tata."
Suaminya tertawa. Yeah gaya istrinya memang selalu begitu. Makanya kan si Tata rada takut sama kakak tertuanya ini. Ia berjalan menuju pintu masuk sembari menelepon. Bawaannya pun hanya koper kecil karena tak akan berlama-lama di sana.
"Yakin bisa bawa Tata pulang?"
"Aku udah nelpon atasannya, Pan. Dan lagi, semester ini akan segera berakhir. Dia gak ada alasan buat jadiin mahasiswanya sebagai bekingan. Dan lagi, keluarga lebih penting."
"Tapi tetap harus pertimbangin keadaan Tata."
"Udah lewat bertahun-tahun, Pan. Harusnya udah berdamai. Dan lagi, orang-orang di sini juga udah lupa."
Terlebih mereka juga sudah tak pernah memposting keberadaan Tata. Ya seakan keberadaannya diharamkan di akun media sosial. Tapi wajar lah. Namanya juga keluarga. Mereka pasang badan untuk melindungi Tata bukan?
Tiba di ruang tunggu, Fasha sibuk dengan pekerjaannya di laptop. Diusia ini, ia masih sibuk. Makin sibuk malah. Karena anak sudah besar. Suaminya terbilang berada di puncak karir sebagai gurbernur Jakarta. Sebentar lagi berencana menyalonkan diri menjadi presiden negara ini. Bisa kah?
Jawabannya harus bisa. Mereka sedang memperjuangkan keadilan untuk semua warga negara. Ya kecuali kalau mereka masih tertarik dengan program-program pemerintah sekarang yang masih menjabat. Masih tertarik dengan program s**u gratis. Bahkan kue gratis. Ya masyarakat kecil memang senang dengan hal-hal semacam itu. Tapi Fasha sudah memantau semua program mereka yang tak tepat sasaran. Kok bisa?
Ya ada sekolah negeri di Jakarta yang diisi oleh anak-anak pejabat hingga artis dapat s**u gratis. Harusnya kan mereka yang jauh aksesnya. Misal anak-anak di perbatasan dengan negara lain. Kalau di Jakarta ya bocah-bocah itu mampu membeki sendiri. Ia geleng-geleng membacanya.
Ya yang sedang ia baca tentu saja program-program yang perlu dikaji ulang jika suaminya menjabat sebagai presiden nanti. Meski tahu yang mereka lawan ini tak mudah loh. Kenapa?
Wong dari tahun ke tahun, yang menjabat diisi oleh keluarga besar Romi semua. Dari sekelas bupati dan walikota ya keluarga besarnya. Bikin geleng-geleng kepala bukan?
Dikala ia berdebat dengan pikirannya tentang nasib negaranya yang makin menyedihkan, ada panggilan untuk masuk pesawat. Ia segera mematikan laptopnya kemudian memberesinya. Ia tak diikuti ajudan. Dan lagi, dandanannya juga tak menarik perhatian kok. Jadi sejauh ini belum sadar kalau ia istri gubernur. Kecuali....
"Oh...buk....ikut dengan saya saja."
Ada yang menyadari keberadaannya ketika ia menyerahkan kartu identitas dan boarding pass. Mau tak mau ya ikut walau sambil menunduk. Koper kecilnya bahkan dibantu untuk dibawakan. Ia berterima kasih karena diantar langsung ke kursinya.
Ia memang berangkat ke Seoul dalam rangka menjemput adik bungsunya yang nakal itu. Awas aja kalau kabur dan gak mau ikut. Ia bakar habis-habisan! Hahaha!
@@@
"Gimana, kak?"
Ia baru saja tiba. Kantor yang dulu kecil dan hanya di ruko ini akhirnya berpindah ke gedung juga. Bergabung dengan gedung kantor Regan. Karena dirasa menjadi jauh lebih mudah.
"Oh, udah kok, Zik. Tadi kan dijawab sama Rusdi."
Ia mengangguk-angguk. Ia kira kalau Adel masih butuh bantuannya. Ya kalau urusan hukum, ia masih membantu Adel. Walau tak punya posisi lagi di sini karena kesibukannya di kantor Regan. Ia sudah jadi pengacara handal sekaligus manajer eksekutifnya. Jadi yang menjalankan firma itu ya dirinya. Direkturnya ada. Tentu saja sudah sepuh. Itu pun lebih banyak mengawasi. Karena Zikri adalah pelaksana yang bagus.
Alih-laih pergi, ia malah mengambil duduk di sofa. Sementara Adel masih serius dengan berbagai kasus viral akhir-akhir ini.
"Tata ada nge-chat atau nelepon, kak?"
"Lo nanyanya ke Adeeva lah."
Karena perempuan yang satu itu yang lebih dekat dengan Tata. Zikri menghela nafas. Ia memang tak pernah tahu kabar Tata lagi. Sekalipun beberapa kali sempat melihatnya, ia rasa itu terjadi delapan tahun lalu ya? Eh apa tujuh? Ia tak tahu.
Karena sekalipun Tata dikabarkan ada di Indonesia, cewek itu selalu bersembunyi. Padahal ia masih sering datang ke rumahnya. Ya karena ibunya Tata kan memang suka dengannya. Suka bukan berarti naksir ya. Suka karena kepribadian Zikri yang ramah itu. Dan memang sedang jadi rebutan para ibu mertua. Maklum kan menantu idaman.
Ganteng, soleh, pekerja keras lagi. Ia terbilang sudah sukses diusia 29 tahun ini.
"Kalau nelpon Adeev, yang ngangkat selalu si bang Thaya!"
Ia dongkol. Adel tentu saja terbahak. Yeah adik iparnya yang posesif itu memang membuat geleng-geleng kepala. Banyak drama yang terjadi di antara keduanya yang membuatnya pusing kepala.
"Dia pasti pakek aplikasi yang bisa alihin panggilan itu."
Ya Zikri juga tahu. Makanya, gimana ia bisa bertanya heh? Mana bertemu Adeeva pun jarang. Di sini pun tak bisa kama mengobrol karena Adel sibuk. Ia keluar dari ruangannya dengan tampang lesu.
"Bang Zik! Beneran lagi dekat sama Cut Syifa ya?"
Ini lagi gosip gak ada habisnya. Ya karena ia sering keluar bersama sepupu-sepupu cowoknya Tata yang keren-keren ini. Alhasil jadi ikutan terkenal. Banyak cewek yang naksir pula. Bahkan banyak yang mengajak taaruf di media sosial. Mana ibunya sudah menyuruhnya untuk menikah. Katanya bair gak jadi fitnah menilik pemberitaan kaba rburung begini sangat laku di Indonesia.
"Beneran ya, bang Zik?"
Ia menghela nafas. "Bohong itu."
"Iih! Beneraaaan, bang?"
"Kalo pun enggak, bang Zik gak bakalan sama lo kali!"
Ia ikut terkekeh saat mendengar itu. Ya bertepatan dengannya keluar dari kantor mereka. Jam makan siang masih dua jam lagi. Tentu masih lama. Ia tak punya alasan untuk kabur bukan? Jadi mau tak mau ya kembali ke firma hukumnya.
Kenapa ia lesu sekali? Jadi mirip Adrian yang suka melow. Cowok itu tentu saja sudah berada di dalam pesawat. Ah tapi nasibnya jauh mebih baik lah. Karena Tata masih bisa ia temui kalau mau. Masalahnya, yang tak mau itu Tata. Padahal ia ingin melupakan apa yang terjadi. Mungkin lebih tepatnya, menerima dengan lapang atas segala hal yang terjadi bukan? Memangnya apa yang terjadi antaranya dan Tata heh?
@@@
Fasha akhirnya mendarat. Ia sempat mencoba menelepon Tata, tapi tak diangkat.
"Waah bocah yang satu ini."
Ia tentu dongkol. Wong ditelepon berkali-kali juga masih diabaikan. Ia mencak-mencak keluar dari pintu. Tentu masih berupaya meneror Tata. Gadis itu mana tahu kalau kakaknya sedang dalam perjalanannya menuju apartemennya. Ia ada di mana?
Di jalan tentunya. Menyetir bukan lah alasan untuk menolak panggilan telepon. Ia hanya merasa jengah saja. Karena semua keluarganya memaksanya untuk pulang. Makanya, ia agak-agak dongkol dan memilih mengabaikan. Bukan kah haknya ya untuk pulang atau kah tidak?
Tiba di parkiran apartemen, tentu saja turun. Tapi sebelumnya ia memperbaiki rambut dan dandanannya. Hahahaha. Masih sempat-sempatnya berkaca di depan cermin. Baru deh turun dan.....
"MIN JUN OPPAAAA!"
Ia sudah memanggil seseorang. Tentu saja dengan gaya centilnya. Rambut harus dikibas biar leher kelihatan jadi kelihatan sedikit seksi. Hahaha. Jalannya juga harus melenggok, tapi tetap harus kelihatan normal.
"Oh..... Tata-ssi?"
Ia terkekeh centil. Sengaja ikut masuk ke dalam lift kemudian berdiri tepat di sebelahnya sambil mencuri-curi pandang.
"Oppa sudah pulang dari kantor dijam ini?"
Karena menurutnya, ini belum terlalu sore. Masih terhitung siang sekali loh. Jam 2 siang.
"Oh...semalam aku lembur."
"Aaaaah!"
Ia ber-ah ria sambil mencolek lengannya. Hahaha. Mencari kesempatan untuk memegang otot-otot lengannya yang keras itu. Omong-omong seksi awkali lelaki ini. Hahahaha!
"Pantas saja aku gak lihat Min Jun oppa semalam!"
Padahal ia bahkan tak pulang semalam. Hahahaha. Ia menginap di apartemen temannya. Min Jun ikut terkekeh. Ia melihat lengannya yang sudah dipeluk Tata. Hahahaha! Bahkan hingga mereka keluar lift. Berhubung arahnya sama kan ya? Kapan lagi ia bisa begini sih?
Walau dari kejauhan....
BRAAAAK!
"YAK! TATAAAAAAA!"
@@@