Marco melepaskan pelukannya perlahan. Matanya menampakkan kepuasan karena telah berhasil mencecap manisnya bibir Susan. Sementara itu, Susan yang sedikit kecewa karena Marco menyudahi ciumannya, membuka matanya perlahan untuk menggapai lagi kesadaran yang sempat menghilang. Mata Susan tampak sayu berkabut teringat kejadian di kamar ini beberapa hari lalu. "Apa saya tak boleh memberi sesuatu ke anak-anak?" tanya Marco dalam bisikan yang berat. "Jangan terlalu keras kepada mereka. Anggap saja saya adalah kerabat kalian. Sederhana, bukan?" "Kerabat yang suka menyerang bibir?" tanya Susan dengan agak kesal. "Kerabat yang menghentikan omelan Anda dengan cara yang Anda sukai," sanggah Marco. Seringai nakal mengembang di bibirnya. Membuat wajah rusaknya menjadi tampak manis di mata Susan. "K