7. Malam Yang Hampa

1160 Kata
Alice mengangguk. "Iya aku Alice. Apakah kamu mengenali kakak?" "Alicia adalah mantanku saat masih sekolah menengah dulu. Tapi, setelah lulus aku tak pernah lagi mendapatkan kabarnya. Saat aku melihatmu, hatiku senang karena akhirnya bertemu dengan Alicia. Bukan, ternyata kamu Alice," Arsen merasa kecewa, rasa rindunya yang berlebihan pada Alicia itu membuat pikirannya kacau. Ia baru mengetahui hal ini jika Alicia mempunyai seorang adik, mereka berdua benar-benar mirip. "Terima kasih kamu menyelamatkan aku. Sungguh, aku tak bisa berpikir bagaimana keselamatanku jika kamu tidak datang tepat waktu," Alice masih gelisah, hatinya tidak tenang. Orang itu tiba-tiba menggoreskan samurai di lengannya, Alice mengerti pasti ia hanya salah sasaran karena mirip dengan kakaknya. Masalah ini tambah rumit jika ia yang menjadi korban penggantinya. Arsen mengangguk. "Iya sama-sama. Aku antar kamu pulang ya? Luka itu harus di obati sebelum infeksi," ujarnya sangat perhatian dan khawatir, kemiripan Alice dan Alicia membuat hati Arsen jatuh cinta. Alice merasa tenang . Arsen perhatian sekali, kakaknya begitu beruntung mendapatkan orang-orang baik. Namun semua itu tak bisa menjamin kakaknya baik, mengingat bagaimana perlakuannya beberapa menit yang lalu hati Alice sedikit sakit. Berubah, itulah yang sesuai dengan apa yang Alice rasakan. Secepat itu hanya karena Keenan adalah orang kaya. *** "Aduh, sakit! Tolong lebih pelan sedikit urut kakinya," Alice merintih karena pijatan Arsen yang menekan titik kakinya yang membiru itu. Arsen hanya tersenyum tipis. "Seperti inilah caranya memijat yang benar. Aku terbiasa dengan mama, kadang minta pijet kalau kelelahan dari kantor. Nah, selesai, coba kamu berdiri dan coba jalan." Sedikit kesulitan, namun akhirnya Alice bisa berjalan dengan kaki kanannya yang sudah mendingan. Alice sangat berterima kasih pada Arsen. "Kenapa Alicia tinggal bersama Keenan? Bagaimana kalau mereka berbuat yang-" "Menikah. Kakak sudah menikah dengan Keenan," sela Alice dengan cepat sampai Arsen terdiam karena ucapannya. Menikah? Bagaimana dengan kisah cintanya yang kandas karena kehadiran Keenan? Bahkan ia belum memutuskan secara sepihak hubungan ini. Arsen pikir Alicia masih kekasihnya, namun sekarang berbeda justru menjadi istri orang lain. "Kak Arsen? Kenapa melamun?" "Ah itu-aku pulang ya? Jangan keluar sendirian lagi," Arsen sedikit gugup, ia merutuki dirinya sendiri karena memikirkan Alicia pikirannya tidak bisa fokus. "Aneh. Tapi, kak Arsen baik," Alice tersenyum memandang kepergian Arsen. *** "Kenapa gagal? Sedikit lagi aku bisa memusnahkan wanita itu," kesalnya sedikit geram, sasarannya sudah tepat mengenai target, namun penyelamat pahlawan malam itu datang membuat gagal rencananya. "Bagaimana bisa Alicia kabur? Apakah ada seseorang yang membantunya?" ia sedang berpikir, tidak mungkin tempatnya yang tertutup itu mudah di masuki oleh seseorang meskipun berusaha menyusup dengan cara membobol pintu akses canggihnya dengan kode rumit genap ganjil yang di kuadratkan. Jarinya mengetuk meja. "Seharusnya aku menjaga Alicia lebih hati-hati. Ini semua karena kesalahanku. Ah! Gagal!" tangannya menggebrak meja dengan kesalnya. Alicia tidak berhak untuk bahagia, wanita sombong itu harus merasakan penderitaannya selam ini. "Tunggu. Aku akan kembali membawamu ke tempat ini Alicia Grace," bibirnya menyeringai licik. Ia adalah si otak cerdas dengan berbagai cara mudah. Tidak lama lagi Alicia akan kembali ia dapatkan. *** "Mas Keenan, aku belanja ke supermarket ya? Kulkasnya habis, sayuran juga." Keenan menoleh menatap istrinya yang cantik dengan baju pemberian mamanya itu, terlihat berkelas dengan beberapa perhiasan anting dan kalung emas mahal. "Boleh. Tapi jangan lama ya? Aku rindu." Alicia mengangguk. "Sebentar mas. Aku pergi dulu." Alicia keluar dari mansion Keenan, berjalan sendirian membuatnya tidak perlu takut dan khawatir karena satpam di mansion itu juga mengawasinya. Dengan tenang Alicia menuju supermarket tanpa merasa was-was, tapi itu semua tidak luput dari perhatian oleh seseorang yang mengikuti Alicia diam-diam. Menunggu sampai Alicia keluar dari supermarket, ia pun menyiapkan sebuah kain yang sudah di tetesi oleh cairan untuk membius Alicia. Ketika sudah di tempat yang sepi, langkahnya sangat pelan hingga berhasil membungkam mulut Alicia sampai tak sadarkan diri. Membawanya ke dalam mobil dan pergi dari kawasan mansion Keenan sebelum ada yang mengetahui aksinya. *** Keenan sedikit gelisah menunggu Alicia yang hampir dua jam tak kunjung kembali. Karena tidak ingin Alicia celaka, ia pun bertanya pada satpam namun jawabannya adalah Alicia tidak pulang, bahkan satpamnya tak melihat Alicia sama sekali. Lalu dimana keberadaan istrinya itu? Sampai Keenan mengecek supermarket yang tak jauh dari mansion-nya namun setelah bertanya kepada pemiliknya Alicia sudah pergi. Keenan pulang dengan hati yang tidak tenang. Sepertinya pencarian Alicia di lanjutkan besok. "Alicia, kamu dimana? Jangan menghilang dan pergi," Keenan sedih jika hal itu terulang kembali, ia tak ingin di tinggal orang yang paling di cintainya selama ini. Mendengar Alicia yang hilang itu, Vivi pun khawatir. Apa yang harus ia lakukan agar Keenan tak bersedih lagi? Sampai Vivi memiliki sebuah ide, ia harus menyuruh Alice untuk menggantikan Alicia sementara waktu. Ya! Vivi pun segera menghubungi Alice dan memintanya segera datang menemui Keenan. Alice yang mendapatkan telepon dari Vivi pun heran. Namun permintaan itu membuat hati Alice dilema, setelah ia di usir bahkan di buang begitu saja mereka meminta kembali untuk menjadikan dirinya sebagai Alicia sementara waktu. Dimanakah setitik kebaikan itu? "Maaf, tapi aku-" "Saya berikan uang jaminan 50 juta dan besok uang itu sudah ada di tanganmu. Bagaimana? Uang itu banyak, pasti kamu sangat membutuhkannya Alice," suara di seberang telepon itu menyahut dengan cepat, Vivi langsung menawarkan uang untuk balasannya. "Terima saja. Ibu juga butuh uang untuk berobat," dan Riana, ibunya menyahut dari belakang dengan nada pasrahnya. Alice tak ada pilihan lain dan harus menuruti Vivi. "Aku bersedia menjadi pengganti kakak malam ini," jawab Alice dengan hati yang berat. Mungkin hanya ini cara terbaik untuk menyembuhkan ibunya, karena uang bukan untuk merayu Keenan. *** Alice pun menuruti kemauan Vivi, akhirnya ia berada di rumah Keenan. Mengubah sikapnya menjadi terbuka dan lebih easy going daripada biasanya yang pendiam tak banyak bicara. Alice memasuki kamar Keenan setelah Vivi menyuruhnya untuk segera menghibur Keenan yang sedang khawatir karena Alicia tak kunjung kembali pulang. "Mas Keenan?" suara Alice sedikit gugup saat kedua kalinya memanggil sebutan itu, sebelumnya Keenan marah dan mengusirnya. Tapi sekarang karena hal lain dimana ia menjadi pengganti dalam satu malam. Keenan yang mendengar suara Alicia pun menoleh. Hatinya sedikit lega melihat istrinya pulang. Keenan menghampiri Alicia dan memeluknya. "Aku khawatir denganmu. Takut terjadi apa-apa." Alice hanya bisa diam, tidak tahu harus mengatakan apa. Masih canggung saat dekat dengan Keenan. "Ayo, kita-" ucapan Keenan terhenti ketika melihat tangan Alicia tidak ada hena justru bersih. Dan pikiran Keenan saat ini adalah bahwa yang ada di hadapannya bukanlah Alicia melainkan Alice. Sejenak Keenan menatap mata yang teduh itu, hatinya menahan amarah. Kenapa harus Alice lagi? "Kenapa mas?" Alice bertanya khawatir, Keenan hanya diam namun tatapan matanya berubah tajam. Alice bingung apakah ada yang salah? "Kamu bukanlah Alicia! Dan lagi-lagi kembali sebagai Alice. Apa sebenarnya tujuanmu kesini?" Keenan menekan kata-katanya, bagaimana bisa Alice memasuki rumahnya dengan begitu mudah? Apakah kedua orang tuanya mengizinkan akses masuk? "Em aku-" "Jangan banyak alasan. Sekarang aku sedang baik kepadamu. Silahkan tidur di lantai dan jangan pernah macam-macam denganku!" Keenan memperingati Alice. Adik itu harus sadar diri dengan posisinya, Alice bukanlah istrinya meskipun memiliki wajah yang sama bukan berarti Keenan harus mencintainya dengan sembarangan tanpa tau isi hatinya saat mengenali Alicia. Alice mengangguk pasrah. Lagipula ia tak mengharapkan tidur satu ranjang dengan Keenan, tujuannya kesini adalah menggantikan kakaknya yang sedang menghilang entah kemana. Dan Alice tak berharap begitu banyak, jika memang cinta Keenan hanya untuk kakaknya maka tak ada celah baginya untuk merusak rumah tangga mereka. Alice pun tidur di lantai tanpa beralaskan apapun, dingin dan badannya merasa masuk angin karena tak ada selimut yang membalut tubuhnya. Dan suara dengkuran halus Keenan terdengar, pria itu sudah tidur. "Aku rela mas, asalkan hati mas selalu tenang dengan kehadiranku sebagai bayang-bayang kakak agar hatimu tak lagi gelisah memikirkan dimana istrimu sekarang," ujar Alice dengan bibir yang bergetar karena kedinginan. Mungkin inilah nasibnya, menjadi perantara dan boneka saja demi berpura-pura berganti peran sebagai kakaknya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN