19. Meluncur

1115 Kata
Rama mengetuk pintu kamar Naya berkala, karena tak kunjung mendapat sahutan dari dalam. "Kak...." Panggilnya ketika masih tak mendapat sahutan. Rama makin gencar mengetuk pintu, namun bukan pintu kamar Naya yang terbuka, tetapi pintu kamarnya dan Bella yang terbuka. "Kenapa Mas?" Tanya Bella ketika melihat Rama masih diam di depan pintu kamar Naya. "Naya gak buka pintunya, nih anak ngambek sama Doni." Jawab Rama lalu meneruskan acara mengetuk pintunya. "Coba biar aku yang ngetok. Kamu radak sanaan, biar kalau pintunya di buka gak ada kamu." Rama benar-benar menyingkir sesuai dengan ucapan Bella. Tok Tok Tok "Kak.... Kak Naya...." Panggil Bella yang langsung mendapat sahutan dari dalam kamar. "Ini aku apa kamu sih yang orangtua sambungnya? Perasaan Naya kalau sama kamu nurut banget." Gerutu Rama sambil bersandar di dinding. "Lebih tepatnya karena sesama wanita Mas Rama." Ucap Bella tepat. "Iya Ma, kenapa?" Tanya Naya sambil menyembulkan kepala. "Abis mandi?" Tanya Bella ketika melihat rambut Naya yang digelung oleh handuk kecil. "Iya, Mama dari tadi ya? Maaf aku gak tau." Ucap Naya lalu melebarkan pintu kamarnya. "Loh ada Papa, sini masuk. Ada apa Ma, Pa?" Tanya Naya lalu duduk di sofa kamarnya. "Papamu kesel dari tadi ngetok pintu gak dibuka-buka. Ternyata kamunya mandi." Ucap Bella lalu melirik ke arah Rama. "Lagi mandi Mas, anaknya. Bukan karena Naya gak mau bukain pintu buat kamu." Rama hanya mengangguk lemah lalu menatap putrinya yang bermata sembab. "Kamu oke Nak?" Rama menanyakan keadaan putrinya. "Oke kok Pa." Jawab Naya sambil menyuguhkan senyumnya. "Ma, tolong buatin wedang jahe buat Naya gih. Papa mau ngobrol sebentar." Bella mengangguk lalu keluar dari kamar Naya sambil menutup rapat pintu kamar Naya. "Ada apa? Kenapa mata kamu sembab? Malem-malem kenapa juga mandi? Kan hawanya dingin." Tanya Rama beruntun. "Gak apa-apa Pa, gerah aja hawanya. Makanya aku mandi." Rama mengangguk mempercayai ucapan putrinya. "Bukan karena Doni mau ke Surabaya? Terus kamu ngambek sampek malem-malem begini mandi? Gerah rasanya karena kesel sama Doni?" Tembak Rama yang membuat Naya nyengir kehabisan kata, karena apa yang dikatakan oleh Rama memang benar adanya. "Om Doni susah dibilanginnya Pa. Aku takut Om Doni kenapa-kenapa." Cicit Naya. "Doni gak jadi pergi malem ini. Dia ada di kamar bawah. Sekarang udah adem?" Naya mendongak seolah bertanya tentang kebenarannya. "Iya dia di bawah sayang. Besok ba'da shubuh baru berangkat sama Pak Man." Senyum cerah terbit dari bibir Naya. "Makasih Pa." Ucap Naya lalu memeluk Rama. "Makasih kenapa coba?" Tanya Rama sambil terkekeh. "Udah cegah Om Doni. Aku nyegah aja gak berhasil." Rama mengangguk lalu mengurai pelukannya dengan Naya. "Udah Kak, ada Mama. Nanti Mama cemburu kalau Papa peluk-peluk kamu." Seloroh Rama ketika Bella muncul dihadapan mereka. "Heh Papa lemes ya." Ucap Bella tak terima. "Mama kan emang cemburuan abis." Naya mengangguk membenarkan ucapan Rama. "Tuh Naya aja setuju Ma." Rama tersenyum menang karena Naya ada dipihaknya. "Kak kita end ya. Kamu belain Papa ya sekarang." Rama menarik tangan Bella agar lebih dekat dengannya. "Sini sayang, atutu istriku ngambek. Tapi emang bener kan kalau kamu itu cemburunya bukan main." Ucap Rama yang membuat Bella makin mengerucutkan bibirnya. "Yang jangan begitu. Ayo ke kamar aja yok." Ajak Rama ketika melihat Bella makin mengerucutkan bibir. Mata Bella membola mendengar itu. "Mas! Ada Naya." Tegur Bella sambil menutup wajahnya tersipu. "Naya udah besar. Udah 21 tahun, iya kan Kak?" Rama meminta persetujuan Naya, dan Naya menjawabnya dengan anggukan kepala. "Makanya jangan manyun-manyun kamu. Bikin gemes." Rama terbahak melihat Bella melotot horor padanya. "Malu Mas, ayo ke kamar aja. Kamu bikin aku malu tau." Rama makin terbahak mendengar ucapan Bella. "Liat Kak, Mama juga ngebet ke kamar." Ucap Rama sebelum benar-benar keluar dari kamar Naya. Naya hanya menggelengkan kepalanya. "Ada-ada aja Mama sama Papa." Gumam Naya lalu meraih hair dryer untuk mengeringkan rambutnya. Naya mengeringkan rambutnya sambil melamunkan Doni yang akan pergi ke Surabaya esok pagi. Tanpa disadarinya Doni sudah masuk ke dalam kamarnya. "Sayang....." Panggil Doni yang berada di samping Naya. Doni melihat Naya sedang melamun, Doni menyentuh bahu Naya untuk menyadarkannya. "Nay, sayang." Panggilnya lagi. Naya mengerjapkan matanya berulang lalu menoleh dan mendongakkan kepalanya menatap Doni. "Om..." Sahutnya ketika melihat Doni yang memaksakan senyum padanya. "Om besok aku ikut." Rengeknya yang mendapat gelengan kepala dari Doni. "Besok kamu di rumah, Om berangkat sama Pak Man sesuai keinginanmu." Ucap Doni sambil mengambil alih hair dryer dari tangan Naya. "Kamu fokus kuliah, tinggal setahun lagi kamu lulus. Oh iya kenapa malem-malem begini mandi?" Doni dengan telaten mengeringkan rambut Naya. "Kesel sama Om. Daripada ngamuk-ngamuk, aku mandi aja buat ngademin kepala." Jelas Naya yang membuat Doni menghentikan aktifitasnya. "Kenapa harus ngamuk? Kan Om berangkat besok, sama Pak Man pula." Doni meletakkan hair dryer yang dipegangnya lalu mematikannya. Doni menyempatkan diri mengecup puncak kepala Naya. "Besok Om kabari semua aktifitas Om dari pagi sampai selesai. Kalau udah selesai Om akan pulang sama Pak Man." Naya menjulurkan jari kelingkingnya yang direspon oleh Doni mengaitkan kelingkingnya juga. "Oke boleh." Doni mengacak rambut Naya ketika Naya luluh dengan kepergiannya esok. "Sekarang bobok, udah malem. Waktunya istirahat, Om juga mau bobok." Naya mengangguk lalu Doni keluar dari kamar Naya. --- "Gue pamit ya Ram, Bel." Ucap Doni sambil berjabat tangan dengan Rama dan Bella. "Sayang Om berangkat dulu, hati-hati berangkatnya." Ucap Doni pada Naya sambil memeluknya erat. Tak lupa disana ada si kembar yang sedang mengantre untuk dipamiti oleh Doni. "Kesayangan aku cepetan dong, jangan sama Kakak terus peluknya. Gantian sama aku." Protes Reina yang menarik jaket Doni agar pelukan mereka terurai. "Iya sebentar, 5 menit." Ucap Doni yang makin mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya. Rama dan Bella hanya menggelengkan kepalanya karena memang Naya dan Doni sudah akrab sejak Naya kecil. Tak ada yang menyangka jika keduanya memiliki hubungan khusus. "Udah Om, nanti princess kita nangis kalau Om peluk aku terus." Ucap Naya mencoba mengurai pelukannya. "Ih biarin. Pasti kangen banget sama kamu sayang." Bisik Doni agar tak terdengar siapapun. "Don, udah napa bentaran. Udah mendung itu anak gue." Tegur Rama agar Naya dan Doni segera mengurai pelukannya. Doni akhirnya mengurai pelukannya dan menatap Reina yang sudah berkaca-kaca. "Uh kesayangan Om, sini peluk. Jangan nakal, jagain Kak Naya ya. Jangan berantem sama Abang." Pintanya yang diangguki oleh Reina. "Bang, jagain Adek sama Kakak ya. Om berangkat dulu, kalian jangan berantem." Reino mengangguk ketika Doni mengajaknya berjabat tangan. Reino mencium tangan Doni meskipun Doni masih dipeluk erat oleh Reina. "Dek, Om berangkat ya." Pamit Doni lalu menguraikan pelukannya. "Tadi aja sama Kakak peluknya lama. Sama aku kenapa bentaran banget?" Protes Reina mencebik. "Yaudah ayo Om gendong sampek depan mobil. Om harus berangkat sekarang sayang. Nanti keburu siang jalanan macet." Reina mau tak mau menganggukkan kepalanya. Reina mengeratkan tangannya pada leher Doni dan menyembunyikan kepala di ceruk leher Doni. "Hati-hati ya kesayangan aku." Ucap Reina ketika Doni menurunkannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN