Rio Finiggan P.O.V
"Aku menyerah!" Wanita itu langsung bersuara ketika diriku akan menyerangnya, aku langsung menghentikkan pergerakanku.
"Kenapa kau menyerah?" tanyaku, mendengarnya, wajahnya memerah seketika.
"Karena kau sangat tampan! Aku mencintaimu! Maukah kau menjadi kekasihku?"
DEG!
Apa ini, dia berusaha menggodaku rupanya. Baiklah, mendengarnya aku tersenyum. "Wanita sepertimu tidak layak menjadi kekasihku."
BUAG!
Mendengarnya, wanita itu langsung menendang perutku, aku sangat terkejut."Ternyata kau cerdas juga ya?" ucapnya dengan senyuman menggoda.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku terhempas mundur terkena pukulannya, aku tidak menyangka ternyata wanita cantik itu memiliki tenaga yang besar. Sangat membuatku heran.
Namun, apapun bentuk lawanku, aku tidak akan terkecoh, bisa saja wanita yang kupikir lemah mempunyai sihir yang lebih tinggi dariku. Mungkin saja.
Dia tersenyum memandangku. "Aku tidak ingin melukaimu, jadi, mari kita hentikan pertarungan ini, dan menikahlah denganku?" kata wanita itu dengan senyuman. "Tapi jika kau menolak lagi? Dengan sangat terpaksa, aku harus memaksamu."
DEG!
Aku tidak habis pikir, kenapa dia sangat terobsesi dengan yang namanya pernikahan, aku sama sekali tidak memikirkan ke arah sana, aku harus menolaknya secara halus. Lagi pula, aku sudah punya seseorang yang kuincar dan dia lah yang jelas-jelas layak menjadi istriku. Biola Margareth.
"Maafkan aku, tapi, aku menolak."
"Menolak?" ucapnya dengan senyuman menggoda. "Kau menolak lagi? Baiklah, terserah."
Wanita itu mengeluarkan sebuah kalung dengan liontin berbentuk bintang silver, dengan senyuman menggoda, dia berkata, "Namaku Rose Lovingme, aku seorang penyihir dari Emigori. Namamu Rio Finiggan, salah satu pria tampan yang terkenal dengan kemampuan sihirnya, menghanguskan apapun. Sementara itu, aku juga mengetahui semua tentangmu, dan juga keempat adikmu itu. Rio Finiggan, aku sangat mencintaimu, maukah kau membiarkanku menyentuh tubuh kekarmu itu?"
Mendengarnya, aku sangat terkejut, ketika dia berbicara, liontin bintang itu bersinar terang. Rose juga menggoyang-goyangkan kalungnya, membuatku menatap serius kepermukaan bintang itu.
"Ak-aku... Apa yang... Seharusnya... Ti-tidak mungkin...," Kata-kata yang keluar dari mulutku sangat tidak jelas, tentu saja, ketika mataku menatap bintang kecil itu, seluruh ingatanku tentang Biola Margareth menjadi berbeda.
Semua yang aku ingat hanyalah wajah Biola yang membenciku, dia menjauhiku, apa yang telah kulakukan. Ini tidak mungkin, seharusnya dia tidak melakukan ini. Melihat tampangku yang kebingungan, Rose tertawa renyah. "Hahahaha, kenapa? Ada apa? Apakah kau mengingat sesuatu? Bagaimana? Kenapa kau terlihat kebingungan, Rio Finiggan? Katakan padaku, ayo!"
Tidak, aku tahu, ini hanyalah sebuah ilusi, menurutku, dia mempunyai sihir hipnotis, semua mata yang melihat bintang itu, pasti terkena sihirnya. Aku bukanlah pria bodoh yang mudah masuk ke dalam perangkapnya. Aku tahu, ini sangat mengejutkan.
"Aku tidak menyukaimu! Menyingkirlah dari hidupku! RIO FINIGGAN!"
Biola, itu suaranya, ada apa ini. Kenapa dia marah padaku, apa yang telah kulakukan sehingga membuatnya kesal. Aku tidak ingin mengulangnya lagi. Aku sangat menyayanginya. "Cu-cukup, Rose... kubilang cukup!"
Mendengar apa yang kuperintahkan, Rose tersenyum lalu membungkukkan tubuhnya padaku. "Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya ketika dirimu dibenci oleh seseorang yang kau sayangi? Hmmm... katakan padaku? Hahahaha!"
Ini sangat tidak terduga, sihirnya membuatku tidak berkutik. Tetesan air hujan mulai mereda, rumput hijau yang kupijakki basah. Wajahku berkeringat. "Ini hanyalah ilusimu bukan? Aku tahu itu?" kataku dengan tatapan dingin. "Karena itulah, kau mengambil kesempatan ini untuk membuatku putus asa. Tapi sayangnya, aku bukanlah orang yang seperti itu. Aku tidak akan kalah dari w*************a sepertimu! Rose Lovingme!"
DEG!
Rose menegaķkan tubuhnya kembali, dia terkejut dengan apa yang kukatakan, perlahan-lahan, dia mengalungkan benda itu di lehernya. Lalu dengan ekspresi kesal, dia berseru, "Rio Finiggan! Aku bersumpah! Aku bersumpah tidak akan membiarkanmu bebas! Aku akan menyiksamu! Sampai kau mau menjadi kekasihku! RASAKAN INI!"
WOOOOMM!!
Tiba-tiba liontin bintang itu bersinar terang. Sangat terang. Dan secara mengejutkan, penglihatanku kabur. Semuanya gelap.
Apa ini?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Namun, kegelapan itu mulai lenyap, tergantikan oleh sebuah tempat yang sangat kukenal, ini di rumahku, lebih tepatnya kastilku. Dan sekarang, aku sedang duduk di kasurku.
Tok! Tok! Tok!
Sebuah ketukan kecil terdengar pada pintu kamarku, aku terkesiap, dan berkata, "Siapa?"
"Aku, Biola Margareth, pelayanmu."
DEG!
Se-sejak kapan!
Aku terkejut mendengarnya, namun, aku tahu, ini hanyalah ilusi. Aku tahu itu. Aku tersenyum. "Masuklah, Putri."
CKLEK!
Ternyata benar, dia seorang wanita berambut merah panjang, itu Biola. Namun, dia memakai pakaian khas seorang pelayan kastil, dia juga membawakanku nampan berisi makanan. Dengan kepala tertunduk, dia meletakkan nampan itu di meja, lalu berkata tanpa menatap wajahku. "Ini Tuan, sarapannya. Permisi." Lalu dia kembali melangkah pergi, aku langsung menarik lengan kanannya. Biola terkejut.
"Tetap disini, Putri."
"Maaf, aku bukanlah seorang putri. Aku hanyalah pelayanmu. Permisi, aku harus kembali bekerja." Dia menepis genggaman tanganku dan melangkah gusar. Aku berdiri dan memeluknya dari belakang.
Biola terkejut.
TAR!
Biola menamparku, dia mendorongku untuk tidak menyentuh tubuhnya. Ada apa ini. Dia juga memasang ekspresi marah padaku. "Maaf Tuan! Tapi perlakuan anda sangat tidak sopan kepada seorang pelayan sepertiku! Apa anda tahu! Aku sangat membencimu! Menyingkirlah dariku Tuan! Permisi!"
Dia langsung pergi dari kamarku dengan tergesa-gesa. Aku sangat terkejut. Apakah aku telah membuatnya marah?
"Hahahah! Bagaimana? Bagaimana rasanya dibenci oleh orang yang kau sayangi? Rio Finiggan?" Rose tiba-tiba muncul, dia dengan santainya duduk di permukaan kasurku sembari memain-mainkan kalungnya. "Katakan padaku, bagaimana rasanya? Hahahah!"
Ini tidak bisa dibiarkan!
Aku mengepalkan tanganku keras. Dia sudah membuatku dibenci oleh Biola. Walau ini tidak nyata, tapi itu cukup membuatku kaget dengan ekspresi marah Biola padaku.
"Rose, hentikan ini."
"Aku tidak mendengarnya? Hmmm... Aku tidak mendengarnya? Aku tid-"
BRAK!
Biola dengan langkah terburu-buru masuk ke dalam kamarku, dia menjatuhkan gelas yang dibawanya dan menangis. "Ap-apa yang kalian lakukan? Oh, maafkan aku! Aku tidak bermaksud... " Biola langsung keluar kamar dengan meninggalkan ekspresi sedih di ingatanku. Dia bersedih?
"Hahaha! Lihatlah! Wanita itu bersedih! Hahaha! Sangat disayangkan sekali? Padahalkan aku ingin meminumnya? Pelayan bodoh!"
"Dia bukan pelayan!"
Hening seketika, Rose terkejut mendengar bentakanku. Air mata mengalir di pipiku. "Ka-kau juga menangis? Kenapa pria tampan sepertimu menangis? Rio? Jawablah? Hahah!" Dia tertawa-tawa melihatnya.
"Kembalikan aku!"
"Kembalikan? Bukankah ini rumahmu?"
"Ini bukanlah rumahku!"
Rose bangkit dari kasurku dan mendekatiku, dia menghapus air mataku dengan lembut. Napasku menderu. Perlahan-lahan, mulutnya mendekat padaku.
Cup!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Biola Margareth P.O.V
Aku merasakan sesuatu!
Apa ini!?
Aku tidak tahu kenapa, tapi aku benar-benar gelisah sekarang. "Hohohoho, apa yang membuatmu gelisah, merah? Hohohohoho!" Pria es itu terkikik memandangku.
Sang Dewa Hujan juga menghentikan kekuatannya, sehingga tetesan air yang turun dari langit berhenti. "Princess, aku mengetahui apa yang kau pikirkan." Sang Dewa dengan wujud cahayanya berbicara padaku.
"Maaf, aku tidak tahu, sudahlah, lebih baik aku kembali fokus pada pertarungan ini!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Rose Lovingme P.O.V
Akhirnya pria tampan itu menyerah dengan hal ini, dia hanya bisa diam ketika diriku mengecup bibir tipisnya. Rasanya seperti di Surga. Sangat menyenangkan.
Setelah itu, aku langsung menghentikan sihir ini. Dan pada akhirnya, kami berdua kembali ke tempat ini. Hutan sakura. Rio terbaring lemah di rerumputan. Sementara diriku duduk dengan anggunnya. Perlahan-lahan, kubuka kelopak mataku, dan tersenyum melihat keberadaannya.
"Sekarang, akan kubuat kau berlutut padaku, Rio Finiggan!" Aku langsung bangkit, tapi kenapa tubuhku susah untuk digerakkan, ada apa ini!
"Hahahah!" Terdengar suara tawa di belakangku. Ketika kutolehkan kepalaku, aku melihat seorang laki-laki berambut landak dengan penampilan mengerikan. Siapa dia?
"Siapa kau! Hentikan sihirmu ini!"
"Namaku Zack Sparax Finiggan, aku tidak akan menghentikan sihir ini sebelum bisa bersenang-senang denganmu! Hahahaha!"
.
.
.
"Itu benar." Wanita berambut merah panjang muncul disisi Zack dengan senyuman cantik. Kecantikannya membuatku iri. "Kau tidak akan kami biarkan bebas, kau akan merasakan pembalasannya karena telah memperlakukan Kakakku dengan tidak sopan. Jadi, mari kita mulai?"
"Apa ini!"
Sebuah rantai emas keluar dari permukaan tanah dan mengikat tubuhku, kurang ajar, ada apa ini?
"AKU SUDAH MENGIKATNYA! SEKARANG GILIRANMU, KEMBARANKU!"
Seorang wanita berkaca mata berdiri diatas pohon dengan tatapan kejam padaku, namun yang lebih mengejutkan, sebuah telapak tangan menyentuh kepalaku. Siapa ini?
"Tikus kotor sepertimu tidak layak menjadi Kakak Ipar kami!"
Aku ingat sekarang, mereka adalah keempat adik dari Rio Finiggan. Kurang ajar!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"AAAAAAAAAHHHHHH!!!!!"
.
.
.
.
.
.
AK-AKU MATI!?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.