Paige Aurora P.O.V
Tangan dan pinggulku semakin hebat menciptakan irama yang khas, aku merasakan musik yang sangat indah, sehingga tubuhku tidak bisa dihentikkan.
TENG!
"HUAAAAAAAH!!! HENTIKAAAAAN!!!"
Aku tersenyum melihatnya. Matilah kau ular busuk. "Lengser! Lengser! Lengser! Menarilah!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nella terus mengerang kesakitan, kedua tangannya mencengkram kepala dengan keras, wajahnya menampilkan rasa sakit yang luar biasa, tetapi, perlahan-lahan mukanya menyeringai.
"JIAHAHAHAHA! DASAR BODOH!" Dia tertawa, tubuhnya kembali normal, ia memiringkan kepalanya lalu berkata, "Seekor ular sangat menyukai musik dan tarian, dan kau telah mengundang hewan itu datang!"
Nella langsung memanjangkan lehernya, aku menghentikkan sihir itu dan menatapnya tajam. "Apa maksudmu! Kau jelas-jelas kesakitan karena sihirku!"
"Kesakitan katamu? Cuih! Tidak, aku hanya sedang beracting seolah-olah diriku terkena sihir bodohmu itu! Hahahah! Dan sekarang, kau sudah membuat mereka datang, Paige!" ucapnya dengan mendesis seperti ular, lehernya langsung melesat ke arahku, aku meloncat mundur, dia tersenyum. "Kau sangat bodoh!"
GRRRRRMMMMM!!
Dari kedalaman jurang yang berada di bawah jembatan ini, dengan sangat jelas, aku mendengar sesuatu menggeram. Nella juga merasakannya, namun dia terlihat bahagia sekali, ular busuk s****n!
"Datanglah, Anaconda!"
GRRRRRRMMMMMMMM!!!
Tiba-tiba, secara mengejutkan, seekor ular raksasa keluar dari jurang itu, kepalanya menghantam jembatan yang kami pijakki, alhasil, aku terjatuh tepat ke tubuh hewan mengerikan itu. Sementara Nella, ia berdiri dengan angkuhnya di atas kepala monster ini. "Jadi, mari kita mulai pertunjukkannya, Paige!"
BRUAG!
Tubuh Anaconda bergerak dengan sangat cepat, hewan itu menghantam tubuhnya sendiri ke sisi-sisi tebing, sepertinya dia ingin diriku menyingkir. s**l sekali. Nella tertawa-tawa melihatku sempoyongan karena ular itu terus menghantamkan badannya, dia mengejekku. "Ayolah Paige, kau pasti bisa? Semangat! Hahahahah!"
Dia mengejekku!
Ular s****n!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bebatuan dari tebing terus meluncur turun karena hantaman dari tubuh hewan itu, pepohonan bergetar, bahkan burung-burung terbang mengitari tempat ini, mereka sepertinya marah karena tempat tinggalnya diganggu oleh kami.
"Paige? Bisakah kau lebih kuat lagi!? Hah! Bisakah kau mengatasi hal ini!" Nella berteriak dengan suara yang melengking, air sungai yang tertutupi oleh keberadaan Anaconda ini membuat aliran air tidak mengalir dengan sempurna, bahkan geraman dari hewan s****n itu terus menggema di jurang ini.
"Baiklah!" Diriku langsung memejamkan mata, mencoba menarik napas sangat dalam, berkonsentrasi walau keseimbanganku tidak sempurna karena gerakan dari hewan ini.
Sepertinya tidak ada pilihan lain selain memanggilnya!
"TURUNKANLAH! TURUNKANLAH! REOG PONOROGO SEKARANG!"
GRIAHAHAHAHAHAHAHAH!
Aku tersenyum mendengar suara tawa yang besar dari langit, sebentar lagi, dia akan datang. Langit mengeluarkan suara yang bergemuruh. Seketika, hewan yang kupijakki ini menciut dan pergi secepat mungkin, namun aku langsung meloncat ke atas tebing, sayang sekali, aku hampir terjatuh, tangan kananku mencengkram ranting yang tertanam di tebing tersebut dan berusaha menaikinya.
Sementara Nella, dia sudah berdiri sempurna disana, dengan wajah merinding. Tentu saja, butuh waktu yang lama menunggu Reog muncul dari langit. Akan kujelaskan pada kalian, Reog merupakan monster terkutuk yang sangat menyeramkan, dia memiliki rupa seperti singa dengan bulu burung merak disekelilingnya, sangat menakutkan. Tubuh monster itu, menyerupai manusia namun dengan bulu-bulu singa jantan. Dia dapat berbicara layaknya manusia. Dan juga, Reog berasal dari Ponorogo-suatu daerah yang berada di langit.
"Siapa yang kau panggil? Paige!?" Nella bertanya dengan wajah ketakutan. Aku menghembuskan napas lelah, lalu berkata, "Kau bisa melihatnya sebentar lagi."
GRIAHAHAHAHAHA!
SROOAKKK!!
Langit terbelah oleh suatu cahaya yang sangat terang benderang, bahkan aku harus menutupi kedua mataku. Angin berhembus sangat kencang, rambutku berkibar dengan indahnya, dan senyumanku mengembang ketika Reog Ponorogo mendarat di hadapanku.
Suaranya yang serak dan mengerikan memecah keheningan. "Griahahah! Masalah apa lagi yang kaulakukan sehingga menurunkanku!? Griahahah!"
Nella melotot ketakutan, seluruh tubuhnya bergetar hebat melihat sesosok manusia dengan wajah singa dan bulu merak. Aku tersenyum dan menjawab, "Aku hanya ingin meminta bantuanmu, Reog." Mendengar hal itu dia kembali tertawa keras.
"Meminta bantuanku? Griahahah! Untuk apa?"
"Untuk mengalahkan wanita bengis itu!" jawabku sembari menunjuk ke arah Nella yang sudah menghilang. Kurang ajar, ternyata dia melarikan diri.
"Dimana wanita bengis yang kaukatakan tadi, Paige!" Reog mencari-cari keberadaan Nella, sesekali, bulu-bulu merak yang tertancap dikepalanya bergoyang-goyang lembut. "Dimana dia!"
"Dia telah melarikan diri! Reog! Apakah kau bisa-"
"Tentu saja, aku mengerti! Griahahah!" Reog memotong perkataanku dan dia langsung melesat dengan sangat cepat, mengejar wanita ular itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nella Pitupella P.O.V
Akhirnya, aku dapat bebas dari terkaman monster langit itu. Aku sama sekali tidak tahu jika Paige mempunyai sihir yang sangat besar, rupanya Farles sudah tidak bisa diremehkan olehku, mereka memiliki penyihir-penyihir hebat. Kini diriku tengah bersembunyi ditengah semak belukar, kuharap, monster yang dinamakan Reog itu tidak menemukanku!
"Paige! Sampai kapanpun, aku akan membalas ini! Kau telah membuatku ketakutan!" ucapku dengan sangat kesal.
BRUG!
Dari kejauhan, aku mendengar suara jejak kaki yang melangkah, mendekati tempat ini. Oh, dari suaranya saja, aku sudah tahu siapa itu. Astaga, apa yang harus kulakukan. "Si-s**l!"
BRUGG!
Terdengar lagi, semakin mendekat. Sangat dekat.
BRUGG!
Aku harus melawannya!
BRUGG!
Ti-tidak mungkin! Dia seorang Monster dan aku hanyalah penyihir biasa! Itu mustahil!
BRUGG!
"Rupanya kau disini?"
DEG!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Paige Aurora P.O.V
Suara jeritan melengking di tengah-tengah hutan, dan aku kenal suara itu, tentu saja, wanita ular itu pasti sedang diberi sesuatu oleh Reog. Senyuman mengembang di wajahku.
"Paige! Paige!"
Tiba-tiba, aku mendengar suara Summer Rae di belakangku. Kutolehkan kepalaku, dan Rae berjalan terpincang-pincang mendekatiku. "Ada apa dengan kakimu!? Rae!" Diriku langsung membantunya untuk berjalan.
"Ini tidak masalah! Dimana mereka?"
"Aku tidak tahu,"
"Lalu? Sedang apa kau disini, Paige?"
Aku menghembuskan napas dan menjawab, "Bertarung." Hal itu cukup membuat wajah Rae terkejut.
"Be-bertarung?"
"Dengan penyihir Emigori, Nella Pitupella."
Seketika Rae terdiam paku mendengarnya, lalu wajahnya menampilkan kekesalan yang memuncak, dia mendecih. "Sebelumnya, aku juga bertemu dengan salah satu penyihir Emigori, dia seorang gadis kecil, tetapi gaya bahasanya membuatku muak! Namun, Zintan membantuku, dia memerintahkanku pergi, sementara yang mengurus gadis kecil itu Zintan sendiri."
Aku mencoba menyimak apa yang dijelaskan oleh Rae dan mengangguk mengerti. "Menurutmu, kenapa Emigori menghalangi kita?"
"Tentu saja, mereka ingin memamerkan kekuatannya! Cih! Guild b******k!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
GRIAHAHAHA!
Mendengar suara tawa yang menggema diseluruh hutan, membuat Rae terkejut. "Ap-apa itu?!" Aku tersenyum.
"Reog Ponorogo, monster yang pernah kukalahkan, kini dia sudah menjadi temanku."
"Te-temanmu? Maksudmu, dia membantumu dalam pertarungan?"
Aku mengangguk mendengarnya, dan berkata, "Sekarang, kita hanya perlu menunggu kedatangannya."
Rae terkejut, dia ketakutan. "Aku tidak ingin bertemu dengan monster seperti itu!"
"Kau terlambat, dia sudah datang."
GRIHAAHAHAHAH!
BUGG!
BUGG!
BUGG!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Sudah kuselesaikan, aku pergi, Paige! GRIAHAHAHA!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.