Doni sengaja pagi-pagi sudah tiba di rumah Rama untuk meminta penjelasan perihal acara rapat dengan Pak Robert. Sedari semalam Doni tak bisa tidur karena sudah berjanji dengan Naya untuk ikut serta merayakan ulang tahun Yuni. Doni memang menuruti keinginan Naya, namun dia juga memperhitungkan banyak hal, yang ada di kepala Doni adalah mereka bisa datang kesana, memantau keadaan dari kejauhan dan jika keadaan memang bisa dimasuki oleh Naya dan Doni maka Doni akan ikut serta didalamnya.
“Pagi…..” Sapa Doni riang ketika memasuki rumah Rama.
“Pagi Om, kesayangan aku dateng. Pagi banget Om?” Tanya Reina langsung menghambur memeluk Doni.
“Iya Om ke sini pagi-pagi karena ada perlu sama Papa.” Ucap Doni lalu menatap tajam Rama yang kini tertunduk lesu di tempatnya.
“Gendong Om.” Rengek Reina dengan merentangkan tangannya untuk segera disambut oleh Doni.
“Adek, Om ada perlu sama Papa.” Tegur Reino yang tidak suka jika Reina selalu bermanja dengan Doni.
“Bilang aja iri. Iri bilang bos.” Cibir Reina dengan menjulurkan lidahnya.
“Adek! Ma, Adek gak sopan.” Adu Reino pada Bella.
“Adek, gak boleh sayang. Abang kan lebih tua dari Adek, jadi harus sopan sama siapapun itu yang lebih tua dari kamu, Nak.” Tegur Bella yang selalu mengajarkan kebaikan dan nilai sopan santun kepada anak-anaknya.
“Iya Ma, maaf. Maaf Bang.” Ucap Reina disertai wajah bersalahnya.
Doni menurunkan Reina ke kursi yang tadi menjadi tempatnya duduk. Doni menatap Rama yang pagi ini tak secerah biasanya, di ruang makan juga tak terlihat Naya. Kemana kekasih kecilnya ini batin Doni bertanya.
“Mas, ada Mas Doni tuh nyariin kamu.” Ucap Bella sambil mengelus pelan lengan Rama.
“Iya biarin aja, nanti selesai sarapan ngobrol di ruang kerja sebentar.” Ucap Rama tanpa menatap Doni.
“Sekarang aja ayo Ram, gue mau anter anak-anak.” Rama mendongak dengan memicingkan matanya tak suka mendengar Doni selalu memanjakan Naya.
“Ada Pak Man, gak usah nganterin Naya hari ini. Kerjaan kita padet banget sampek malem.” Ucap Rama dingin yang hanya mendapat gedikan bahu dari Doni.
“Oke.” Jawab singkat Doni, Doni lalu beralih menatap Bella yang kini menatap ke arah tangga. “Kenapa Bel? Naya kemana, kok belum turun?” Tanya Doni yang membuat fokus Bella beralih ke arah Doni.
“Belum turun Mas dari tadi. Aku juga udah ke kamarnya, katanya nanti turun.” Ucap Bella lalu memberi kode melalui tatapannya melirik Rama.
Doni yang mengerti akan kode dari Bella langsung beranjak, menaiki undakan tangga dengan tergesa menuju kamar Naya. Bisa dipastikan jika Naya saat ini sedang merajuk, atau yang lebih parahnya mogok makan. Ini tidak bisa dibiarkan karena Naya memiliki riwayat asam lambung yang bisa saja kambuh jika tidak sarapan.
Tok
Tok
Tok
“Sayang…. Buka pintunya, ini Om.” Ucap Doni setelah mengetuk pintu kamar Naya. Doni kembali mengetuk pintu kamar Naya ketika tidak mendapat jawaban dari dalam, “Nay, buka sayang.” Pinta Doni lalu dengan lancangnya dia membuka pintu kamar Naya karena sudah tidak sabar.
“Loh kok kosong, apa masih mandi? Tapi gak mungkin udah sesiang ini dia baru mandi.” Gumam Doni namun langkahnya tetap menuju arah kamar mandi Naya. Doni membuka pintu kamar mandi perlahan namun tetap tak ditemukannya sosok gadis kecil yang menjadi kekasihnya.
Doni mengedarkan pandangannya, dimana biasanya Naya meletakkan tasnya ketika sebelum berangkat. Namun di sana tidak ada tas yang biasa Naya gunakan. Meja belajarpun sudah rapi, Doni menduga Naya berangkat lebih awal tanpa berpamitan pada Rama maupun yang lainnya. Jiwa muda yang bergejolak karena hasutan emosi sudah menggelapkan sikap santun Naya.
“Ngambeknya naudzubillah amat ini anak. Susah emang kalo ngadepin jiwa muda.” Gerutu Doni lalu keluar dari kamar Naya dan menuruni undakan tangga. Doni menatap Bella memberi kode dengan gelengan kepalanya.
“Ram, Bel, aku langsung berangkat ya.” Pamit Doni yang berhasil mencuri perhatian Rama, pasalnya Doni datang sepagi ini untuk berbicara dengannya, namun kini langsung berpamitan meskipun belum sempat berbicara dengan Rama.
“Hati-hati Mas Doni.” Ucap Bella yang diangguki Doni.
“Om berangkat dulu ya Dek, Bang. Maaf gak jadi nganterin kalian, Om ada kerjaan mendadak.” Pamit Doni pada si kembar. Ya, perkerjaan mendadak—pekerjaan untuk mencari Naya.
“Adek ikut sekarang aja Om, boleh ya Om. Adek udah selesai kok sarapannya.” Rengek Reina pada Doni yang kini menatap Bella meminta bantuan agar Reina tidak ikut dengan dirinya.
“Adek, nanti dianter sama Bapak aja ya. Pak Man udah nunggu tuh di luar.” Ucap Bella lalu menganggukkan kepalanya memberi kode pada Doni agar segera pergi.
“Assalamu’alaikum.” Salam Doni ketika akan keluar.
“Mama, kenapa Adek gak boleh ikut?” Tanya Reina dengan mata berembun.
“Adek tadi denger enggak kalau Om Doni ada kerjaan mendadak? Besok kalau Om Doni gak ada kerjaan pasti dianterin kok, sabar ya sayang.” Ucap Bella melirik sinis Rama yang enggan membuka suara.
“Udah belum Bang, Dek? Papa anterin aja yuk.” Ajak Rama ketika sudah menyelesaikan sarapannya. Rama menatap Bella dengan mata sendunya, semalam Bella masih saja membujuk Rama agar mengizinkan Naya ikut serta. Mereka juga sudah kenal dekat dengan keluarga Diki, namun Rama tetap keukeuh dengan pendapat dan keputusannya.
Alhasil dia dan Bella perang dingin semalam, sampai pagi pun Bella enggan terlalu banyak bicara dengan Rama. Hanya saat di depan anak-anaknya atau di depan orang lain. Bella tak ingin menunjukkan kemarahannya di depan orang lain yang tak mengerti masalahnya, berbeda dengan Bella, Rama selalu terlihat mendung jika sedang bertengkar dengan Bella.
“Udah Pa, Papa gak sibuk emang?” Tanya Reino menatap lekat Rama.
“Enggak Bang, nanti agak siangan sibuknya.” Jelas Rama, Rama baru menyadari jika Naya tidak ada diantara mereka ketika menatap sekitarnya. “Kakak belum turun Ma?” Tanya Rama menoleh ke arah Bella.
“Belum Pa.” Jawab Bella lalu mendekat ke arah Rama dan berbisik lirih agar tidak didengar oleh kedua anaknya, “Naya kayaknya udah berangkat tanpa pamit. Anak kita itu keras kepala, semakin kamu keras sama dia, makin dia membangkang sama kita, Mas. Makanya tadi Mas Doni langsung buru-buru pamit, ya itu buat nyari Naya.” Jelas Bella yang membuat wajah Rama menegang mendengar itu.
“Risma udah dateng ke sini belum?” Tanya Rama yang mendapat gelengan kepala dari Bella.
“Assalamu’alaikum…” Salam Risma ketika memasuki rumah Rama. Rama menatap Risma yang pagi ini terlihat sangat ceria, baru saja dibahas oleh Rama dan Bella, Risma langsung muncul.
“Wa’alaikumsalam…” Jawab mereka serempak.
“Mbak Bel, Naya-nya ada?” Tanya Risma ketika tidak mendapati Naya di ruang makan.