Chapter 17 : Undangan Sekar

634 Kata
Trllllt... ponsel milik Sam berbunyi. Sam sedang berkonsentrasi di depan layar komputer sambil mengutak-atik rancangannya di program Freehand. Saat-saat begini, ia paling benci diganggu. Siapapun yang meneleponnya saat ini pasti kena damprat kalau ternyata tidak penting-penting amat.   Sam berusaha mengabaikan bunyi dering ponsel itu dan berusaha memusatkan perhatiannya ke layar komputer.   Trrrlllt.... ponselnya berbunyi terus tidak menyerah.   “Siapa sih? Reseh banget!!” seru Sam jengkel sambil mengambil ponsel miliknya dengan kasar. Dari nomor yang tidak dikenal... “Halo, siapa neh? Cepet dong gue lagi sibuk!!” bentak Sam tanpa basa-basi. “Oh, sori. Ini Sekar, Sam. Masih inget kan?” tanya suara lembut di ujung sana.   Sam terkejut. Kemarahannya langsung hilang.   “Sekaaar? Waaah, udah lama gue nggak denger suara lo? Kapan balik ke Jakarta? Kok, nggak bilang-bilang? S2 elo udah selesai di Ausie?” tanya Sam bertubi-tubi.   Sekar adalah teman akrab Sam semasa SMU. Pokoknya Sekar benar-benar tempat curhat sejati Sam, alias tong sampah uneg-uneg.   “Enam bulan lalu. Sori nggak sempet bilang,” jawab Sekar. “Enam bulaaan? Wah, elo kebangetan emang,” jawab Sam terkejut. “Hehehe... sori... abis gue sibuk banget. Baru sekarang bisa hubungin elo,” jawab Sekar. “Sibuk apaan?” tanya Sam bersemangat. “Sibuk... ngurusin pernikahan,” jawab Sekar malu-malu. “Oh, siapa yang nikah? Kakak elo?” tanya Sam cuek, masih tidak mengerti. “Bukan... gue... gue yang mau nikah,” jawab Sekar dengan suara kecil.   “What!!! Kapan pacarannya??? Kok gue nggak tahu?” seru Sam terkejut setengah mati. Temannya yang satu ini benar-benar alim dan pendiam. Hingga, sulit membayangkan kalau gadis sepemalu ini bisa pacaran.   “I...iya... kenalan di nikahan saudara...setahun yang lalu. Terus... kita surat-suratan lewat email. Pas gue balik, dia ngajakin gue ketemu terus-terusan. Cocok, terus langsung dilamar. Makanya gue nggak ada waktu buat ketemu temen-temen. Soalnya sibuk ngurusin nikahan. Habis orangtuanya cowok gue udah tua. Makanya mereka maunya cepet-cepet,” kata Sekar memberikan penjelasan.   “Oke deh, yang lagi jatuh cinta,” kata Sam tak tahu harus berkata apa. “Elo dateng ya ke pesta nikahan gue. Sopir gue nganterin surat undangannya ke rumah lo hari ini. Plis ya Sam, jangan nggak dateng. Gue ngundangin semua temen SMU kita. Tapi elo yang paling gue harapin dateng,” kata Sekar memohon.   “Iya, iya. Gue dateng kok. Selamat ya. Gue ikut seneng atas pesta pernikahan elo,” kata Sam tulus. “Ya, udah kalo gitu. Gue tunggu ya. Bye.” kata Sekar mematikan ponsel.   Sam terdiam di bangkunya. Wow, teman baiknya mau menikah. Waktu rasanya berlalu begitu cepat sekali. Seperti baru kemarin mereka masih mengenakan seragam SMU. Ia tersenyum senang, juga sekaligus sedih... Andaikan waktu bisa diulang....   Mengapa? Mengapa ada kesedihan yang menyusup di hatinya?             Rasanya Sam seolah-olah tertinggal sangat jauh... Sendirian di dalam kegelapan...   Sekar sebentar lagi memasuki dunia pernikahan yang tidak dikenalnya... sebentar lagi ia akan menjadi istri... lalu ibu...   Sekar akan melangkah ke dunia yang tidak dikenal Sam sama sekali. Lalu di mana Sam? Masih adakah Sam di dunia Sekar yang baru? Di mana Sam sekarang?   Sam masih saja tidak berbeda dengan sosoknya beberapa tahun yang lalu. Tidak ada perubahan sedikit pun. Sam tetap Sam. Cewek tomboy yang kuat dan tidak butuh siapa-siapa. Menyedihkan.   Sam tertinggal sendiri di belakang, menatap sosok temannya yang menghilang perlahan. Sendirian. Sekali lagi seseorang yang dekat dengannya meninggalkannya. Tidak seorang pun tahu, kalau ia memendam luka hati yang dalam... jauh di balik sosoknya yang cuek dan serabutan...   Sam kembali berusaha memusatkan perhatiannya ke layar komputer. Pekerjaan menuntutnya untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Tapi percuma. Telepon barusan telah membuyarkan konsentrasinya. Sebuah luka lama kembali mengusik hatinya... dan ingatannya....   Sam berusaha menolak mengingat kenangan pahit itu. Tapi pekerjaannya tidak bisa membantunya sama sekali. Ia menyentak mouse dengan jengkel, bangkit dari kursinya, dan pergi membuat kopi.   Lupakan Sam... lupakan... batin Sam pada dirinya sendiri berulang kali...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN