MASA LALU ADRIAN

2461 Kata
    Adrian merasa ada yang aneh dengan Shafa. Padahal dirinya hanya ingin meminta haknya sebagai suami. Tapi kenapa Shafa tiba tiba histeris? Adrian sungguh bingung kenapa ini bisa terjadi. Adrian menghampiri dokter telah usai mendiagnosa Shafa. “Dok... kenapa dengan istri saya dok? Kenapa dia tiba tiba menangis histeris?” “apakah istri tuan pernah mengalami kejadian yang membuatnya traumatis?” Tanya dokter tersebut. Adrian ingat betul, bagaimana takutnya Shafa ketika ia memaksa untuk bercinta. “iya,, pernah dokter.” Adrian menjawab dengan jujur. “ Begini tuan,,, nona mengalami shock berat, dan nona mengalami gangguan traumatis akut. Sepertinya nona pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Sehingga kini trauma nona semakin parah. Jika anda memaksa nona, kemungkinan nona akan semakin depresi berat. Tidak menutup kemungkinan nona akan nekat bunuh diri.” Dokter menjelaskan .     Adrian kini mengerti kenapa waktu itu Shafa benar benar nekat untuk melompat. Adrian harus berhati hati agar kejadian ini tidak terulang kembali. Kalau tidak, kakek akan marah besar kepadanya. setelah mengetahui keadaan Shafa, Adrian memilih untuk tidur di kamar yang bersebelahan dengan kamar yang di gunakan Shafa.     Adrian memutar knop pintu dan mulai masuk ke dalam.  Model kamar yang sama dengan kamarnya yang di gunakan Shafa, namun dengan dekorasi yang berbeda. Jika di kamarnya banyak peralatan olah raga, maka di kamar itu akan ada banyak buku. Ya,, benar apa yang kalian pikirkan. Adrian mempunyai saudara kembar identik. Adrian masih ingat dengan jelas bayangan masa kecilnya. Flash back     Ardi adalah kakak Adrian. sedangkan Adrian biasa di panggil Ian. sepasang saudara kembar identik dengan kepribadian yang berbeda. Ardi merupakan seorang anak yang pendiam, cerdas, dan suka makan cokelat. Sedangkan Ian atau Adrian adalah anak yang hiperaktif, cerdas, namun suka jahil. Ian juga suka makan cokelat. Meskipun kembar, ada banyak perbedaan antara keduanya. Adrian yang hiperaktif dan menyukai segala bidang olah raga, membuat tubuhnya memiliki imun yang kuat. Berbeda dengan Ardi, bocah kembaran Adrian itu suka sekali membaca. Tapi malas untuk bergerak. Sehingga Ardi sering sekali sakit.     Perbedaan daya tahan tubuh terhadap penyakit, membuat Adrian merasa disisihkan. Kedua orang tua Adrian lebih mengutamakan Ardi ketimbang Adrian. begitu pula dengan perhatian keduanya. Adrian hanya ingin di perlakukan sama. Adrian sering kali mengalah dengan Ardi. Bukan hanya makanan, mainan pun akan Adrian berikan kepada Ardi. Padahal Adrian merupakan seorang adik. “Ian ,,, bolehkah aku meminjam mobilmu?” Ardi meminta ijin untuk meminjam mainan mobil kesayangan Adrian. “ Kamu boleh main apa pun yang kamu mau sayang. Tanpa harus minta izin terlebih dulu. Apa yang di miliki Ian. Itu juga milik kamu.” Ucap ayah. “Iya ambil saja kalau kamu mau.” Adrian menimpali ucapan sang ayah. Walau dalam hati Adrian sedikit tidak rela mainan kesayangannya di pinjam Ardi. Bukan kali ini saja, tapi sudah banyak mainan Adrian yang di minta Ardi. Adrian memilih untuk ke kamar melampiasakan kekesalannya dengan melakukan olah raga di dalam kamar. Melepaskan kekesalannya kepada Ardi, Yang sayangnya tidak dapat melampiaskan secara langsung karena tubuh Ardi yang rentan sakit.     Saat makan di meja makan ada berbagai macam lauk yang di hidangkan. Adrian ingin sekali makan ayam kecap kesukaannya, tapi semua lauk di arahkan ke depan Ardi. Serta sang mama mengambilkan piring dan mengambilkan nasi untuk Ardi. Sedangkan Adrian di biarkan mengambil makan sendiri. Adrian sungguh merasa perlakuan kedua orang tuanya tidak adil.     Adrian selalu ke rumah sang kakek di saat ia merasa terasingkan. Kakek tahu betul bagaimana perasaan Adrian saat itu. Karena terlalu jelas perbedaan cara memperlakukan Ardi dan Adrian. adrian merasa dirinya telah di tinggalkan. Hanya kakek Adam lah satu satunya orang yang sangat perhatian kepadanya.     Adrian merindukan momen kebersamaan keluarga yang bahagia. Saat dirinya dan Ardi di perlakukan sama. Perhatian yang sama, dan tidak ada kata pilih kasih di antara keduanya. Semua berubah ketika Ardi jatuh sakit selama satu minggu berada di rumah sakit. Entah apa yang di katakan oleh dokter, kedua orang tua Adrian begitu sedih dan terpukul setelah keluar dari ruang dokter. Hingga mereka melupakan Adrian yang merupakan anak mereka juga. Anak yang membutuhkan perhatian serta kasih sayang dari ke dua orang tuanya. “ sudahlah ma jangan bersedih, kita akan mengusahakan semua yang terbaik untuk Ardi.” Ucap ayah. “ tapi yah ,,, bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi? Aku tidak sanggup yah ,,” jawab mama dengan isak tangis yang tidak mau berhenti. “ ayah janji, ayah akan melakukan yang terbaik untuk anak kita ma. Sekalipun nyawa yang harus ku pertaruhkan” ucap ayah serius.     Adrian yang kala itu masih kecil, tidak tahu menahu dengan keadaan Ardi yang sebenarnya. Yang Adrian tahu, Ardi telah mengambil seluruh perhatian ayah dan mamanya. Adrian selalu mencoba mengalah kepada Ardi yang notabe nya Ardi merupakan seorang kakak. Adrian membenci hal ini. Adrian benci di perlakukan tidak adil.     Adrian pergi ke rumah kakek untuk menghilangkan emosi yang melanda Adrian. Adrian juga ingin tahu, seberapa pentingkah dirinya untuk kedua orang tuanya itu. Dua minggu sudah Adrian berada di kediaman kakek. Dengan harapan, salah satu orang tuanya akan menjemputnya. Tapi semua harapan itu sirna dan berubah menjadi asa. Adrian sedih, kecewa, ia merasa di sisihkan. Adrian merasa menjadi anak yang tidak di inginkan. “ yan ,, sudahlah jangan kamu pikirkan. Di sini ada kakek. Kakek akan selau bersamamu nak.”  Adam mencoba membujuk Adrian agar anak itu mau bermain bersamanya. “ ayo kita main bulu tangkis, yang menang boleh meminta permohonan kepada yang kalah. Dan yang kalah harus menuruti semua keinginan si pemenang. Bagaimana? ” kali ini Adam mengalihkan rasa sedihnya dengan perlombaan. Adrian mendengar kata permohonan, langsung setuju untu melakukan permainan karena Adrian mempunyai permintaan.     Permainan bulu tangkis antara Ian dan kakek sudah berlangsung selama tiga puluh menit. Namun scor yang di dapat keduannya sama. Permainan mereka imbang. Tidak ada yang kalah maupun menang. Hingga permainan memasuki set ke empat, score yang di dapat keduanya masih seimbang. Di akhir permainan kakek memilih untuk mengalah. Kakek memberi peluang Ian untuk melakukan smash.  Benar saja,,, ian melakukan smash dengan kekuatan penuh. Hingga kakek tidak dapat meraih bola dari Ian. “yeey,, Akhirnya aku bisa mengalahkan kakek,,” Adrian senang karena dapat mengalahkan sang kakek. Suara tawa gembira khas anak kecil yang sangat senang dan bangga atas prestasi yang di dapatkannya. Membuat kakek ikut merasa senang. “Kek,, bukankah tadi kita sudah sepakat?” adrian mengingatkan kesepakatan awal sebelum melakukan permainan. “tentu saja boy ,,, apa yang kamu inginkan?” ucap Adam sambil mengacak rambut Adrian yang menggemaskan. “Kakek bisakah kita berlibur bersama dengan ayah dan ibu seperti dulu?” Kakek terdiam sebentar, memikirkan jawaban apa yang tepat untuk cucu kesayangannya ini. “Tentu boy ,,,. Aku akan bicara kepada ayah dan mamamu.” “ Benarkah kek ,,,?” kata Adrian kecil, seolah tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Adam. “he’emm ,, percayalah kepada kakek.” Adam kembali meyakinkan Adrian. “Janji ,,, ?” Adrian kecil menyodorkan jari kelingking di depan Adam. Adam mengangguk “Janji” adam menyambut jari kelingking Adrian, dan mengaitkan dengan jari kelingkingnya. Kemudian menempelkan jari jempol keduanya. Adrian senang bukan main, matanya berbinar menunjukkan kebahagiaan. “Baiklah, sekarang kita mandi dan makan terlebih dulu, kemudian akan aku antar kamu pulang.” Adrian mengangguk patuh. Adrian segera berlari menuju kamarnya dan mulai membersihkan diri.     Pada sore hari, Adam mengantarkan Adrian pulang kerumah. Begitu Adrian sampai di pelataran rumah, ia langsu berlari masuk ke dalam rumah. Ia sudah merindukan rumah. Tempat tinggal bersama kedua orang tua serta saudara kembarnya. “Mama ,,, ayah ,,, Ardi ,,, Ian pulang,,,” teriak Ian sambil berlarian masuk ke dalam rumah. Tidak ada satu pun orang yang menjawab teriakan Ian. Ian celingukan kanan kiri, berharap akan menemukan salah satu keluarganya. Tapi ian tidak menemukan siapapun.     Adam berjalan mengikuti langkah kaki kecil Adrian. adrian berlarian kesana kemari mencari anggota keluarganya. Tidak ada tanda tanda ada orang di rumah. “Yan ,,, sini sama kakek.” Adam melambaikan tangan pada Adrian. adrian menghampiri kakek yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. “ Sepertinya ayah, mama sama Ardi gak ada di rumah. Bagaimana kalau kita telefon ayah?” Adam mengusulkan kepada Ian. Adrian mengangguk setuju dengan usul kakek. “ Iya kek,, suruh mereka cepat pulang. Apakah mereka sama sekali tidak merindukanku?” Adrian menggerutu sendiri karena tidak ada satupun yang menanyakan keadaan Ian selama berada di rumah kakek. Tuuut ,,, tuuuut ,,, tuuuut ,,,,. “Hallo Di,,,di mana kamu sekarang?” Adam menanyakan keberadaan Adi anaknya. “oh ,, aku sedang jalan jalan bersama Ardi dan Iren pa. Ada apa papa menelfonku?” tanya Adi di seberang telefon. Adam terdiam sejenak, bagaimana ia akan mengatakan kepada yayan kalau semua penghuni rumah sedang jalan jalan tanpanya. “Hallo pa ,,, papa tidak apa apa kan?” tredengar suara Adi mengkhawatikan Adam. Padahal Adam lebih mengkhawatirkan perasaan Ian. “Tidak apa. Papa sekarang di rumahmu nak, mengantar Yayan pulang. Yayan  bilang kalau dia merindukan kalian.” Adam mengucapkan dengan suara rendah. “Baiklah pa ,,, kami akan pulang sekarang. Tolong jaga Ian selama kami belum sampai rumah.!” Pinta Adi “Tentu, tanpa kalian minta tolong, Papa akan menjaga cucu kesayangan papa.” Adam menekan setiap kata pada kalimatnya, tanda Adam sedikit kesal dengan anaknya. Kemudian Adam menutup panggilan telefon.     Adam menoleh ke tempat Ian duduk, namun tidak ia temuakan Ian di sana. Apakah ian mendengar percakapannya dengan Adi?     Ian mendengar dengan jelas, kalau saat ini kedua orang tuanya sedang jalan jalan bersama Ardi tanpanya. Perlu di garis bawahi. Tanpanya. Adrian sangat sedih dan juga amat kecewa. Apakah dirinya sudah tidak di anggap anak? Bisa bisanya kedua orang tuanya pergi meninggalkannya. Ian segera berlari menuju kamarnya dan masuk dengan membanting pintu kamarnya. Ian tidak peduli jika daun pintu tersebut akan rusak. Ian menangis di dalam kamarnya. Padahal Ian pulang kerana merindukan semuanya, dan ingin mengajak mereka berlibur seprti dulu. Kini rencana itu sudah kandas, Ian sangat kecewa pada kedua orang tuanya. Ian menghabiskan waktu sendirian di dalam kamarnya.     Adam segera berlari mencari di mana keberadaan Yayan. Ia tidak ingin sesuatu terjadi kepada cucu kesayangannya itu. Adam melangkahkan kaki menuju kamar Yayan. Di bukanya pintu kamar yayan. Terlihat yayan sedang meringkuk di atas ranjang sambil menangis. Adam kemudian kembali menutup pintu. Adam sangat mengerti, kini Ian sangat kecewa dan membutuhkan waktu untuk sendiri. Adam kembali ke lantai dasar, karena ia mendengar suara telefon berdering. Adam mengangkat gagang telefon yang berada di ruang tengah. “Hallo selamat sore,, “ Adam memulai percakapan. “Hallo! dengan keluarga Hutama?” terdengar suara seorang pria bertanya di seberang telefon. “Iya benar, ini kediaman keluarga Hutama. Ada yang bisa saya bantu?” adam menjawab pertanyaan pria di seberang telefon. “Ini dari kepolisian tuan.  Telah terjadi kecelakaan  kepada tuan Adi Hutama beserta keluarganya.” Polisi itu memberitahukan musibah yang di alami oleh Adi. Adam merasa lemas seketika, ia seakan di hantam batu besar dan sulit sekali bernafas. Anak semata wayangnya mengalami kecelakaan. “Di ,, di mana mereka sekarang.?” Tanya Adam dengan suara bergetar. “ para korban telah di larikan ke RS pelangi.” “Baklah,, aku akan segera kesana,” Adam kemudian menutup panggilan telefon dan meletakkan gagang telefon ke tempatnya.     Adam berjalan dengan tergesa ke kamar Adrian, namun ia bingung harus bagaimana memberitahukan berita buruk ini kepada Adrian. adam masuk ke dalam kamar Adrian dan memeluk bocah itu erat. “Yan ,, ayo ikut kakek!” tanpa membantah Adrian mengikuti sang kakek. Adam mengajak adrian kerumah sakit Pelangi.     Sesampainya di rumah sakit, Adam menggendong Adrian berlari menuju resepsionis. Menanyakan ruang rawat Adi, Iren serta Ardi. Petugas resepsionis mencari data pasien kecelakaan hari ini. dan di sana tercatat bahwa pasien bernama Iren dalam keadaan kritis di ruang ICU. Serta dua yang lain telah dinyatakan meninggal.     Bagai di hantam dengan godam yang amat besar. Adam sedih, dan menyesal karena ia sempat kesal dengan anaknya itu. Adam harus kuat menghadapi cobaan ini demi Yayan dan juga Iren yang saat ini sedang kritis.     Adrian yang mulai mengerti dengan apa yang di bicarakan Adam serta perawat di rumah sakit. Adrian menangis tanpa henti karena di tinggalkan oleh sang ayah. Ia juga sangat terpukul dengan tiadanya Ardi kakaknya. Meskipun saat ini ia kecewa, tidak di pungkiri bahwa Adrian sangat menyayangi Ardi saudara kembarnya. Adrian seketika merasakan sakit tiada tara dan pingsan di dalam gendongan sang kakek. Adrian mulai siuman dan teringat apa yang telah terjadi kepada anggota keluarganya. “Mama ,,” kata pertama yang terucap saat Adrian sudah mulia siuman “di mana mama?” Adrian bertanya kepada kakek yang berada di sampingnya. “Mamamu sedang kritis yan, ia sekarang berada di ruang ICU.” Adam menjelaskan “Kek ,, aku ingin melihat mama, ayah dan ardi kek,” pinta Adrian “Baiklah ,,, tapi kamu kuat dan tegar. Ingatlah kakek akan selalu bersamamu.” Ucap Adam sambil menahan tangis. Adrian mengangguk patuh. Adam membawa Adrian ke ruang jenazah. Dimana jenazah Adi dan Ardi berada. Salah seorang petugas membuka kain penutup di dua jenazah yang baru beberapa jam di nyatakan meninggal dunia. Adrian serta Adam menangis, Adam sudah tidak kuat menahan air mata yang keluar. “Ayah ,,, kenapa kamu kejam ayah. Kamu meninggalkan Ian sendiri ,,,. Kamu melupakan aku ayah ,,,. Kenapa kamu lebih menyayangi Ardi ayah,, aku ini juga anakmu ,,” Dengan isak tangis yang tak tertahan. Adrian menggoyangkan tubuh  ayahnya yang sudah tidak bernyawa. “Sudahlah yan ,,,ikhlaskan kepergian Adi.” Ucap Adam mencoba menguatkan Ian. Meski dirinya kini juga sangat kehilangan. “Ardi ,,, aku benci kamu di!!  Kamu membuat ayah dan mama melupakan aku di. Aku di tinggal sendiri olehmu di. Tidakkah kamu merasa bersalah di? Di ,, bangun di,,. Kamu harus tanggung jawab Ardi. Kamu harus menemaniku Ardi,,,. Hiks ,, hiks ,,,hiks” adrian meluapkan rasa kesal, serta tidak ingin di tinggalkan oleh saudaranya ini.     Adam segera mendekap Adrian dan membawanya pergi dari tempat itu. Adam membawa Ian ke ruang ICU, tempat di mana Iren mama dari Adrian serta Ardi. Adrian melihat jemari Iren bergerak. “Mama,,, “ perlahan Iren membuka mata saat mendengar Adrian memanggilnya, “Kek lihat mama siuman kek,,” Adrian memberi tahu Adam. “I,,,an ma,,,af kan,,, ma ma,,” suara Iren yang amat pelan, juga denga air mata yang mengalir dari sudut mata Iren berucap. Hanya kalimat itu yang tertangkap di telinga Adrian. Adrian merasa akan ada hal buruk lagi. Adrian menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak ingin menuruti perkataan mamanya. Iar mata Adrian yang sudah mengering, kini kembali lagi mengalir dengan begitu deras. Adrian merasa kalau mamanya juga akan pergi meninggalkannya. “Tidak ma ,,, mama jangan pergi ma ,,, jangan biarkan Ian sendirian ma ,,,” pinta Adrian dengan isak tangisnya. “Ma ,, af ,,kan ,, ma ,,ma ,,a”  tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit suara monitor menunjukkan tidak ada lagi detak jantung Iren. Di malam itu, Iren juga di nyatakan telah meninggal dunia. Adrian serta Adam  sangat terpukul, dalam waktu semalam, mereka kehilangan tiga orang sekaligus. Flash back end.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN