Aku Tidak Mau Anak Ini
"Pokoknya aku tidak mau anak ini."
"Tapi Sa,dia anak kita.Kita sudah dosa melakukan hubungan tanpa ikatan,jadi jangan tambah dosa kita dengan melenyapkan nyawa di rahimmu."
"Terus aku harus bagaimana hah?"
"Kita menikah." Putus si pria.
"APA,"pekik si wanita." tidak,aku tidak mau menikah denganmu." Wanita itu menolaknya.
"Ke,kenapa tidak mau?Kita selama ini pacaran dan aku serius denganmu."
"Ck,itu si kamunya saja,aku tidak ya!Aku cuma mau pacaran sama kamu karena kamu Tampan, kalau menikah aku tidak mau denganmu yang hanya karyawan biasa! Aku tidak mau hidup susah ya.Lagian aku baru mulai karir aku di permodelan,dan gara-gara aku hamil aku harus kehilangan cita-cita aku,aku tidak mau."
"Sa..sekarang aku memang hanya karyawan biasa,tapi aku janji aku akan kerja keras supaya bisa membahagiakan kamu."
"Tidak..aku tetap tidak mau,pokoknya aku akan gugurin anak ini.."
"Sa..please,aku akan lakukan apapun tapi aku mohon jangan kamu gugurin anak kita."
Wanita itu tampak berfikir,
'Aku juga sebenarnya khawatir,kalau gugurin banyak yang mengatakan berbahaya,bisa mati atau tidak akan punya anak nantinya.' Wanita itu membatin, Ia takut dan menggigit bibirnya terus menimbang keputusan apa yang akan ia ambil.
"Bagaimana?" Tanya pria itu penuh harap.
"Hmm oke,tapi aku tetap tidak mau nikah sama kamu,setelah anak ini lahir silahkan ambil, kamu rawat sendiri,tapi ada syaratnya."
"A..apa syaratnya Sa?"
"Aku tahu kamu sudah punya rumah,aku mau rumah itu menjadi atas namaku!"
Laki-laki itu langsung mengangguk setuju," Iya Sa,rumah itu untukmu,kamu bisa tinggal di sana dan setelah kamu melahirkan rumah itu akan langsung jadi atas nama kamu."
"Bagus,deal dan ingat kamu tetap penuhi kebutuhan aku selama aku hamil!"
Lagi-lagi laki-laki itu hanya mengangguk penuh keyakinan.
..............
Sembilan bulan kemudian di sebuah klinik bersalin. Laki-laki yang sama tampak mondar-mandir di depan ruang bersalin. Ia terlihat sangat cemas.
Sementara di dalam ruang bersalin tampak seorang wanita yang tengah berjuang melahirkan bayinya di bantu seorang dokter dan 3 orang suster.
" erus bu,tarik nafas keluarkan." Ucap sang dokter membimbing wanita yang sudah terlihat kelelahan dengan keringat bercucuran di kepalanya hingga rambutnya terlihat cukup basah.
"Engghhhhhhhh,ahhhhhhh!"
Oek..oek..oekkkkk ( suara bayi )
"Syukurlah,selamat bu bayinya laki-laki tampan sekali." Ucap suster sambil menunjukan wajah bayinya kepada ibu si bayi.
"Berikan ke papanya sus,aku capek!" wanita itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain tak mau melihat wajah bayinya membuat dokter dan para suster menggelengkan kepalanya pelan.
Lalu suster itu memanggil papa si bayi merah itu untuk masuk ke dalam ruang persalinan.
"Tuan Daffa selamat anaknya sudah lahir, laki-laki."
"Syukurlah,terima kasih sus." Ucap pria bernama Daffa penuh rasa syukur, sekarang ia merasa lega setelah menunggu lebih dari 2 jam di luar ruangan itu.
"Mari ikut saya ke dalam untuk melihat bayinya. "
"Iya sus.. "
"Nah pak, silahkan ini bayinya,nanti setelahnya saya bawa dulu ke ruang bayi ya, besok pagi baru bapak bisa melihatnya lagi."
Daffa hanya mengangguk,di lihatnya wajah putranya yang begitu mirip dengannya. Ia lega karena keputusan mempertahankannya adalah keputusan yang paling tepat. Bayi itu jelas bayinya,darah dagingnya.
................
Daffa memandang rumah Joglo di depannya. Ragu-ragu ia mendekat lalu mengetuk pintunya
Tok..tok..tok..
"Bu...." Panggil Daffa pada si pemilik rumah," Bu...ini Daffa."
Tak lama kemudian terdengar sahutan dari dalam rumah di susul suara pintu terbuka.Seorang wanita paruh baya membuka pintu dan nampak terkejut!
"Ya Tuhan,anakku akhirnya pulang.." Ucap wanita paruh baya itu dengan matanya yang berbinar bahagia.
"Bu..." Lirih Daffa sambil menyalami tangan ibunya.
"Ini bayi siapa nak?" Tanya ibu Daffa bingung melihat ada seorang bayi dalam dekapan putranya.
"Ini anak Daffa bu..."
"Apa?Kapan kamu menikah?Terus mana istrimu?" ibu Daffa tampak melihat-lihat ke arah belakang putranya untuk mencari sosok lain yang datang bersama putra satu-satunya itu.
"Maaf bu,boleh Daffa masuk dulu?"
"Ah,ya masuk dulu nak,kasihan bayinya kedinginan di luar."
Setelah masuk dan duduk Daffa menarik nafasnya dalam dan menghembuskan perlahan, "Bu,maafkan Daffa bu.."
Meski masih bingung tanpa ragu ibu Daffa mengangguk ," Iya ibu maafkan,sekarang cerita anaknya siapa itu?"
"Ini anak Daffa bu." Jujur Daffa.
"Kapan kamu menikah?" Tanya ibu Daffa tak percaya.
"Daffa belum menikah bu. "
"Apa!maksudmu itu apa?jangan bercanda sama ibu."
"Bu..dengerkan cerita Daffa bu..."
"Iya,sekarang cerita apa yang terjadi ke ibu"
"Daffa buat dosa bu,Daffa menghamili pacar Daffa"
"Ya Tuhan,lha terus kenapa tidak menikah?Ya Tuhan nak." Ibu Daffa nampak terkejut hingga ia memegang dadanya kaget tak percaya dengan penuturan putranya.
"Daffa mau nikahin Sasa bu,tapi Sasa tidak mau dan sekarang kami putus,dia juga tidak mau merawat anaknya."
"Ya Tuhan wanita macam apa dia?"Ucap ibu Daffa sambil mengelus dadanya.
"Sini anakmu,biar ibu yang gendong!"
Daffa pun menyerahkan anaknya pada ibunya.
"Ya Tuhan,anakmu mirip sekali denganmu waktu bayi," Kembali menatap putranya," Terus sekarang kamu mau bagaimana?"
"Nah itu bu,Daffa tidak bisa mengurus Raffa,Daffa kan harus kerja bu,jadi Daffa mohon bantuan ibu untuk mengurus Raffa.Paling tidak sampai kerjaan Daffa bisa menjamin untuk menyewa jasa babysister."
"Jadi kamu mau menitipkan anakmu pada ibu?"
"Iya bu,itu kalau ibu tidak keberatan."
"Iya ibu mau,yang penting kamu kerja bener,sudah tidak usah khawatir dengan anakmu ini."
"Maaf bu,tapi malam ini juga Daffa harus kembali ke Jakarta Daffa tidak dapat cuti dari kantor." Ucap Daffa penuh sesal.
"Lah ibu masih kangen kamu " ibu Daffa menatap wajah putranya berharap putrany mau menginap.
"Maaf bu..." Sesal Daffa lagi.
"Ya sudah tapi usahakan sering pulang ya!"
"Iya bu,ini tas isinya keperluan Raffa bu.Terus ini uang untuk sementara beli keperluan ibu sama Raffa" Daffa menyerahkan amplop coklat yang terlihat cukup tebal berisi uang.
"Ya sudah,kamu yang hati-hati ya!ingat kerja yang benar.Kejadian ini jadikan pelajaran,jangan di ulangi fokus sama karirmu!"
"Iya bu,doain Daffa ya" Daffa langsung pamit kepada ibunya karena taksi masih menunggu di depan rumahnya.
Sementara ibu Daffa yang bernama Sukmakanti hanya bisa memandang kepergian putranya dengan sedih.Segera ia menghapus air matanya dan kembali fokus pada cucu dalam dekapannya.
..................
Perkenalkan
Namaku DAFFA PRADIPTA
aku laki-laki lajang berusia 23th.Aku baru bekerja satu tahun di sebuah perusahaan properti.Jabatanku baru sebagai karyawan bagian pemasaran.
Tak apa,aku tetap bersyukur.Karir itu akan lebih berasa jika di mulai dari nol!
Dulu aku punya pacar bernama Sasa Prisilla,dia cantik tubuhnya proposional.Dia seorang model,ya walau baru memulai.Sebenarnya aku kurang suka dengan pekerjaannya, tapi mau bagaimana lagi aku cinta dengannya.
Suatu hari karena terbawa suasana akhirnya aku melepas keperjakaanku bersama Sasa,sedikit kecewa padanya ternyata aku bukan lelaki pertama untuknya.Saat aku bertanya katanya itu wajar untuk memulai karirnya ia terpaksa melepas kehormatannya pada seseorang yang membantunya memasuki dunia permodelannya.
Sebulan kemudian ia hamil.Awalnya aku ragu tapi karena aku mencintainya akhirnya aku percaya kalau anak yang ia kandung adalah anakku.
Tapi lagi-lagi aku kecewa saat Sasa tak menginginkan bayinya,terlebih ia tak mau aku nikahi.
Hatiku hancur,tulusnya cintaku ternyata tak terbalas.Sasa tak tulus mencintaiku.
Setelah kesepakatan akhirnya dia mau melahirkan anaknya tapi dia meminta imbalan.Dia meminta sebuah rumah yang beberapa bulan lalu aku beli.Aku tak masalah,karena awalnya rumah itu memang untuknya jika kami menikah.
Tapi sekarang rumah itu tak lebih penting dari nyawa anak yang ada di kandungannya.
Delapan bulan kemudian Sasa melahirkan dan aku yakin bayi itu benar anakku.Wajahnya mirip denganku,aku memberi nama untuk anak laki-lakiku RAFA PUTRA PRADIPTA.
Lalu aku berfikir bagaimana caraku merawatnya sedang aku hanya hidup sendiri.Untuk membayar jasa pengasuh aku sedikit ragu meski aku mampu karena sebulan lalu aku baru saja di angkat menjadi manager pemasaran di tempatku bekerja.
Akhirnya pilihanku jatuh pada ibu ku di Jogjakarta.Aku pun pulang kampung bersama Raffa putraku.
Sesampainya di rumah, ibuku kaget karena aku pulang membawa seorang bayi.Lalu aku ceritakan semua yang terjadi,aku senang ibu bersedia membantuku merawat Raffa.
Ibuku seorang janda,ia tinggal sendiri di kampung jadi dia sangat senang saat aku memintanya merawat Raffa
Setelah itu aku kembali ke Jakarta.
Aku harus fokus ke karirku,aku harus sukses demi ibu dan putra ku.
.
.
bersambung...
myAmymy