Daffa dan Denis menatap takjub melihat interaksi antara Raffa dan Sifa.Gadis itu begitu lembut pada Raffa,ia begitu telaten mengurus Raffa,ia tau apa yang Raffa mau.
Kemudian Dafa dan Denis mendekat ke arah ranjang di mana Sifa dan Raffa tengah bermain.
"Jadi dari mana kamu tahu Raffa di rawat?" Tanya Daffa penasaran.
"Semalam bi Ratih telpon,katanya ibu nelp bi Ratih nanyain Sifa dan cerita kalau Raffa sakit."
"Owh,makasih ya sudah mau jagain Raffa sama ibu selama ini."
"Saya ikhlas om,jadi tidak perlu bilang makasih.Lagian saya sangat sayang sama Raffa,dia malaikat kecil saya.."
Daffa terharu mendengar penuturan gadis di depannya.
"Tapi serius kamu bukan anak SMP?" Tanya Denis yang masih saja penasaran.
"Kenapa kak? "
"Habisnya kamu kelihatan masih muda banget,ah atau masih SMA ya?"
Sifa menggelengkan kepalanya, " Saya sudah 21th kak,sekarang kuliah semester 5."
"Wow..muka kamu babyface banget yah." Puji Denis.
Daffa membenarkan kata-kata Denis,
" Terus katanya kamu sekarang kuliah di UI,bukannya kata ibu di UNY ya?"
"Owh..Sifa pindah om."
"Undaaa...iyat Afa bisa ikin lumah.."Ujar Raffa sambil menunjuk legonya.
"Wah..bagus banget sayang...pinternya anak bunda." Puji Sifa sambil membelai lembut rambut Raffa.
"Nanti unda tinggal di lumah Afa ya..nanti di cat uning lumahnya ya unda."
"Iya sayang..."
............
Malam tiba Daffa baru memasuki kamar inap Raffa setelah tadi ia ke kantor dengan tenang karena kondisi Raffa sudah lebih baik,terlebih ada Sifa..gadis yang Raffa anggap sebagai ibunya.
Daffa jelas melihat ketulusan di mata gadis itu," Belum tidur?" Tanya Daffa begitu memasuki kamar dan duduk di samping Sifa.
"Belum om.."
"Nih,kamu belum makan kan? " Daffa menyodorkan kotak nasi yang ia beli sepulang dari kantor tadi.
"Kok om tahu sih? "
"Nebak saja."
Lalu sifa membuka kotak putih itu
"Wah..ayam bakar..makasih om."
Lalu Sifa memakan nasi dan sambalnya serta lalapannya sedang ayamnya ia singkirkan.
"Kamu tidak suka ayam? "
"Suka kok om,kenapa? " Tanya Sifa sambil tetap mengunyah makanannya.
"Kenapa di singkirkan? "
"Owh..buat Raffa om,takut nanti kebangun Raffanya,soalnya kalau tengah malam Raffa sering bangun minta makan.Apa lagi ayam makanan kesukaan Raffa."
Gadis ini paham betul tentang Raffa pikir Daffa," Udah kamu makan aja..nanti aku beliin lagi buat Raffa."
"Serius om?"
"Iya..makan aja."
"Ya udah.." Baru tangannya terulur untuk mengambil ayam tadi tapi dengan cepat ia urungkan,"Tapi tidak jadi deh,saya tidak bisa makan enak."
"Kenapa lagi?"
"Ck..si om mah,emang om tega makan enak sementara anak om malah cuma makan bubur?"
Deg..
segitunya gadis ini menyayangi putranya,Daffa tertegun dengan penuturan Sifa,selama ini ia tak pernah mengirimkan uang untuk kebutuhan ibunya dan Raffa,sementara ia bisa tetap makan daging setiap hari di Jerman.
"Kenapa om kok melamun? "
"Emm,selama ini Raffa sukanya makan apa? "
"Ya apa aja om,biasanya saya masak sayur,tempe,kadang ayam,Raffa paling suka ayam dari pada ikan."
"Kamu yang masak? "
"Hemm..sejak ibu sakit,ibu sakit tbc jadi saran dokter ibu tidak boleh masak takut beliau batuk dekat makanan..ups maaf om bukan maksud.."
"Tak apa..saya ngerti."
"Om..."
"Jangan panggil om dong kita cuma beda 6th"
"Mmm..." Sifa nampak berfikir,"Iya deh kak..."
"Nah gitu kan lebih enak di dengarnya."
.
.
Jam 12 malam Daffa masih terjaga dengan laptopnya tiba-tiba Sifa memberikannya segelas kopi yang baru ia seduh "Mau kopi om..eh kak.."
"Boleh.."
"Tapi ini cuma kopi instan,mau? "
"Tak apa..makasih ya.."
"Sama-sama om..eh kak"
Lalu Daffa melanjutkan kerjaanya dengan Sifa duduk di sampingnya.
Jam 2 Daffa baru menyelesaikan pekerjaanya.Ia menutup laptopnya,lalu melihat arah ranjang di mana putranya terlelap lalu melihat ke arah samping ternyata Sifa juga sudah terlelap.
Perlahan Daffa membopong tubuh mungil Sifa ke ranjang khusus penunggu pasien dan membaringkannya di sana lalu menyelimutinya.Setelahnya Daffa kembali ke sofa dan memejamkan matanya.
.........
Hari ini Raffa di perbolehkan pulang,sejak kemarin Sifa setia menunggui Raffa.Sedangkan Sasa,perempuan itu beralasan ada jadwal pemotretan di Bali yang tidak bisa di batalkan.
Sifa memangku Raffa duduk di kursi penumpang samping kemudi,sedangkan Daffa nampak tenang mengemudikan mobilnya.
Melihat putranya yang sudah terlelap,Daffa merasa canggung untuk memulai pembicaraan jadi hanya hening yang terjadi di dalam mobil.
"Ka..kamu jadi tidak kuliah? "
"Tidak apa kak,yang penting saat ini hanya Raffa."
Sungguh jawaban yang berbanding terbalik dengan ibu kandung Raffa yang mengatakan pekerjaannya sangat penting.
"Kita sudah sampai."
Lalu Sifa turun dari mobil setelah di bukakan pintu oleh Daffa
Perlahan Daffa mengambil alih Raffa untuk ia gendong.Memasuki rumah,mereka langsung di sambut oleh ibu Sukma,Mia,bi Siti dan bi Sumi.
"Ibu..."Sapa Sifa lirih lalu melangkah memeluk ibu Sukma.
"Sifa..."
"Iya bu,ini Sifa..ibu apa kabar?Sehat kan?"
"Lebih baik nak..."
Daffa kembali ke ruang tamu setelah menidurkan Raffa di kamarnya.Lagi-lagi ia di buat kagum oleh sikap lembut Sifa pada ibunya.
.
.
Siang ini Sifa membantu bi Sumi masak,ia khusus memasakan sop ayam untuk Raffa,sedang untuk bu Sukma ia memasakan tempe orak arik kesukaan bu Sukma.
Raffa sudah bangun dari tidurnya dan dia menangis mencari keberadaan bundanya.
"Undaa...jangan pegi agi..."
"Iya sayang bunda di sini,emmm kita makan siang yuk!bunda masak sop ayam loh kesukaan Raffa."
"Benelan unda..yeaayyyy."
.
.
Di meja makan
"Emmm..enyak unda..Afa mau agi."
"Wah..Raffa lahap sekali ya makannya."
"Iya nyek..cop uatan unda enyak..Afa cuka."
"Makasih dong sama bundanya."
"Makacih unda..Afa sayaaaaaanggggg banget cama unda.."Cup lalu Raffa mengecup pipi Sifa.
"Bunda juga sayangggggggg sekali sama Raffa."
Daffa terus memperhatikan interaksi antara Raffa,Sifa dan juga ibunya..Daffa berfikir akankah Sasa bisa seperti mereka nanti 'Aku harus hubungin Sasa dan mendekatkan mereka' Batin Daffa.
"Gimana bu?Enak tidak masakan Sifa? "
"Seperti biasa Fa...mantep."
"Kamu coba juga Daf,ini tempe orak ariknya enak loh.Pas kecil kamu kan suka makan pake lauk ini."
"Iya bu.." Saat Daffa akan meraih makanan itu tangannya tidak sampai.
"Biar aku bantu." Sifa membantu Daffa mengambilkan lauk.
"Ada lagi? " Tanya Sifa sementara
Daffa hanya menggeleng.
"Cukup..terimakasih." Lalu sifa kembali menyuapi Raffa.
Hati bu Sukma menghangat melihat pemandangan harmonis di depannya.
"Sifa kamu sendiri tidak makan? "Tanya bu Sukma.
"Sifa nanti bu gampang,yang penting Raffa dulu."
"Raffa,tuh lihat bunda jadi tidak bisa makan karena Raffa tidak mau makan sendiri kan?"
"Biayin nenek..Afa anti akan cendili nya."
"Kapan? "
"Anti kalo Afa udah unya adik ayi."
Uhukkkk...
Daffa terbatuk mendengar penuturan polos putranya..
"Iya kan unda?"
"Hemm..kalo itu Rafa harus bilang sama papa."
Daffa tambah membulatkan matanya,kalo tadi Raffa yang bilang masih bisa di anggap polos lha ini Sifa..apa gadis ini sepolos itu pikir Daffa.
"Emana pa?Afa mau unya adik aya Ica.."
"Itu..mm..iya nanti papa beli yah."
"Ih papa adik itu dak bisa beyi..kata Ica..papa sama mama yang ikin."
'Ya Lord..si Ica ini bocah apa sih?.' Batin Daffa.
"Jadi anti papa ama unda ikin ya adiknya uat Afa"
Uhukkkk...
Kali ini Sifa lah yang terbatuk karena kaget.Wajah putihnya langsung memerah menahan malu.
"Unda akit ya..kok atuk?"
Buru-buru Sifa menegak minuman di gelas hingga tandas." Raffa udah selesaikan makannya?Sekarang ke kamar terus minum obat terus bobok..yuk! "
Anak itu menurut,dua orang yaitu Daffa dan Sifa merasa selamat kali ini pada polah ajaib Raffa.
Sepeninggal Sifa dan Raffa,Daffa tersenyum tipis mengingat kegugupan Sifa dengan wajah memerahnya yang ia lihat tadi.
.
.
.myAmymy