TERUNGKAP SUDAH

1891 Kata
    Adrian pulang dengan tergesa gesa, dia menginjak pedal gas hingga kecepatan penuh. Adrian sangat khawatir akan keadaan Shafa setelah kabar yang di berikan oleh Rico. Hanya dalam lima belas menit, Adrian sudah sampai di depan pelataran mansion. Dengan langkah lebar, Adrian menuju ke dalam kamar dimana Shafa berada. “Sayang, apa kamu baik baik saja? Apakah kamu terluka?” tanya Adrian bertubi tubi saat ia melihat Shafa yang sudah berbaring di atas ranjang. “baik.” Shafa menjawab pertanyaan Adrian dengan singkat. “Sayang aku serius ... “ kata Adrian yang mendekat di atas ranjang. “Aku tiga rius malah,” sahut Shafa dengan perasaan kesal dan menoleh ke arah Adrian yang berada di belakangnya. “Sayang jangan bercanda! Kenapa kamu tak acuh dengan semua pertanyaaku?” Adrian memegang kedua bahu Shafa. “Terserah.” Ucap Shafa. “Baik, semua terserah padaku. Kamu jangan pernah ikut campur!” jawab Adrian yang mulai tersulut emosi. Adrian pergi keluar dari kamar, dan segera menuju Rico di ruang cctv. “Rico, bagaimana? Apa kamu punya petunjuk?”  Adrian menepuk pundak Rico yang sedang fokus di depan sebuah monitor dengan menggunakan earphone di telinganya. “Ini tuan.” Rico memberikan earphone yang di gunakannya kepada Adrian. “Good. Ini yang kita tunggu.” Adrian mengangguk memberi isyarat kepada Rico. Mereka keluar dari ruangan tersebut bersama.     Keesokan harinya, pengawal yang di tugaskan di dalam mansion semakin banyak. Bahkan di setiap pintu kamar ada dua orang yang menjaga. Jumlah cctv pun bertambah. Entah apa yang di fikirkan  oleh Adrian sehingga melakukan penjagaan super ketat.     Mami Rina kembali untuk menemui Shafa di kediaman Adrian. ketika mami Rina berada di gerbang depan mansion, mobil mami Rina di hadang oleh dua satpam dan dua pengawal yang berjaga di gerbang tersebut. salah satu satpam mengetuk jendela mobil agar di buka oleh pengemudi mobil. “Maaf nyonya, bisakah anda menunjukkan kartu identitas anda?” tanya salah satu satpam setelah jendela mobil terbuka. “Untuk apa menanyakan kartu identitas saya?” tanya mami Rina dengan ketus.  “ Maaf nyonya ini sudah menjadi peraturan setiap tamu yang datang ke sini.” Jawab satpam tersebut. “ eh ,,, eh ,,, eh ,,, ngapain kamu lihat lihat kedalam mobil saya? Kamu tidak tahu siapa saya?” kata mami Rina yang tidak terima mobilnya di geledah.  “ maaf nyonya, demi keamanan majikan kami, kami wajib melakukan setiap prosedur terhadap tamu.” Kata salah satu pengawal yang sedang memeriksa isi dari mobil mami Rina menggunakan alat deteksi. “ Hei kamu, berani beraninya berbuat tidak sopan kepada saya. Saya ini mami dari Shafa majikan kamu. Kamu mengerti!!” dengan angkuhnya mami rina menghardi satpam beserta pengawal. “ Sekali lagi saya mohon maaf nyonya, peraturan ini berlaku untuk seluruh tamu yang berkunjeng ke sini.” Salah satu satpam menjelaskan.     Sebuah mobil melaju melintasi gerbang tersebut, para satpam den pengawal menunduk hormat kepada si pengemudi mobil tersebut. Mami Rina ternganga melihat hal tersebur. kenapa mobil tersebut tidak di hadang oleh satpam? “Katamu peraturan ini berlaku kepada seluruh tamu yang berkunjung kemari bukan? Lalu kenapa mobil itu tidak kamu hadang?” mami Rina tidak terima dengan perlakuan satpam yang pilih kasih. “ maaf nyonya, mobil tersebut adalah mobil tuan Rico.beliau bukan orang asing seperti anda.” Kata pengawal dengan menekan kata orang asing kepada mami Rina. “ apa? Orang asing katamu? Lihat saja, aku akan menghubungi Shafa. Siap siap saja kalian akan di pecat.” Mami Rina mengancam satpam dan lainnya sambil mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Kemudian mami Rina menhubungi Shafa. Tak lama kemudian terlihat Rico berjalan menuju ke arah mami Rina yang masih di tahan di depan gerbang. Para pengawal menunduk hormat dengan kedatangan Rico. “ silahkan masuk nyonya. Tapi sebelum itu, tolong anda meninggalkan ponsel anda di sini.” Kata Rico. Mami Rina membelalak kaget mendengar penuturan dari Rico. “ tidak mau! Untuk apa aku meninggalkannya di sini? Bagaimana kalau ada telfon yang penting?” elak mami Rina. “ jika nyonya tidak bersedia, silahkan anda meninggalkan tempat ini.” Kata Rico denhan tegas dan mengintimidasi. “ Sial !!! Kalau bukan karena Shafa berada di sini, tidak sudi aku datang kemari!” mami Rina mengumpat dengan kejengkelannya.     Dengan gerakan kasar,mami Rina memberikan ponselnya kepada satpam. Para satpam dan pengawal hanya geleng geleng kepala melihat perlakuan mami Rina. Sangat tidak cocok menjadi mami dari Shafa yang ramah dan lemah lembut. Kemudian mami Rina menginjak pedal gas masuk ke dalam pelataran mansion. Mami Rina terheran karena penjagaan yang super ketat dari terakhir dirinya berkunjung ke sini. Tidak hanya sampai di sana saja, ketika mami Rina berada dipintu utama, mami Rina di hadang kembali oleh dua pengawal yang berjaga. “ Ada apa lagi ini? Kenapa aku tidak di perbolehkan untuk masuk?” kata mami Rina yang sedang di geledah oleh salah satu pengawal wanita yang berjaga. Tanpa menghiraukan perkataan mami Rina, kedua pengawal tetap melakukan pekerjaannya. “Sayang, lihatlah para pengawal itu memperlakukan mami tidak sopan.” Mami Rina mengadu kepada Shafa saat ia melihat Shafa keluar menggunakan kursi rodanya. “ Maaf mi, ini semua demi keamanan di sini. Kemarin ada seorang penyusup datang kemari. Itu sebabnya keamanan menjadi super ketat.” Shafa menjelaskan, karena merasa tidak enak dengan apa yang di lakukan Adrian. Karena memang ini sangat membuat orang tidak nyaman. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini di lakukan semata mata untuk melindungi Shafa sendiri. “apa kamu bilang? Penyusup? Apakah kamu baik - baik saja nak? Apa ada sesuatu yang hilang?” mami Rina terlihat sangat khawatir dengan keadaan Shafa.  “Aku baik baik saja mi, Mami tidak perlu khawatir.” Shafa mencoba menenangkan mami Rina yang khawatir. “plok ,,, plok ,,, plok “ terdengar suara tepuk tangan dari atas tangga. Adrian bertepuk tangan sambil berjalan menuruni anak tangga. “Hebat sekali anda bersandiwara nyonya? Harusnya anda menjadi aktris saja. Itu sangat cocok dengan anda.” Adrian berjalan mendekati Shafa dan mami Rina yang berada di ruang tamu. “Apa yang kamu maksud nak Adrian?” mami Rina nampak bingung dengan perkataan Adrian. “Apa anda masih pura pura tidak mengerti nyonya Wiliam yang terhormat?” Adrian menatap mami Rina dengan tajam. “Ad, apa yang kamu maksud? Sandiwara apa yang kamu bicarakan?” Shafa sama sekali tidak mengerti ucapan Adrian. “Sayang, kamu jangan tertipu dengan srigala berbulu domba yang berada di sampingmu sayang.!” Adrian menatap tidak suka kepada mami Rina. “Ad, apa yang kamu bicarakan? Kenapa kamu menuduh mami seperti itu? Apa salah Mami kapadamu?” Shafa tidak terima dan membela Mami Rina yang berada di sampingnya. “Sudahlah sayang, biarkan saja apa yang di pikirkan Adrian. mungkin secara tidak sengaja mami pernah menyinggung suamimu. Mami bisa mengerti, karena memang dari awal nak Adrian tidak begitu menyukai keluarga Wiliam. Di tambah dengan Willy yang menyukaimu sejak awal bertemu.” Mami Rina berkata selembut mungkin kepada Shafa. “Tapi mi, Adrian sudah menuduh mami tanpa alasan.” Shafa masih kekeh percaya dengan mami Rina. “Bukan tanpa alasan Yayan menuduhnya nak” terdengar suara kakek yang berada di tengah pintu masuk. “Kakek” ucap Adrian dan Shafa bersama. “Iya nak, Yayan tidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan. Seperti yang kamu katakan kepada Joni di penjara bawah tanah.” Ucap kakek dengan memicingkan mata kepada mami Rina. “Kakek mengetahui hal itu?” Shafa tidak menyangka sama sekali, kalau perbuatannya menyusup ke penjara bawah tanah waktu itu. “Tentu saja nak, tidak ada yang tidak ku ketahui tentangmu sayang.” Kakek Adam membelai lembut kepala Shafa. “Lihatlah dan dengakanlah baik baik nak.” Kakek Adam memberi sebuah flasdisk kepada Shafa, Shafa menerima flashdisk tersebut dan di hubungkan pada ponsel miliknya.     Mami Rina terlihat gugup dan ketakutan, perlahan mami Rina mundur hendak melarikan diri. Tapi sudah terlambat, sudah ada dua pengawal yang siap menangkap mami Rina di sisi kanan dan kirinya. Adrian tersenyum karena merasa menang. Shafa membuka sebuah folder file yang tersimpan dalam flasdisk. Terlihat ada beberapa video dan audio di sana. Shafa membuka satu persatu video tersebut. di video pertama ada Tuan dan nyonya Wiliam yang sedang berbincang di ruang tangah kediamannya. “Bagaimana menurutmu mi? Begitu mudah bukan mendekati istri Adrian?” kata tuan wiliam di dalam video tersebut. “Ya, memang benar yang kamu katakan sayang. Aku hanya perlu memasang wajah keibuan dan penuh perhatian di depannya. Aku sangat yakin, anak itu begitu mendambakan belaian ibunya.” mami Rina tersenyum penuh makna. tair mata Shafa terjatuh seketika, mendengar apa yang di katakan oleh mami Rina di dalam video tersebut. “Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini?” tuan Wiliam kembali melayangkan pertanyaan. “Aku hanya perlu kepercayaanya saja. Dengan begitu, kita bisa dengan mudah menghancurkan Adrian beserta istrinya itu.” Mami Rina tersenyum dan minum wine dalam gelas yang di genggamnya. “Kamu sungguh sesuatu sayang, tidak salah jika aku memilihmu sebagai istriku selama ini.” video berakhir . dan kini Shafa beralih memutar video yang kedua. Terlihat mami Rina sedang berbicara melalui sambungan telfon di dalam kamar. “Apa kamu sudah berhasil mencelakai Adrian?” “ ,,, “ “Apa katamu? Kamu gagal? Bagaimana bisa?” “ ,,, “ “ seorang wanita, Dasar tidak becus!!” mami Rina mematikan sambungan telfon tersebut. “Apakah ini saat kecelakaan waktu itu?” tanpa sadar Shafa sudah menitikkan air mata.     Shafa tidak lagi melanjutkan pemutaran video yang berikutnya, ia tidak sanggup lagi melihat kebenarannya. Ini sudah cukup membuat Shafa mengerti dengan tuduhan yang di layangkan Adrian kepada mami Rina. Hati Shafa hancur, dia kecewa. Orang yang dia percaya selama ini hanyalah menjadikannya sebagai alat untuk mencelakai Adrian. bahkan baru saja Shafa berharap mami Rina dapat membantunya untuk keluar dari dunia cermin tersebut. tapi itu semua kandas. Angannya melebur seketika. Tidak ada harapan lagi untuk dapat kembali ke dunia nyata. Mami Rina sudah di tangkap oleh para pengawal Adrian sejak Shafa memutar video yang pertama. “Lihat saja kakek tua, wiliam dan Willy akan membalas semua perbuatanmu kepadaku.!” Mami Rina tidak terima dengan kekalahan yang di alaminya. “jangan bermimpi terlalu tinggi nyonya, bahkan anda akan bertemu dengan mereka di dalam penjara nanti.” Adrian mengejek mami Rina. “Apa katamu? Itu tidak mungkin!” mami Rina tidak menerima kekalahan telak yang di alaminya. “PLOK ,,, PLOK” Adrian bertepuk tangan sebanyak dua kali. Terlihat dua orang digelandang dari belakang. Mereka adalah Willy beserta ayahnya yang sudah babak belur penuh dengan darah, luka cambuk Ada di sekujur tubuh kedua pria tersebut. Tubuh keduanya sudah tidak berdaya “Papi, Willy,”Mami Rina berteriak memangil kedua orang tersebut. Willy dan tuan Wiliam hanya mampu mengangkat wajah untuk melihat orang yang memanggil namanya. Tuan Wiliam menatap ke arah mami Rina yang di tahan oleh dua pengawal. Sedangkan Willy menatap Shafa merasa bersalah.     Willy memang dengan sengaja memberikan bukti cctv di rumahnya kepada Adam. Willy sangat merasa bersalah, karena keserakahan kedua orang tuanya, Shafa harus mengalami hal tersebut. bahkan Shafa di gunakan sebagai alat di saat kondisi tubuhnya seperti itu. Willy rela menghianati kedua orang tuanya, agar orang yang dicintainya itu bahagia. Willy rela jika harus di cambuk setiap hari jika itu bisa membuat Shafa kembali tersenyum.     Perusahaan Wiliam Corp sekarang di pimpin oleh Wildan, adik dari Willy. Perlu di ketahui, bahwa Wildan bukanlah putra kandung tuan Wiliam. Ia merupakan anak angkat tuan Wiliam. Wiliam Corp hampir bangkrut karena banyak investor yang menggagalkan investasi mereka. Siapa lagi kalau bukan ulah Rico dan Adrian.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN