PENYUSUP

1730 Kata
    Hari yang begitu membosankan buat Shafa. dengan kondisi seperti itu, akan sangat membatasi segala aktifitasnya. Shafa berada di tempat favoritnya, Yaitu di taman belakang. Shafa sedang menyiram bunga kesukaanya. Terdengar  suara bel pintu berbunyi, sepertinya ada tamu yang datang. “Non ada tamu yang mencari non Shafa.” kata mbok Darmi “Siapa mbok?” tanya Shafa kepada mbok Darmi. “Seorang wanita non. Saya tidak tahu siapa karena saya tidak pernah ketemu.” Kata mbok Darmi. “Mari saya bantu non.” Mbok Darmi menawarkan bantuan. “Tidak perlu mbok, saya masih bisa sendiri.” Shafa menolak bantuan mbok Darmi. Shafa keluar menuju ruang tamu. Shafa melihat seorang wanita paruh baya sedang duduk di sofa menunggu kedatangannya. Shafa tahu siapa orang yang sedang menunggunya itu. “Mami” panggil Shafa. Mami Rina menoleh seketika berdiri dan menghambur memeluk Shafa. “Sayang bagaimana keadaanmu?” tanya mami Rina. “Baik mi,, Shafa juga sudah mulai terbiasa menggunakan kursi roda, dan mulai beraktifitas seperti biasa.” Jawab Shafa dan melepas pelukan mami Rina. “Apakah Adrian memperlakukan kamu dengan baik nak,,?” tanya mami Rina nampak mengkhawatirkan Shafa. “Iya mi,,. Ad sangat baik kepadaku. Semua kebutuhanku disiapkan Adrian sendiri mi. Mami jangan khawatir ya,!”  ucap Shafa menenangkan mami Rina. “Oh iya sayang, ini  mami bawakan makanan untukmu.” Mami mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam tasnya. “Ayo cicipi masakan mami, kamu pasti suka.” Mami membuka kotak makan di atas meja. Shafa melihat ada beberapa makanan khas dunia nyata. Ada sate, pecel, dan gulai. Shafa heran, mengapa mami Rina bisa mengetahui makanan tersebut? apakah mami Rina sama seperti dirinya yang terdampar di dunia cermin ini. ataukah mami Rina mengetahui sesuatu yang tidak di ketahui Shafa?. “Mami ini makanan apa?” Shafa bertanya pura pura tidak tahu makanan tersebut. “Ini namanya sate sayang,,, cobalah ini sangat enak sekali.!” Mami Rina menyuapi Shafa Shafa membuka mulut dan makan makanan dari mami Rina tersebut. enak sekali,,, sudah lama Shafa tidak makan sate khas pulau Madura tersebut. “Mi ini enak sekali. Mami dapat dari mana resep makanan ini?” tanya Shafa kepada Rina. “Mami minta resepnya kepada salah seorang sahabat Mami dulu.” Jawab Rina. Insting Shafa mengatakan kalau mami Rina telah berbohong.  “Enak sekali mi, pasti sahabat mami jago masak ya.” Puji Shafa “Iya nak, dia jago masak dan juga sihir.” Kalimat mami Rina membuat Shafa terkejut. “uhuk ,,, uhuk ,,, uhuk ,,,” Shafa tersedak seketika mendengar cerita mami. “Mami bilang apa tadi? Sihir?” Shafa bertanya untuk memastikan kalau dirinya tidak salah dengar. “Iya, sihir yang bisa membuka pintu dua dunia.” Lanjut mami Rina. “Apa maksud Mami? Di dunia ini tidak ada sihir Mi! Yang ada hanya ketentuan Tuhan.” Sangkal Shafa. ia mulai merasa aneh dengan pembahasan ini. lebih baik Shafa mengalihkan pembicaraa saja. “Mi, Shafa bosan berada di sini, ayo kita jalan jalan ke taman di komplek seberang jalan.” Shafa mulai mengalihkan pembahasan mengenai sihir. “Ayo mami bantu.” Mami Rina mendorong kursi roda Shafa ke luar mansion. Reza dan Iwan selalu siap mengawal Shafa kapanpun. Tanpa di suruh, mereka berdua selalu mengawasi Shafa meski masih berada di dalam mansion. Sejak kecelakaan yang menimpa Shafa, Adrian semakin memperketat penjagaan. Tak heran kalau Reza dan Iwan selalu tahu apa aktifitas Shafa. Di area taman, banyak sekali anak anak yang sedang bermain di sana. Shafa sedikit terhibur berada di sana. Shafa melihat ada penjual permen kapas di seberang taman. “Mami, Shafa boleh minta tolong?” tanya Shafa sambil mendongak ke belakang. “Iya sayang, minta tolong apa?” mami Rina mencondongkan tubuh ke depan. Shafa melihat ada kalung liontin yang sama seperti miliknya menggantung indah di leher mami Rina. “Itu mi, ada penjual permen kapas, aku mau itu.” Shafa berkata sambil menunjuk penjual permen kapas. Tapi sambil memperhatikan liontin yang di pakai oleh mami Rina. “oh itu? Kamu tunggu sebentar di sini ya sayang. Mami akan kesana dulu.” “Iya Mi, hati hati.” Ucap Shafa. Aku yakin pasti ada sesuatu yang di sembunyikan mami Rina. Semua ucapannya hari ini, membuatku yakin akan satu hal. Mami Rina pasti mengetahui cara untuk kembali ke dunia nyata. Tapi bagaimana caraku menanyakan hal tersebut? tapi aku juga harus hati hati. Pembicaraan ini terlalu sensitif, dan aku belum mengenal betul bagaimana mami Rina. Kata Shafa dalam hati. “Shafa, ini sayang permen kapas yang kamu minta.” Mami Rina menyodorkan satu plastik besar permen kapas berbentuk love. “Terima kasih Mi, tapi ini terlalu besar untuk aku makan sendiri. Mami kita makan bersama ya.!” Pintaku. “Baiklah sayang, jikaitu maumu.” Mami Rina mencubit sedikit demi sedikit permen kapas di tanganku. Sesekali kami bercanda membicarakan setiap orang yang lewat di depan kami. “Mami, ini liontinnya bagus sekali.” Pujiku saat liontin mami keluar dari dalam baju. “oh, ini. ini jimat keberuntungan Mami. Ini peninggalan dari ayah Mami.” Mami Rina menjelaskan. “Ini bagus Mi, boleh Shafa melihatnya?” Shafa ingin tahu apakah lintin itu sama persis dengan inisial yang sama. “Maaf nak, Mami tidak bisa mengizinkan. Mami takut kelupaan.” Alasan mami kepada Shafa. “Kita makan siang yuk Mi, matahari sudah mulai terik, perut Shafa sudah minta jatah.” Shafa tersenyum imut di depan mami Rina. Agar mami Rina tidak mencurigainya. “Ayo, kita akan makan di mana?” tanya mami Rina. “Kita ke cafe Shafa saja mi, Shafa sudah lama tidak mengunjungi cafe.” Ajakku. “Baiklah ayo.” Mami Rina setuju untuk makan di cafe milik Shafa. Saat sampai di depan cafe, tedengar suara notifikasi dari ponsel mami Rina. “Sayang tunggu sebentar ya, mama mau telfon sesorang dulu.” Shafa mengangguk dan menyahut “Mi Shafa tunggu di dalam saja ya,,,!” Rina hanya mengangguk untuk menjawab ucapan Shafa. Reza mendorong kursi roda Shafa menuju ke dalam cafe. Di dalam cafe, semua pegawai menyambutnya dengan gembira. “Shafaaaaa akhirnya kamu datang juga!” Siti berteriak sambil jingkrak jingkrak karena terlalu senang. “Biasa aja lagi Sit, aku bosan berada di mansion terus!” ucap Shafa sambil mengerucutkan bibirnya. “Mbak Shafa udah boleh datang kesini ya?” tanya Nita “hmmm, sebenarnya masih belum boleh sama Adrian. Cuma aku kesini sama mami Rina.” Jawab Shafa. “mami Rina siapa? Aku kok pernah tahu?” tanya Siti heran. “Itu maminya Willy.” Shafa menjelaskan. “Willy? Wilson wiliam maksudmu?” Siti memastikan dugaanya benar. “Yap!!! Seratus buat kamu Sit.!” Kata Shafa sambil mengacungkan dua jari jempol. “Wah!! Camer itu.” Nita menggoda Siti. “Apaan sih! Udah kerja dulu, ngumpinya ntar aja. Lihat noh ... para konsumen sudah berdatangan.” Kata Siti mengalihkan pembicaraan. “ngeles ,,, ngeles ,,,! Bilang aja kalau salting. Alias salah tingkah bertemu sama camer bin calon mertua. Wleeleeek.” Nita semakin membuat Siti salah tingkah dan malu. Padahal ia belum bertemu dengan mami Rina. “Awas kamu Nit! Lihat pembalasanku!” kata Siti yang mengancam Nita. Dari dalam cafe, Shafa melihat mami Rina yang sedang berbicara kepada seseorang melalui panggilan telfon di pelataran cafe. Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya ada suatu masalah. Shafa melihat raut wajah mami yang marah. Mami memutuskan panggilan telfon dengan kasar dan memasukkan ponsel ke dalam tas jinjingnya. Kemudian mami Rina memasuki cafe tanpa tahu Shafa sedari tadi memperhatikan mami Rina dari dalam. Setiba Shafa di mansion, Shafa terkejut dengan semua pakaian yang berserakan. Karena letak kamar yang pindah, semua pakaian berpindah tempat dan di simpan  di dalam lemari. “Kenapa ini?” Shafa tidak tahu apa yang terjadi saat dirinya keluar bersama mami Rina. “Mbok ... mbok Darmi ... !” Shafa berteriak memanggil mbok Darmi. “ Astaga non ... ada apa ini? kenapa jadi berantakan begini?” mbok Darmi sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi dengan kamar Shafa. “Saya juga mggak tahu mbok. Sepulang dari cafe, Shafa langsung menuju kamar, dan semua sudah berantakan seperti ini.” kata Shafa menjelaskan. “Apa ada sesuatu yang hilang non?” yanya mbok Darmi. “ Nggak tahu mbok. Saya belum sempat ngecek. Tapi sepertinya tidak ada yang hilang.” Kata Shafa sambil meneliti di setiap sudut laci dan lemari. “Sebentar non, saya panggilkan pak udin yang menjaga di layar cctv.” Mbok Darmi berlalu pergi meninggalkan kamar Shafa dan menuju ruang cctv. Beberapa pelayan masuk atas perintah mbok Darmi untuk merapikan seluruh kamar. Mbok Darmi telah sampai di depan pintu ruang cctv. Perlahan mbok Darmi membuka pintu, dan masuk ke dalam. “Astaga pak udin! Pak udin kenapa?” mbok Darmi terkejut melihat pak udin yang terikat di kursi serta matanya di tutup dengan kain hitam. “Pak Udin kenapa bisa begini pak?” tanya mbok Darmi dengan panik dan membuka plester yang membungkam mulut pak Udin. Kemudian membuka ikatan tali yang mengikat pak Udin.  “Gak tahu mbok, yang saya ingat saya di pukul sama seseorang dan pingsan. Saat sadar, sudah ada mbok Darmi di sini.” Kata pak Udin menjelaskan apa yang terjadi. “Ini tidak bisa di biarkan, saya akan segera lapor tuan muda” mbok Darmi bergegas menelfon Rico untuk melaporkan semua yang terjadi di mansion. Tidak lama, Rico sudah sampai di mansion. Rico segera menuju keruang cctv untuk mencari tahu petunjuk siapa yang berani menyusup ke mansion Adrian. Shafa yang mengetahui kedatangan Rico, mengikuti Rico ke ruang cctv dengan bantuan mbok Darmi. “Apa kamu sudah menemukan petunjuk Rico?” Shafa bertanya sesaat setelah Shafa memasuki ruang cctv. “Masih belum nona, sepertinya sebagian keamanan rumah telah di retas. Akan sulit untuk menemukan petunjuk.” Jawab Rico. “Nona sebaiknya jangan memikirkan hal ini, biar ini menjadi urusan saya.”ujar Rico “apakah kamu akan mencongkel mata orang itu jika sudah menemukannya?” Shafa kembali bertanya. Mbok Darmi terkejut ketika mendengarkan pertanyaan Shafa kepada Rico. “Itu tergantung apa yang di inginkan oleh tuan nona.” Rico menjawab dengan enteng. “Bagaimana jika aku melarangnya?” Shafa kembali bertanya “Saya tidak yakin nona.” Rico kembali fokus dengan apa yang dia lakukan tanpa menghiraukan keberadaan Shafa dan mbok Darmi. Shafa ingin tahu siapa sebenarnya yang telah mengacak acak kamarnya. Karena Shafa merasa ada sesuatu yang aneh, tidak ada satu barang pun yang di ambil oleh penyusup itu. Lantas apa yang di cari oleh penyusup itu ?        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN