UNDANGAN

2148 Kata
    “ mama,,, jangan pergi ma,,. Jangan tinggalkan Ian sendiri ma,,,” Adrian seketika terbangun dari tidurnya. Keringat dingin mengucur deras di seluruh tubuhnya. Mimpi buruk yang selalu datang kala Adrian rindu dan juga benci yang datang bersama.  Di lihatnya jam beker  berbentuk buku di atas nakas. Sudah menunjukkan pukul 05.00 masih terlalu pagi untuk bangun. Tapi kelopak mata Adrian enggan kembali terpejam. Hingga Adrian memilih untuk olah raga ringan di halaman belakang villa.      Di tengah aktifitas paginya, Adrian mencium aroma yang sangat sedap. Sudah lama Adrian tidak mencium aroma masakan di pagi hari. Aroma yang sama seperti 19 tahun yang lalu. Adrian tahu betul,aroma masakan apa ini. Ini aroma masakan sayur sop dan ayam kecap kesukaanya. Ini sama seperti masa kecil Adrian dulu. Sang mama yang selalu memasak ayam kecap kesukaanya dan juga sayur sop kesukaan Ardi. Adrian seakan kembali lagi ke masa lalu.     Adrian berjalan menuju dapur villa, Adrian ingin tahu siapa yang memasak menu kesukaan Adrian dan Ardi. Adrian melihat siluet bayangan Shafa yang sedang memasak di dapur. “ Apakah dia sudah lebih baik?”  Adrian bergumam sendiri.     Sejak Adrian membuka mata, ia tidak mengunjungi kamar yang di gunakan Shafa. Adrian tidak ingin Shafa kembali histeris dan memper parah trauma yang di alami oleh Shafa. “ Tuan muda kenapa ke sini?” suara mbok Darmi mengejutkan Adrian “ Tidak mbok, aku,, aku hanya lapar.” Jawab Adrian yang sedikit salah tingkah. Ia tidak ingin ketahuan kalau dirinya sedang mengintip Shafa yang sedang memasak. “ Sebentar lagi sudah siap tuan, anda hanya perlu menunggu sebentar lagi di meja makan.” Ucap mbok Darmi.     “ iya mbok. Aku akan menunggu” Adrian segera berlalu meninggalkan dapur. Lebih baik sekarang ia mandi terlebih dulu. Seluruh badannya sudah lengket karena keringat. Adrian memilih untuk mandi di kamar orang tuanya. Karena kamar tersebut yang paling dekat jaraknya dari dapur. Selain itu Adrian bisa memakai pakaian bekas almarhum sang ayah. Adrian merindukan ayahnya dan ingin memakai pakaian ayahnya yang masih tertata rapi. Meski sudah bertahun tahun tidak di gunakan, semua barang di villa selalu di rawat dan di bersihkan dengan rutin. Adrian melarang siapapun yang hendak memindahkan barang yang ada di sana. Hingga semua perabot yang ada, sama persis seperti 19 tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah sedikitpun.     Adrian keluar kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar, Adrian mendengar langkah seseorang yang hendak masuk ke dalam kamar. Adrian segera mengenakan pakaian yang sudah di ambilnya di lemari sang ayah     Siapa yang berani masuk ke sini tanpa izin dariku. Ucap Adrian di dalam hati. Perlahan Adrian mengintip dari celah pintu kamar. Orang itu masih setia berada di ruang perapian sambil memandangi setiap foto yang terpajang di sana. Adrian berjalan menghampiri orang yang berani masuk ke dalam ruang perapian tersebut. siapa lagi kalau bukan Shafa istrinya. “ Sedang apa kamu di sini?” ucap adrian. Shafa telonjak kaget mendengar suara Adrian yang tiba tiba. “ Ak ,, aku,, sedang ,,sedang mencarimu.” Ucap Shafa dengan sedikit tergagap karena kaget. Orang yang berani masuki ruang perapian tanpa izin dari Adrian. “ Dari mana kamu tahu aku ada di sini?” Adrian memicingkan mata, pasalnya ia tidak bilang kepada siapa pun jika akan menggunakan kamar mandi yang ada di sana. “ A ,, a,, ku. Aku,, tahu dari mbok Darmi. Iya dari mbok Darmi.” Jawab Shafa gugup. “ Apa benar begitu?”  Shafa mengangguk. Adrian tahu kalau Shafa berbohong. “ Aku tahu kamu berbohong, dari mana kamu tahu aku berada disini.?” Adrian bertanya sekali lagi. Kali ini Adrian sedikit lebih tegas. “ Aku tadi melihatmu kesini setelah berbicara dengan mbok Darmi di dapur.” Jawab Shafa dengan cepat, ia tidak ingin memncing kemarahan Adrian. Adrian ingat, dirinya tadi memang berbicara dengan mbok Darmi sebelum kemari. “ Baiklah,, ada apa kamu mencariku?” Adrian bertanya dengan nada dingin. “ Sudah waktunya sarapan, mbok Darmi bilang kalau kamu sudah sangat lapar.”  Shafa mencoba meyakinkan. “ Baiklah, sekarang ayo kita sarapan bersama.” Ajak Adrian. Shafa hanya mengikuti Adrian di belakang. Pagi ini Adrian merasa canggung saat sedang berdua saja dengan Shafa. Entah mengapa, Adrian hanya tidak tahu harus bicara apa kepada Shafa. Mereka sarapan dengan hening. Hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring. “Ad,, bolehkah aku pulang nanti malam saja?” Shafa bertanya dengan sedikit takut. “ Iya, terserah kamu.” Adrian menjawab sekenanya. “ Terima kasih Ad,,.” Shafa mencoba berperilaku sepeti biasanya. Setelah menuntaskan kegiatan sarapannya, Adrian kemudian berlalu menuju halaman belakang. Dan duduk di atas ayunan yang berada di sana.     “Ardi kenapa bayanganmu selalu menghantuiku? Bahkan sampai akhir, kamu menjauhkan ayah dan mama dariku. Aku membencimu Ardi,, sangat.” Adrian bergumam sendiri seolah ia sedang berbicara dengan Ardi di ayunan tersebut.     Sudah lama Adrian tidak menginap di villa yang sebenarnya merupakan rumah masa kecilnya. Sejak kejadian tragis yang menimpa orang tua serta kakak Adrian, Adrian pindah dari sini dan sekolah di luar negeri untuk mengalihkan rasa sedih karena di tinggal kedua orang tua serta kakaknya. Adam sengaja menyekolahkan Adrian ke luar negeri, agar Adrian bisa memiliki banyak teman serta dapat melupakan kenangan buruknya. Tapi keputusan yang di ambil Adam salah. Memang benar Adrian bisa sedikit melupakan kenangan buruknya. Tapi pergaulan yang begitu bebas, mengubah karakter Adrian begitu besar. Adrian menjadi seorang pemabuk serta suka pergaulan bebas. Adrian juga menjadi seorang yang kejam dan berhati dingin.     Adrian termenung cukup lama di atas bangku ayunan. Ia melangkah menuju belakang villa. Di sana ada banyak tanaman bunga lily kesukaan mamanya Iren. Adrian memetik beberapa tangkai dan di ikat di jadikan satu. Kemudian Adrian berjalan menuju arah hutan. Tidak jauh dari villa, di sana ada sebidang tanah yang cukup luas. Tanah tersebut adalah tanah makam khusus keluarga Hutama. Di sanalah kedua orang tua Adrian serta Ardi di kebumikan.     Di bawah pohon yang rindang, terdapat tiga buah makam yang berjajar. Ketiga makam tersebut adalah makam Adi sang ayah, Iren sang ibu, serta Ardi saudara kembar Adrian. Adrian berjongkok di antara makam ayah dan ibunya. Dan meletakkan sebucket bunga lily yang di petiknya di atas makam Iren. “ yah ,,, ma ,,, maafkan Ian. Ian jarang sekali mengunjungi kalian. Bukan jarang, melainkan sama sekali tidak pernah menjenguk serta mengunjungi kalian. Aku ini anak yang buruk bukan?! Untuk pertama kalinya Ian datang kemari setelah hari pemakaman kalian bertiga. Ian lebih memilih untuk lari dan mencari kesenangan lain di luar sana. Ku mohon maafkan aku Yah,, ma. Ian kemari karena Ian sangat merindukan kalian. Asal kalian tahu yah,, ma. Ian sudah menikah dengan seorang gadis yang penyakitan. Sama seperti Ardi, memiliki tubuh yang lemah untuk mencari perhatian kakek. Ian tidak ingin kakek juga meninggalkan Ian seperti kalian. Ian tidak ingin keluarga ian satu satunya menjauhi Ian. Sebab itulah Ian membenci gadis itu. Meski Ian akui, Ian merasa mama masih ada setiap kali gadis itu masak makanan untuk Ian. Ian berjanji tidak akan melepaskan gadis itu meski bayangan Ardi selalu ada lewat sosok gadis yang kini telah menjadi istriku. Yah ,, ma. Ian pamit dulu. Lain kali Ian akan datang kemari di saat Ian sudah menemukan kebahagiaan.”     Adrian kini beralih menuju makan Ardi. Di maafin aku ,,,. Aku terlalu menyayangimu, tapi aku juga sangat membencimu. Karena ke egoisanmu, aku hanya bertemu satu kali sebelum kematian ayah dan mama. Maaf kalau aku membencimu.     Adrian balik badan dan meninggalkan makam orang tua serta saudara kembarnya. Adrian ingin segera kembali ke mansion sebelum perasaanya tidak terkendali dan melampiaskannya kepada Shafa yang tidak tahu menahu tentangnya. Tanpa memberi tahu Shafa, Adrian terlebih dulu meninggalkan villa keluarga.     Adrian kembali bersama Rico yang selalu seti mendampingi di manapun dan kapanpun. Adrian kini sudah berada di dalam mobil yang di kendarai Rico. “Rico kita langsung saja ke kantor.” Perintah Adrian. “Bukankah anda hari ini ingin istirahat terlebih dulu tuan?” Rico mengingat adrian yang ingin mengistirahatkan otaknya di tengah tengah kesibukan. “Tidak perlu. Aku akan kembali ke kantor hari ini. “ jawab Adrian. “Baik tuan.” Rico melajukan mobil dengan kecepatan sedang, dan meluncur menuju kantor tanpa mampir ke mansion. Rico tidak perlu repot repot membelikan baju ganti untuk Adrian di kantor. Karena di dalam ruangan Adrian ada tempat khusus untuk istirahat, di lengkapi dengan segala kebutuhan sehari hari. banyak pasang baju kerja, jas dan dasi berada di dalam lemari. Sehingga jika adrian lembur dan tidak bisa pulang, semua perlengkapan sudah tersedia.     Adrian memasuki kantor setelah jam makan siang. Tidak ada karyawan yang berani protes dengan kedatangan Adrian di siang bolong. Karena Adrianlah orang nomer satu di sana. Sesampainya Adrian di dalam ruangan nya. Segera Adrian menelfon seseorang. “ Hallo Lex ,,, kirimkan satu untukku ke kantor. Aku butuh pelampiasan.” Ucap Adrian tanpa basa basi setelah sambungan telefon terangkat. “ kenapa nih? Bos besar butuh pelampiasan? Ga dapat jatah lo? Kasihan ,,, ck ck ck” goda alex di seberang telefon “ udah jangan banyak bacot lo,,, gua ancurin club malam lo itu, baru tahu rasa lo!”  ancam Adrian. “ hiii atut,,,!! Bos besar kalau kurang belaian makin serem aja.  “ alex semakin menggoda Adrian. ” cepetan,,, gak pake lama.”Adrian enggan menanggapi ucapan Alex.  Adrian kemudian menutup sambungan telfon dengan Alex.     Alex merupakan salah satu sahabat Adrian. mereka bersahabat sejak masuk di universitas. Alex sangat tahu bagaimana Adrian, Alex juga mengetahui kisah masa kecil Adrian. hanya kepada Alex Adrian menceritakan semua masa lalunya. Tidak ada satupun yang di tutupi oleh Adrian.     Tidak lama sesorang mengetuk pintu ruangan Adrian. Rico memasuki ruangan bahwa ada seseorang yang ingin menemui Adrian. “Maaf tuan anda kedatangan seorang tamu.” Rico melaporkan kedatngan tamu tersebut. “Siapa?” Adrian nampak berfikir, karena dirinya tidak merasa ada janji dengan siapa pun. “Saya yang datang kemari tuan.” Seseorang langsung memasuki ruangan tanpa persetujuan Adrian terlebih dulu. Rico undur diri saat Willy telah memasuki ruangan Adrian. “ Ada apakah gerangan, sehingga tuan Willy sangat ingin sekali menemui saya?” Adrian bertanya dengan tatapan yang sulit di artikan. “Saya datang kemari untuk mengundangmu serta nona Shafa untuk makan malam di kediaman kami.” Willy memberitahukan tujuannya datang ke kantor Adrian. “Kenapa anda tiba tiba mengundang saya dan istri saya secara pribadi? Bukankah semua hal yang berkaitan dengan bisnis sudah berjalan dengan lancar sesuai yang anda inginkan?” “Itu benar sekali tuan. Tapi undangan makan malam kali ini bukan atas keinginan saya” Adrian mengerutkan kening, tidak mengerti dengan ucapan Willy. Jika bukan dia yang ingin mengundang, lalu siapa?. Willy mengerti arti dari tatapan Adrian, dan ia melanjutkan kalimatnya. “Undangan makan malam ini mami yang menginginkannya. Mami begitu menyukai nona Shafa dan ingin sekali bertemu dengannya. Karena di pesta yang lalu beliau belum sempat memperkanal diri secara langsung.”Willy menjelaskan panjang lebar mengenai siapa yang menginginkan Shafa untuk datang ke kediamannya. “Saya harap anda tidak mengecewakan mami. Dan saya harap anda selalu berhati hati.” Willy kemudian pergi meninggalkan Adrian yang msih diam mematung. Adrian mencoba mencerna ucapan Willy untuk selalu berhati hati. Apa maksud dari ucapannya? Apakh Willy bermaksud untuk mengancamnya? Ataukah memperingatkan karena ada suatu hal ? adrian sungguh tidak mengerti. Adrian belum menemukan jawaban atas ucapan Willy, terdengar suara ketukan pintu. “Tuan ,,, pesanan anda sudah sampai” Rico mempersilahkan seorang wanita masuk ke dalam ruangan Adrian, kemudian ia keluar. “Apakah tuan yang memesan jasa saya?” seorang wanita dengan tubuh seksi serta berpakaian sangat minim bertanya dengan nada yang menggoda. “Ya ,,, cepat puaskan aku !!” dengan nada perintah yang tegas. Adrian kemudiam memencet tombol pada remote. Seketika seluruh gorden di ruangan itu menutup dengan otomatis. Begitu pun dengan pintu yang terkunci secara otomatis.     Tanpa di perintah, wanita tersebut menghambur ke pelukan Adrian dan duduk di pangkuan Adrian. dengan agresif wanita tersebut mencium dan melumat lembut bibir Adrian. di tengah tengah ciuman panas tersebut, tiba tiba terbayang wajah Shafa yang menangis di hadapannya. Adrian kemudian melepas ciuman panas tersebut. Gairah yang tadi memuncak, kini menghilang sudah. Adrian sudah tidak ingin melakukan hubungan i***m dengan wanita di depannya. “Kenapa tuan ,,,? Apa saya kurang menggoda?” tanya wanita itu. “Aku sudah tidak ingin lagi. Sekarang kamu cepat keluar dari sini. Bayaranmu akan ku tansfer.” Adrian kemudian berdiri dan merapikan pakaian yang sudah kusut karena ulah wanita tersebut. “Baiklah tuan, terima kasih atas bayarannya.” Sebelum melangkahkan kaki keluar, wanita itu mencium sekilas bibir Adrian.     Adrian sungguh tidak mengerti, kenapa bayangan Shafa tiba tiba muncul di kepalanya saat gairahnya tengah membara. dan seketika pula gairah itu menghilang begitu saja. Ini sungguh kali pertama di alami oleh seorang Adrian Sandi Hutama. Ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Adrian yang menolak seorang wanita yang akan menservicenya. Adrian merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang berada di ruangan khusus di dalam kantornya.  Kini Adrian sungguh kehilangan selera kepada wanita. Mungkin karena ia memikirkan ucapan Willy beberapa waktu lalu, sehingga kini Adrian tidak mood untuk bercinta. Kini kepala Adrian amat pening. Adrian memejamkan mata, berharap rasa pening di kepalanya menghilang.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN