8. Di Luar Apa Di Dalem?

1133 Kata
Doni semakin rutin mengantar dan menjemput Naya akhir-akhir ini. Bisa dikatakan Doni terserang virus pubertas kembali dan rasa bahagianya berkali-kali lipat bertambah jika sedang bersama Naya, terlebih jika melihat senyum dan tawa lepas Naya. Rama dan Bella tak menyadari kedekatan mereka karena memang mereka selalu dekat meskipun belum menjadi sepasang kekasih. Doni menutup diri dari hingar bingar wanita semenjak merasakan sakit karena pengkhianatan enggan membuka hatinya kembali. Fokusnya hanya ingin berkarir dan tiba-tiba saja berpikir jika jodohnya adalah Naya, Doni yang melihat binar mata Naya—bayi kecil yang dibawanya pulang dari rumah sakit bersama Rama itu seolah langsung tersihir. Doni fokus pada perkembangan Naya kecil, remaja hingga kini akan menginjak dewasa. Semua momen tak pernah Doni lewatkan, tingkah maupun gaya rajukan Naya dihapalnya diluar kepala. Semua terekam jelas di kepalanya kini, jika Rama enggan mewujudkan keinginan Naya maka Naya langsung mengadu pada Doni. Naya selalu melancarkan aksi rayu-merayu pada Doni agar keinginannya bisa terwujud. Seperti halnya saat ini ketika dia akan ikut dalam perayaan ulang tahun Yuni yang akan diadakan di restoran Doni yang ada di sekitaran Jakarta Selatan. Naya sudah berulang kali meminta izin pada Rama namun tak diizinkan, Rama memberi pengertian pada sang putri jika acara tersebut pastilah ingin dinikmati hanya dengan keluarga inti. Rama khawatir dengan adanya Naya nanti akan mengganggu acara mereka. “Ayolah Pa, boleh ya Pa. Pulangnya gak malem kok, dianterin Pak Man deh kesananya.” Rayu Naya yang tetap mendapat gelengan kepala dari Rama di ruang kerjanya. “Papa pelit!” Rajuk Naya yang keluar dengan menghentakkan kakinya. Rama tak mempan dengan bujuk rayu putrinya. Rama memiliki pandangan sendiri, Rama khawatir Naya mengganggu suasana yang akan dibangun susah payah oleh Diki nantinya, karena jika Naya dan Risma sudah digabungkan, bisa dipastikan suasana bukan lagi menjadi yang diinginkan sang pemilik acara. Melainkan pemiliki acara yang mengikuti tingkah mereka. Naya keluar dari ruang kerja Rama dengan wajah tertekuk. Reina dan Reino yang melihat kedatangan Kakaknya dari ruang kerja papanya hanya saling pandang. Mereka tak berani bertanya jika Naya sudah mode garang seperti ini, hanya Bella yang berani bertanya disela acara menonton televisinya. “Ada apa Kak?” Tanya Bella yang memang seharian ini mendengar rengekan dari Naya yang ingin ikut serta dalam acara Yuni dan keluarga. “Papa gak ijinin aku, Ma. Papa pelit hiks… hikss….” Isaknya ketika suasana hatinya tidak baik. Bella yang mendengar isakan Naya jadi panik sendiri. Bella mendekat dan membawa Naya kedalam pelukannya. “Kenapa nangis hm? Ada Adek sama Abang, Kak. Nanti mereka ngejek kamu.” Bisik Bella yang tak dihiraukan oleh Naya. “Biarin, abis Papa pelit. Aku mau telepon Om Doni aja.” Ucap Naya menggebu-gebu lalu mengambil ponselnya yang ada di saku celana. “Iya tapi jangan nangis, takutnya Mas Doni panik denger kamu nangis Kak.” Ucap Bella yang ikut menghapus air mata Naya. “Halo Om hiks…” Ucapnya ketika panggilannya diterima oleh Doni. “Loh kok nangis? Ada apa sayang? Om kesana sekarang ya.” Ucap Doni panik mendengar isakan lirih Naya. “Jangan hiks…. Jangan kesini Om.” Cegah Naya yang membuat Doni bingung. “Terus kenapa kamu nangis? Ada apa Yang?” “Aku mau ikutan diacaranya Tante Yuni, tapi sama Papa gak boleh Om huaa…” Tangis Naya kembali pecah yang membuat Bella kembali menghela napasnya dalam. “Udah dong Kak, kenapa janji sensitif banget sih. Sabar dong kamunya, nanti Mama bantuin ngomong ke Papa ya.” Bujuk Bella yang akhirnya meredakan tangisan Naya. “Acaranya kapan sih sayang? Kenapa mewek ih, nanti pergi kesana sama Om ya.” Naya akhirnya benar-benar menghentikan tangisnya setelah mendengar ucapan Doni. “Bener ya Om?” Tanya Naya memastikan. “Iya besok Om jemput abis maghrib berangkat ya.” “Jangan Om! Pulang kerja langsung ke sini aja ya.” Tawar Naya yang diiyakan oleh Doni. Panggilannya dengan Doni terpaksa diakhiri ketika melihat Rama yang berjalan mendekat ke arahnya. Naya membuang wajah kesembarang arah, merajuk adalah andalannya agar Rama luluh dan mengizinkannya. Namun Rama malah mendekati putra putri kembarnya dan asik bersenda gurau dengan mereka. Naya yang moodnya memang kurang baik langsung beranjak menuju kamarnya. “Mas…” Panggil Bella setelah Naya menaiki undakan tangga. “Hm, iya kenapa Yang?” Tanya Rama yang memisahkan diri dari si kembar. “Naya—” “Kalau masalah itu Mas gak ijinin, jangan ganggu acara keluarga orang kalau kita gak diundang Yang. Mas gak mau Naya ganggu acara yang memang udah dirancang susah payah sama Pak Diki dan Risma. Kamu tau sendiri kan Naya sama Risma kalo udah disatuin kayak apa, bisa-bisa bukannya acara kejutan malah jadi acara lawak.” Bella setuju dengan ucapan suaminya, namun dia juga merasa iba ketika melihat tangis Naya tadi. “Tapi tadi Naya nangis Mas, kasihan.” Rama menggeleng tetap tak mengizinkan. “Enggak Yang, paling nangis drama itu mah.” “Mas!” Suara Bella naik satu oktaf karena kesal, namun setelahnya menutup mulut dengan tangan karena kelepasan. Disamping itu masih ada si kembar diantara mereka. Bella akhirnya memilih tidak melanjutkan perdebatan mereka. “Dek, Bang, udah malem. Waktunya bobok, biar besok gak kesiangan sekolahnya. Yuk ke kamar sama Mama.” Ajak Bella pada dua anak kembarnya. Reina dan Reino yang sempat mendengar lengkingan suara Bella langsung menurut tanpa suara, mereka mengekor di belakang Bella. Rama masih tertinggal di ruang keluarga, masih tetap dengan pendiriannya. Enggan mengizinkan Naya apapun alasannya, tapi jika esok hari Naya dan Doni bersatu entah apa yang akan Rama katakan untuk mencegah kepergian mereka. [Don besok kita meeting sama Pak Robert mulainya jam 7 malem. Lu siapin berkasnya besok pagi atau sore ya.] Pesan Rama yang ditujukan untuk Doni, Rama hanya mengada-ngada tentang ini. Pak Robert sendiri adalah kliennya yang akan melaksanakan meeting dengan Rama pada lusa. Rama sangat tahu jika Rama sudah tidak mengizinkan, pastilah ada sosok ibu peri dari dalam diri Doni yang mewujudkan keinginan Naya. Rama akan membuat Doni sibuk seharian besok, Rama lalu menghubungi Yuda untuk memberi kabar Pak Robert jika besok malam akan diajak makan malam bersamanya dan Doni. “Baik Pak, saya akan hubungi sekretaris Pak Robert dulu. Nanti saya beri informasi lanjutannya.” Ucap Yuda sebelum panggilannya diputus oleh Rama. Setelah menunggu beberapa menit, ternyata usaha Rama kali ini harus kandas oleh pesan yang dikirimkan oleh Yuda yang mengatakan bahwa Pak Robert besok malam tidak bisa menerima undangan makan malam dari Rama. “Dunia seolah emang lagi memihak Naya sama Doni nih, gue harus puter otak biar mereka gak keluar besok malem. Kasihan Pak Diki kalo acaranya berantakan karena ulah anak gue.” Monolog Rama lalu bersandar di punggung sofa. “Mas! Mau tidur di dalem apa di luar?” Tanya Bella setelah keluar dari kamar si kembar. Teriakan melengking Bella langsung membuat Rama beranjak dan menaiki undakan tangga dengan tergesa. “Mas datang sayang…” Jawab Rama mendayu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN