Zombila Mercedes P.O.V
"MERCEDES AKTIF!"
BUMMMM!!
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hmmmm? Apa ini?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya, aku dapat melakukannya, mengaktifkan sihir yang sudah kurahasiakan selama ini. Sihir ini terbilang unik, aku memang sengaja menamakannya sebagai Mercedes, sesuai nama margaku.
Setelah itu, seluruh tubuhku berubah menjadi biru, sangat berbeda dengan sebelumnya. Kedua mataku memutih, bahkan menurutku, bagian yang hitam sudah tidak tampak lagi. Jari-jariku mengeluarkan kuku-kuku tajam dengan cepat, lalu, perlahan-lahan, pakaianku robek, kenapa? Karena kini seluruh tubuhku sudah terlapisi oleh energi Antarez.
Biar kujelaskan sebentar pada kalian, Antarez merupakan kekuatan yang terbilang berbahaya, jika seorang pengguna telah mengaktifkannya, maka dia juga harus siap mati. Bisa dibilang kalau memakai sihir ini sama saja mengurangi energi kehidupanmu, apalagi jika dipakai dengan jangka waktu lebih dari 10 menit, tubuhmu bisa mati rasa dan tiba-tiba ambruk.
Karena itulah, aku harus bijak memakainya. Setelah baju yang kupakai sudah sobek, mungkin hanya celana hitamku yang masih terbilang layak dipakai, aku langsung membuang kain itu kesembarang arah, diriku kini bertelanjang d**a, dengan menampilkan warna biru yang sangat berkilau.
Tentu saja, tubuhku ini berkelap-kelip layaknya mutiara, Zombo memasang wajah meremehkan melihat perubahanku ini, dia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kagum atau sejenisnya. Lalu aku berkata, "Persiapkan dirimu sekarang, aku tidak ingin ada yang meninggal hanya karena pertarungan ini."
Mendengarnya dia menyisir rambutnya dengan santai. "Oh, begitulah Farles, menyombongkan diri dengan kemampuan rendahan? Terdengar lucu sekali."
BUAG!
"Ucapanmu membuatku marah!"
Dengan kecepatan yang luar biasa, aku langsung memukul wajahnya sampai dia mundur sedikit, terkena hempasan yang lumayan dahsyat dariku. Zombo tersenyum mendengarnya, dia sangat murah senyum, tapi itu membuatku kesal.
"Apakah aku telah membuatmu menangis? Kau tahu, kesal dan menangis menurutku sama saja, karena itulah, aku menganggap perlakuanmu yang barusan adalah tangisanmu. Hehehe! Pria cengeng!"
DEG!
Zombo kembali melompat dengan cepat kedahan pohon sakura yang kokoh, dia tersenyum lalu, berkata, "Kebetulan sekali, aku juga ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, Zombila Mercedes, lihat ini baik-baik."
Entah kenapa, aku merasakan sesuatu yang aneh, tubuhnya bisa kulihat dengan jelas dikelilingi oleh sesuatu, apa itu?
Dua ekor naga?
Dugaanku rupanya benar, dua ekor naga itu mengelilingi tubuh Zombo dengan sangat pelan, salah satu dari naga tersebut mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, dan itu adalah sebuah panah. Dia tersenyum dan memegang panah itu. Dia berkata dengan menyenderkan tubuhnya pada pohon, "Kebetulan sekali, Zombila, kekuatanku ini adalah membunuh para monster, dan sekarang, kau yang menjadi monsternya. Aku juga ingin mengatakan ini, naga-naga ini sengaja mengelilingi tubuhku karena mereka setiap detiknya menambahkanku energi dalam bertarung, haha! Bisa dibilang, aku tidak akan kalah!"
Kesal sekali mendengar perkataannya yang terdengar mengagungkan diri sendiri, aku sangat membenci sifat itu. "Kalau begitu, tunjukkan kekuatanmu, Zombo."
TAK!
Anak panah itu melesat dan melewati pipiku beberapa senti dan berakhir di pohon di belakangku. Cepat sekali.
Aku hampir saja terkena!
"Hehehe, sudah kubilangkan, kau harus berhati-hati melawan Si Kulit Hitam dari Emigori, jika kau kalah? Maka aku akan terus menyiksamu tanpa henti, aku tidak akan membiarkan lawanku hidup! Hehehe! Bagaimana Zombila? Kau berubah pikiran? Atau akan terus menangis mendengar ucapan manisku ini?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Aku tidak boleh kalah!
Aku harus menyerangnya!
Kusunggingkan senyuman rapuhku dengan mantap, dan menjawab, "Jika kau mengatakan siapa yang paling kuat disini, maka akan kujawab bahwa kau lah yang terkuat, tetapi, kalau dirimu bertanya siapa yang cerewet disini, dengan senang hati akan kutunjukkan bahwa dirimu yang paling banyak bicara!"
TAK!
TAK!
TAK!
Satu persatu anak panah itu melaju menuju diriku, tersontak, aku langsung menghindar dengan gesit, dia tersenyum melihat hal itu. "Hebat sekali, Zombila, aku kagum padamu. Sekarang, bagaimana kalau yang ini?"
TAK!
TAK!
TAK!
TAK!
TAK!
Kedua kakiku bergerak sangat cepat, ke kanan ataupun ke kiri dengan sangat lincah, aku dapat menyesuaikannya menggunakan kekuatanku. Namun, aku lelah jika harus terus seperti ini, biarkan kutunjukkan seberapa hebatnya kekuatan Mercedes.
"Oh, baiklah, kalau begitu, aku akan memakai anak panah emas untuk bermain-main denganmu. Bersiaplah, Zombila?"
SET!
Kedua jariku dengan santainya langsung mengambil anak panah emas itu yang melesat ke arahku, sungguh luar biasa. Memandang hal itu, Zombo terkejut. "Bagaimana kalau sekarang giliranku?"
BLEDAG!
Kulemparkan anak panah emas itu dengan kekuatanku, bahkan aku tidak tahu kalau hal itu dapat membuat pohon yang ia pijakki roboh, aku sama sekali tidak tahu.
SRAK!
Ratusan anak panah tiba-tiba keluar dari kepulan asap dari robohnya pohon sakura itu, lalu, aku langsung menghindar berkali-kali. Dia sangat cerdik, memakai kejadian itu dengan menyerangku, sangat mengesankan.
"Hehehehhe! Matilah kau, Monster!" Kini, bukan anak panah lagi yang melesat, tetapi seekor naga terbang cepat ke arahku, dia juga berbicara layaknya manusia.
TRAS!
Dia mengibaskan ekornya ke wajahku, dengan bodohnya, aku malah terkena hal itu, alhasil aku terjatuh. Lenganku tergores, rupanya tubuh naga itu sangat licin dan tajam. Aku harus berhati-hati sekarang.
"Nah, bagaimana? Kau suka?"
Zombo kembali muncul dengan senyuman mengejek. Aku sangat kesal sekarang.
"ROOOAAAAAR!!" Aku mengaum dengan kencang, tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung menarik naga yang telah membuatku terluka dan membelah tubuhnya menjadi dua bagian, lalu membuangnya. Darah dari hewan legenda itu memenuhi kedua tanganku, aku tidak peduli.
"ROOOAAAAAR! RAAAAH!!"
Kucepatkan langkahku, aku berlari menggunakan empat kaki, bisa dibilang kedua tanganku kujadikkan tumpuan, aku terlihat seperti seekor singa yang marah.
Rasakan pembalasanku ini!
BUAG!
Pukulanku mengenai wajahnya, namun ia berhasil mundur kembali, kukejar dia dengan kecepatan hebatku, bahkan aku telah membuat bekas yang sangat besar di tanah karena lariku.
"Monster cengeng sepertimu tidak akan mampu melukaiku! Hehehe!"
Mendengarnya kuhentikan pergerakanku, hening sesaat.
BUAR!
BUAR!
BUAR!
BLEDAR!
Kutembakkan bola-bola hitam dari dalam mulutku padanya, dia sangat terkejut, tapi sayang sekali, dia terkena seranganku.
Panahnya rusak, tubuhnya luka-luka, dia terbaring diantara pepohonan yang tumbang karena tembakanku. Aku menggeram.
"ROOAAAAAAAAARRRR!!!"
BLEDAR!
Aku tidak peduli dengannya lagi, tembakan terakhirku kukira telah membuatnya mati. Dengan langkah kencang, aku berlari seperti seekor singa dengan kulit biru pekat, mencari mangsa yang lain.
Gabrella P.O.V
Astaga, aku tidak mengira kalau kekuatan Zombila ternyata sangat mengerikan, aku telah menontonnya dari balik pepohonan, kenapa aku bisa ada di sini? Karena salah satu burungku mengatakan bahwa Zombila sedang dalam bahaya.
Tetapi, setelah kupikir-pikir, dia tidak sedang dalam keadaan bahaya, malah sebaliknya. Zombila lah yang menurutku sangat berbahaya. Sekilas, aku memandang lawannya yang terkapar lemas, aku langsung keluar dari tempat persembunyianku, melangkah pelan mendekati pria itu.
"Si-siapapun! Tolong aku!"
Tubuhnya benar-benar sangat mengerikan, dia terluka cukup parah, wajahnya hancur, badannya terkelupas, dan kedua kakinya patah, bahkan aku tidak melihat tangan disana.
Zombila!
Kau sangat mengerikan!
Ta-tapi, kenapa aku menyukai hal itu?
Dia berjuang demi nama baik Farles!
Aku mengagumimu, Zombila Mercedes!
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hey kau! Pria yang barusan menjadi lawanmu adalah kekasihku! Apa kau tahu, dia memang sangat cengeng! Tapi dia tidak bodoh sepertimu! Aku akan menunggu kedatangan Guild besarmu di Garkimonso nanti! Salamkan ini pada teman-temanmu!"
Setelah mengatakan hal itu, aku berpaling dan meninggalkan pria menyedihkan itu, aku tidak terlalu memperdulikannya, toh, dia juga telah membuat Zombila marah, maka aku sebagai kekasihnya harus ikutan kesal juga.
Tunggu dulu? Apa ini! Kenapa aku secara spontan berkata hal yang sangat memalukan.
Astaga!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.