MEMENUHI UNDANGAN

2274 Kata
    Hari ini Shafa masih berada di villa Adrian di  tengah hutan. Lebih tepatnya, gunung.  Sungguh indah rumah ini. Andaikan saja Shafa tinggal di rumah ini, pasti akan sangat menyenangkan. Shafa menyusuri kamar yang ia tempati saat ini. ada banyak sekali peralatan olah raga terpajang di sana. Berbagai macam bola berjajar rapi di tempatnya masing masing. Ada sepasang raket bulu tangkis, ada raket bola tennis, ada juga barbel dengan segala ukuran, mulai dari yang paling kecil seberat 1 kg, dan yang paling besar seberat 10 kg. Ini lebih mirip ruang olah raga ketimbang kamar.      Di meja sebelah pojok terdapat sebuah foto keluarga . sama seperti foto yang Shafa lihat di ruang perapian semalam. Shafa menduga kalau villa ini memiliki kenangan yang sangat berarti untuk Adrian. sangat terlihat semua perabot tertata begitu rapi dan selalu terawat. Kamar yang di gunakan Shafa saat ini pun terlihat seperti kamar seorang anak kecil. Mungkin di sinilah masa kecil Adrian     Sejak Shafa membuka mata, ia tidak menemukan sosok Adrian berada di sana. Mungkin karena ulah Shafa semalam. Shafa ingat jika Adrian hendak meminta haknya sebagai suami. Namun Shafa juga tidak kuasa menahan rasa takut yang menyelimutinya. Bayangan mengerikan itu tiba tiba muncul begitu saja. Serta nafas yang tiba tiba terasa begitu sesak, hingga Shafa tidak kuat menahannya. Shafa tidak mengerti kenapa dirinya seperti ini. yang jelas, Shafa sangat takut.     Shafa keluar kamar, dan ia melihat Adrian baru saja keluar dari kamar yang berada di sebelahnya. Shafa kemudian masuk ke dalam kamar tersebut, dan mengamati setiap sudut yang ada di dalam kamar tersebut. sangat terlihat perbedaan dua kamar yang sangat mirip itu. Di kamar tersebut, Shafa dapat melihat berbagai macam buku di sana. Buku buku tersebut tertata begitu rapi di setiap lemari. Sepertinya pemilik kamar itu sangat suka membaca. Shafa juga melihat sebuah figura berukuran kecil di atas meja. Figura tersebut berisi foto anak kembar yang saling berpelukan.      Shafa mengambil figura tersebut dan terasa ada sesuatu yang mengganjal di balik foto. Shafa membalik figura itu, dan ia melihat ada secarik kertas yang terselip di bagian belakang figura itu. Shafa mengambil kertas tersebut, nampak seperti sepucuk surat yang di tujukan kepada seseorang bernama Ian. Siapa ian? Shafa seperti pernah mendengar nama tersebut. Shafa mendengar suara seorang pria di bawah. Lebih tepatnya di halaman belakang. Dan jendela kamar berada tepat di atas halaman belakang. Shafa melihat Adrian di bawah sedang melakukan olah raga lompat tali melalui jendela kamar. Sebelum Adrian mengetahui Shafa berada di dalam kamar itu, Shafa segera keluar dari kamar dengan membawa sepucuk surat yang ada di dalam genggamannya. Shafa memasukkan kertas tersebut ke dalam saku celananya.     Setelah selesai memasak, Shafa ingin sekali lagi masuk kedalam ruang perapian yang semalam. Shafa ingin tahu lebih banyak mengenai Adrian beserta keluarganya. Shafa pikir Adrian sedang mandi di dalam kamar yang semalam Shafa gunakan. Sehingga kini Shafa berani memasuki ruang perapian yang ia masuki semalam dengan leluasa.     Shafa sekali lagi memperhatikan satu persatu foto yang ada di ruangan tersebut. Foto keluarga yang sama persis dengan yang ada di dalam kamar atas. Nampak sekali sebuah keluarga kecil yang harmonis. Semua anggota keluarga tersenyum bebas tanpa beban. Cukup lama Shafa berdiam memandangi setiap foto yang terpajang di sana. Shafa kaget saat tiba tiba suara Adrian berada di dekatnya. “Sedang apa kamu di sini?” Shafa terlonjak kaget, jantungnya bedegup dengan cepat. Ia takut Adrian marah. “ Ak ,, aku,, sedang ,,sedang mencarimu.” Ucap Shafa dengan sedikit tergagap. Adrian menatap Shafa tajam. “ Dari mana kamu tahu aku ada di sini?” Adrian memicingkan mata, penuh dengan tanya. “ A ,, a,, ku. Aku,, tahu dari mbok Darmi. Iya dari mbok Darmi.” Jawab Shafa gugup, serta keringat dingin sudah mulai menetes di dahinya. “ Apa benar begitu?”  Shafa mengangguk. “ Aku tahu kamu berbohong, dari mana kamu tahu aku berada disini.?” Adrian bertanya sekali lagi. Kali ini Adrian sedikit lebih tegas dan mengintimidasi. Shafa semakin takut kalau Adrian tahu Shafa sedang mencari tahu semua tentangnya. “ Aku tadi melihatmu kesini setelah berbicara dengan mbok Darmi di dapur.” Jawab Shafa dengan cepat, ia tidak ingin memancing kemarahan Adrian. kalau sampai itu terjadi, maka tamatlah riwayat Shafa. “ Baiklah,, ada apa kamu mencariku?” Adrian bertanya dengan nada dingin serta tatapan tajam, seolah Adrian akan memakan Shafa hidup hidup. “ Sudah waktunya sarapan, mbok Darmi bilang kalau kamu sudah sangat lapar.”  Shafa mencoba meyakinkan Adrian agar dia tidak lagi meng introgasi Shafa. “ Baiklah, sekarang ayo kita sarapan bersama.” Ajak Adrian. Shafa hanya mengikuti Adrian di belakang sambil mengelus d**a. Shafa merasa lega karena Adrian tidak lagi mengintrogasinya. Shafa akan mencoba untuk minta izin Adrian agar dirinya bisa sedikit lebih lama berada di villa tersebut. “Ad,, bolehkah aku pulang nanti malam saja?” Shafa bertanya dengan sedikit takut. Ia takut Adrian tidak mengizinkan. “ Iya, terserah kamu.” Adrian menjawab sekenanya serta tidak melihat ke arah Shafa saat berbicara dengannya. “ Terima kasih Ad,,.” Shafa mencoba berperilaku sepeti biasanya, agar Adrian tidak mencurigainya.     Usai sarapan, Adrian menghilang entah kemana. Shafa membantu pekerjaan mbok Darmi agar cepat selesai. Shafa kembali menuju ruang perapian sebelum Adrian kembali ke villa. Karena Shafa melihat Adrian keluar menuju hutan seorang diri melalui pintu halaman belakang. Shafa bergegas melakukan apa yang ia inginkan. Kembali mengamati setiap sudut ruang perapian. Ruangan yang sangat cocok sebagai tempat berkumpul semua anggota kaluarga.      Shafa masuk kedalam kamar yang ada di sana. Kamar di mana ia melihat Adrian menangis seorang diri. Di kamar tersebut ada sebuah foto sepasang suami istri yang tergeletak di atas ranjang. Mungkin inilah penyebab Adrian sangat sedih semalam. Shafa tidak tahu apa yang telah di alami oleh Adrian, tapi yang jelas Shafa dapat merasakan kesedihan yang mendalam di dalam diri Adrian. Shafa harus mencari tahu apa yang telah terjadi. satu satunya orang yang mengetahui semua tentang Adrian ialah Kakek Adam. Shafa akan menemui kakek Adam sepulangnya ia dari villa ini.     Hari sudah semakin siang, tapi Shafa tidak mendapati Adrian pulang sejak kepergiannya tadi pagi. Shafa merasa khawatir akan terjadi sesuatu kepada Adrian. hingga Shafa mengirim pesan kepada Rico, karena ponsel Adrian tidak aktif. Me : Rico kamu tahu di mana Adrian? Adrian belum juga kembali sejak Adrian pergi meninggalkan villa tadi pagi. Aku takut terjadi seduatu kepadanya. Rico : Tuan sekarang sudah berada di kantor nona. Me : Kenapa dia tidak memberitahuku kalau dia  pulang terlebih dulu? Rico : Maaf nona, ini karena ada suatu hal yang mendadak nona. Me : lalu bagaimana denganku? Siapa yang akan membawaku pulang? Rico : Anda akan di jemput Reza dan Iwan nona.  Pastikan anda sudah berada di mansion sebelum kedatangan tuan.     Shafa  mematikan layar ponselnya. Shafa merasa lega, karena Adrian baik baik saja.  Mungkin memang benar Adrian sedang ada urusan mendadak, sehingga dia tidak memberitahu kepulangannya terlebih dahulu. Sebelum Shafa meninggalkan villa tersebut, ia akan mengelilingi seluruh villa. Shafa tidak akan merasa bosan berada di sana. Susana hutan yang indah serta udara yang segar  membuat dirinya bersemangat.     Shafa berjalan menuju belakang villa. Shafa mencium aroma wangi bunga lily. Shafa mencari asal aroma tersebut. hingga disinilah shafa menemukan kebun bunga lily yang lumayan luas. Sungguh indah di pandang. Shafa berjalan mengelilingi setiap sisi kebun. Bukan hanya bunga lily yang ada disana. Ada juga bunga mawar kesukaan Shafa. ada banyak varian bunga mawar. Ada mawar putih, mawar merah, mawar kuning, dan mawar jingga.      Tidak bosan Shafa berada di kebun bunga tersebut. Shafa berteduh di bawah pohon yang ada di kebun karena sinar matahari semakin terik. Pada batang pohon tersebut, ada ukiran huruf A. Entah apa maksud dari huruf tersebut. Aku seperti pernah melihat huruf ini. tapi kapan? Tau ah ,,, pasti karena kebetulan saja. Aku kan tidak pernah datang kesini sebelumnya.     Samar samar terdengar suara mbok Darmi memanggil nama Shafa di kejauhan. Sepertinya Shafa sudah terlalu lama berada di kebun bunga tersebut. kemudian Shafa segera memasuki halaman belakang villa. Benar saja, mbok Darmi berlari tergopoh menghampiri  saat melihat Shafa sudah kembali. “Ada apa mbok? Kenapa mbok lari seperti itu?” Shafa bertanya “Anu non ,,, Reza dan Iwan sudah sampai. Kita harus segera kembali ke mansion sebelum tuan datang non.” Mbok Darmi mengingatkan Shafa. Shafa kemudian melihat jam yang ada di layar ponselnya. Benar saja, sekarang sudah pukul  15.00. dan Adrian pulang pukul 16.00. hanya ada waktu satu jam untuk perjalanan pulang. Shafa segera bergegas untuk mandi serta ganti baju. Tidak lama, lima belas menit sudah cukup untuk Shafa membersihkan diri. mereka berempat segera pulang ke mansion agar tidak ada yang mendapat hukuman dari Adrian karena terlambat.     Shafa beserta mbok Darmi sudah sampai mansion tepat satu menit sebelum Adrian datang. Sungguh mendebarkan. Harusnya perjalanan pulang hanya membutuhkan waktu setengah jam saja. Tapi saat dalam perjalanan, ada pohon tumbang. Sehingga mereka memindahkan pohon tersebut lebih dulu. Memerlukan waktu yang cukup lama untuk memindahkan batang pohon tersebut. karena hanya mereka berempat yang melintasi jalan tersebut.     Shafa menyambut kedatangan Adrian seperti biasa. Hanya saja penampilan Shafa saat ini sungguh tidak enak di pandang. Begitu banyak keringat serta baju Shafa yang sudah sangat lusuh. Shafa yang tadi sudah mandi dan bersih, kini menjadi Shafa yang kotor.     Adrian menatap Shafa dengan pandangan penuh tanya. Kenapa Shafa tampak begitu lusuh dan kotor? Shafa sangat mengerti dengan tatapan Adrian kepadanya. “Maaf Ad, aku akan segera mandi lagi. Tapi sekarang kamu mandi terlebih dulu.” “Kenapa penampilanmu seperti itu?” Adrian bertanya karena tidak biasanya Shafa berpenampilan lusuh dan kotor. Biasanya Shafa menyambut Adrian dengan penampilan yang sudah segar dan cantik. “ Aku tadi mengangkat batang pohon yang tumbang di tengah jalan.” Shafa menjawab dengan sedikit menunduk. “kenapa harus kamu yang turun untuk mengangkat pohon itu? Kemana Reza dan Iwan?” tampak Adrian mulai sedikit emosi. Bisa bisanya mereka membiarkan Shafa melakukan pekerjaan yang kotor. “Mereka juga memindahkan pohon itu Ad, aku hanya membantu saja agar lebih cepat selesai dan segera kembali kesini.” Shafa menjelaskan dengan wajah memelas. “Harusnya mereka tidak membiarkanmu ikut memindahkan poho itu. Dasar pengawal tidak becus ,,,.” “Tidak Ad,,, mereka sudah melarangku untuk ikut. Tapi aku sendiri yang memaksa.” Shafa berusaha meredam emosi Adrian. supaya kedua pengawalnya tidak mendapat hukuman. “Baiklah,,, untuk kali ini aku akan memaafkan mereka, tapi tidak untuk lain kali.” Ucap Adrian tegas. Shafa bernafas lega, karena Reza dan Iwan tidak mendapat hukuman.     Shafa segera mandi di kamar lain setelah menyiapkan keperluan Adrian. usai mandi Shafa kembali menuju kamar Adrian. Shafa melihat ada dua buah paperbag di atas meja riasnya. Shafa membuka salah satu paperbag tersebut, di dalamnya ada sebuah kotak. Shafa membuka kotak tersebut. sebuah dress yang sangat cantik. Modelnya pun sangat sopan tidak memperlihatkan bagian tubuh  Shafa. “Cepat kamu ganti pakaianmu itu!” perintah Adrian. “Tapi kenapa? “ Shafa tidak mengerti karena Shafa tidak tahu kalau dirinya akan pergi bersama Adrian “Kita akan keluar makan malam.”  Adrian memberi tahu. “Makan malam?” Shafa sedikit bingung. Pasalnya Shafa sama sekali belum pernah makan malam di luar bersama seorang pria.     Apakah dinner romantis seperti yang pernah ia baca di n****+ n****+?  Shafa tersenyum sendiri sambil membayangkan seperti apa makan malamnya nanti. “Iya sayang ,,, kita berdua akan makan malam.” Adrian kembali mengulang jawabannya. Namun kali ini dengan nada yang lebih lembut. “Sekarang cepat ganti bajumu itu! Atau kamu memerlukan bantuanku?” Adrian menaik turunkan Alis sambil memandangi tubuh Shafa dari atas ke bawah. “Ti tidak perlu Ad,,, aku akan mengganti bajuku sendiri!” Shafa seketika salah tingkah. Ia bergidik ngeri melihat kelakuan Adrian yang jahil. “Kenapa tidak perlu? Ayo sini aku bantu kamu mengganti baju!” Adrian berjalan mendekat ke Shafa dengan tangan yang siap membuka baju yang di kenakan Shafa. Shafa seketika berlari ke kamar mandi dengan membawa dress di tangannya sebelum Adrian benar benar mengganti baju Shafa. “ha,, ha ,, ha ,,”Adrian tertawa terbahak melihat Shafa yang ketakutan karena ulah jahilnya.Tunggu,,, apa sekarang Adrian sudah berubah menjadi pria yang jahil dan menyebalkan? Adrian sendiri juga tidak mengerti, kenapa begitu menyenangkan menggoda Shafa. perlahan tembok es yang Adrian bangun mencair dengan perlahan.     Shafa sudah mengganti bajunya dengan dress berwarna peach pemberian Adrian. nampak cantik dan elegan. Adrian mengambil  paperbag yang satu lagi. Di buka kotak yang ada di dalam paperbag tersebut. ada sepasang high heels setinggi 7 cm dengan warna senada dengan dress yang di kenakan Shafa. Adrian memasangkan high heels tersebut pada kedua kaki Shafa. sangat pas sekali ukurannya dengan kaki Shafa. Penampilan Shafa semakin sempurna dengan kalung pemberian Adrian yang melingkar dengan indahnya di leher mulus Shafa. kini Shafa sudah siap untuk keluar bersama suaminya.     Shafa dan Adrian berada di dalam mobil. Mereka dalam perjalanan untuk memenuhi undangan makan malam bersama keluarga Wiliam. “ Ad,, kalau boleh aku tahu. Kita akan makan malam dimana?” Shafa sangat penasaran, sebab ia merasa penampilannya terlalu berlebihan. “ Kita berdua akan makan malam di kediaman keluarga Wiliam.” Shafa mengerutkan kening “ Di kediaman keluarga Wiliam? Bukankah itu keluaga tuan Willy?” Shafa memastikan apa yang ia dengar itu benar. Bayangan Shafa akan dinner romantis berdua lenyap sudah. Lantas untuk apa dia harus berdandan seperti ini. “Benar.” Adrian menjawab dengan singkat. “ Untuk apa kita kesana? Bukankah kamu tidak begitu suka dengan tuan Willy?” Shafa merasa heran dengan Adrian, kenapa ia memenuhi undangan keluarga Wiliam jika memang dirinya tidak menyukai keluarga tersebut. Adrian menoleh “ Aku bukan memenuhi undangan tuan Willy, melainkan memenuhi undangan nyonya Wiliam. Aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada mereka karena wakti itu tuan Willy menolongmu” jawab Adrian panjang lebar. Sebenarnya bukan itu yang menjadi pertimbangan Adrian memenuhi undangan tersebut. Melainkan karena ucapan Willy saat berada di ruangannyalah yang membuat Adrian datang memenuhi undangan makan malam.        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN