B.3 One Piece of Memory

1587 Kata
Flashback few years ago. Suasana hening menyelimuti ruangan tersebut, seorang lelaki muda yang duduk di samping ranjang mewah dengan balutan sprei sutra bahan terbaik menatap pria paruh baya yang terlihat susah bernapas. Tak jauh darinya ada seorang wanita muda yang usianya terpaut sembilan tahun darinya. “Atha, jangan paksakan bicara demi kesehatan Atha,” ucap pria muda itu kepada ayahnya dalam bahasa mereka Atha adalah panggilan untuk ayah. “Zeyda, Atha sudah menuliskan semua yang Atha tahu dalam buku catatan Atha yang dipegang Argus, mintalah buku itu kepadanya tepat saat Atha menutup mata,” pesan ayahnya dengan terbata. “Tidak Atha, jangan berkata seperti itu, Atha pasti sembuh, Zevia tak mau kehilangan Atha lagi,” rengek perempuan muda itu yang membuat ayahnya tersenyum. “Meskipun kamu bukan anakku, tapi ketahuilah Atha menyayangi Zev seperti anak Atha, jadi jangan bersedih, kakakmu Zeyda akan ganti menjagamu setelah Atha tak ada,” jawab ayahnya yang napasnya semakin pendek dan sesak. Dokter yang ada di sana langsung siaga dan memeriksa keadaan Raja mereka yang sedang kritis. Zeyda ingin menanyakan banyak hal tapi melihat kondisi ayahnya yang seperti ini membuatnya tak tega. “Yang Mulia, tolong jangan terlalu banyak bicara, kami khawatir dengan kesehatan Anda,” ucap dokter kerajaan yang sedari tadi berjaga di sana. Zeyda menghirup napas dan memandang lekat ayahnya. “Apa isi buku itu Atha, kenapa Zey harus membacanya?” tanya Zeyda pelan. “K-Ka-Kailash dan Pa-la-ciada,” jawab ayahnya lirih dan terbata. Seakan masih ada yang ingin dia sampaikan membuat Zeyda mendekatkan telinganya di mulut ayahnya. “Pem-beron-ta-kan Adrien harus kamu ung-kap,” bisik ayahnya yang membuat Zeyda membulatkan matanya dan melihat ayahnya tak percaya. Tatapan ayahnya dia yakini tidak berbohong. Zeyda hanya diam tak bersuara memastikan jika pendengarannya tak salah. Ayahnya Raja Humeera El Wyn pemimpin kerajaan Parsy mengatakan jika Adrien adalah pemberontak. Sedangkan Adrien sendiri adalah Raja di Palaciada. “Atha,” panggil Zevia membuat lamunan Zeyda buyar dan menatap ayahnya lekat. Senyum ayahnya mengembang bibirnya komat kamit. Tatapan terakhirnya kepada Zeyda seakan mengatakan ‘kamu pasti bisa mengungkapkannya’. Dalam hitungan detik mata itu tertutup rapat dan napas itu hilang dari dalam tubuh Raja Humeera. Zevia menggoyang tubuh ayahnya berharap ayahnya bisa kembali bangun tapi sayangnya semua itu tidak akan terjadi lagi. Kerajaan Parsy berkabung selama empat puluh hari karena meninggalnya Raja mereka. Pemakaman yang memakan waktu tiga hari segera dilaksanakan secara khidmat. Raut kesedihan nampak di wajah Zeyda dan Zevia selaku anak dari Raja Humeera. Satu minggu awal setelah kematian ayahnya Zeyda hanya membereskan barang-barang ayahnya dan memasukkan dalam kotak yang akan disumbangkan kepada yayasan amal milik kerajaan. Tokk.. Tokk.. Tokk.. Suara ketukan pintu membuat lamunan Zeyda buyar. Dia menoleh dan menjawab ketukan itu. “Masuk.” Seorang pria yang sudah paruh baya seusia almarhum ayahnya masuk. “Ada apa Argus?” tanya Zeyda yang duduk di kursi kerjanya dan mempersilahan Argus untuk mendekat. Argus adalah asisten pribadi ayahnya yang sudah mengabdi sejak ayahnya berusia 13 tahun, kini ayahnya meninggal dalam usia 63 tahun. “Saya membawakan wasiat terakhir mendiang Raja Humeera, Yang Mulia Pangeran,” ucap Argus yang kemmbali mengingatkan Zeyda atas pesan terakhir ayahnya untuk membaca buku catatan yang ada pada Argus. Zeyda melihat buku bersampul coklat tua itu nampak lusuh seakan dia tak terawat namun melihat lembaran di dalamnya masih rapi dan mulus meskipun banyak coretan yang ayahnya buat. “Setelah Atha tidak ada, apa kamu juga akan pensiun?” tanya Zeyda membuat Argus mendongak memandang pria muda di hadapannya ini. “Saya adalah pengawal Yag Mulia Raja Humeera, saya tidak mungkin bisa sepaham jika saya masih di sini dan membantu Yang Mulia Pangeran. Dan setahu saya Pangeran juga memiliki pengawal dan asisten yaitu Gaston Alvaro dan Recobanna Deraya yang memiliki  paham dan visi yang sama dengan Yang Mulia,” jelas Argus. Zeyda memijat keningnya pelan, “Tapi jangan pergi jauh-jauh dan selalu kirim kabar kepadaku. Aku tidak mungkin menyelesaikan semua ini sendirian,” ucap Zeyda sambil mengangkat buku peninggalan ayahnya itu. Argus menunduk hormat dan pamit dari sana. Zeyda masih menatap kepergian Argus dengan perasaan tak rela. Tapi bagaimana pun dia ingin menghargai keputusan Argus yang sudah mengabdi kepada ayahnya selama puluhan tahun. Zeyda kembali membuka buku bersampul coklat itu dan di halaman awal dia membaca perjuangan ayahnya dan apa yang sudah ayahnya lakukan sampai dia menjadi Raja Parsy. Termasuk tulisan mengenai ibunya, Rosmaya El Wyn yang sudah meninggal sejak umurnya 15 tahun. “Tunggu dulu,” gumam Zeyda dan dia membalik halaman buku itu lagi dan membacanya. Halaman itu tertulis ungkapan pemikiran ayahnya soal kematian ibunya yang tiba-tiba. [Hai Rose, Apa kamu baik-baik saja di sana? Apa mereka memperlakukanmu dengan baik? Aku tak bisa bohong jika aku merindukanmu, merindukan omelanmu setiap pagi dan celotehmu soal kenakalan Zeyda yang membuatku bersemangat  setiap hari datang ke kamarku dan memintaku untuk menasehatinya.] Zeyda tersenyum membacanya, dia masih ingat di umurnya yang masih belia itu memang dia banyak membuat ulah, mulai dari ikut latihan pedang, panahan, berkuda bersama prajurit padahal dia sudah memiliki guru sendiri. [Beberapa hari lalu, aku menemukan sesuatu yang membuatku tak rea kamu pergi meninggalkanku. Salah satu pelayan yang bersamamu memutuskan berhenti dengan alasan kamu sudah tiada. Kepala pelayan menyetujuinya karena mereka pikir itu hal yang wajar dan wujud setia pelayan itu. Tapi bukan itu sebabnya, bahkan semua peralatan makan, dapur dan apapun yang kamu gunakan juga ikut menghilang tanpa jejak. Aku dan Argus mencurigai ini dan menyelidiki semuanya. Kamu tahu Rose, apa yang aku temukan? Aku menemukan jejak zat arseni1k yang bisa meracuni tubuhmu dan cerdiknya mereka memberikan itu dalam dosis rendah sampai kita semua tak menyadarinya.] Zeyda mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya erat membaca hal itu. Selama ini dia mengira ibunya meninggal karena sakit dan ternyata dia diracuni. Dan fakta ini tertutupi selama puluhan tahun tanpa diungkap oleh ayahnya. [Amarahku meluap mengetahui hal ini, aku meminta semua kepolisian untuk mencarri pelayan itu dan melakukan penyelidikan secara diam-diam mengenai kasus ini agar tidak menghebohkan rakyat dan nama baikmu terjaga. Tapi amarah dan keinginanku itu tak sejalan, karena setelah aku tahu hal itu, pelayan itu ditemukan meninggal dan semua jejakmu tidak ada Rose. Bertahun-tahun aku menghabiskan waktuku untuk mencari semua ini sampai aku melupakan Zeyda dan perkembangannya. Bahkan aku tidak menginginkan menggantikanmu dengan wanita lain karena aku suami dan Raja yang bodoh tak menyadari semua ini. Jangan marah keppadaku Rose, aku akan segera menyusulmu. Setelah anak kita siap untuk memimpin Parsy seperti yang kamu inginkan.] Flashback End. Arsen terduduk saat dia mendapati mimpi itu datang lagi. Dia mengusap wajahnya kasar dan mengambil air minum yang ada di meja nakasnya. Dia menghabiskan air itu dalam satu teguk. Dia memutuskan untuk bangun dari ranjangnya dan beralih ke balkon kamarnya yang sudah dia tempati beberapa hari ini. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan masih memikirkan soal mimpinya itu. Karena pesan terakhir itulah dia berada di lingkungan ini menjadi Arsen sang dokter untuk mengungkapkan apa yang sepupunya alami. Tapi justru pikirannya soal kematian ibunya ikut masuk dalam memorinya. “Apa kematian Matha juga ada kaitannya dengan semua ini?” lirih Arsen sambil memegang pagar balkonnya dan menunduk perlahan. Bagi Arsen, Matha atau panggilan untuk ibundanya adalah segalanya setelah ayahnya. Ibunya yang meninggal saat usianya 15 tahun yang dia ketahui karena sakit ternyata tak sepenuhnya benar. Tumbuh dewasa tanpa kasih sayang Ibu membuatnya lupa apa yang menyebabkan Matha meninggal, tapi dia justru fokus menjalankan kerajaan dan wasiat ayahnya. “Maafkan Zeyda, Matha. Seharusnya Zeyda juga fokus menyelidiki kematian Matha sama seperti Atha, sehingga Matha mendapatkan keadilan. Doa Zeyda, Matha dan Atha bisa dapat tempat yang layak di sisiNya,” lirihnya dalam doa. Arsen memutuskan untuk kembali setelah sejenak menikmati udara malam. Tapi ekor matanya menangkap bayangan aneh di bawah. Dia mengurungkan niatnya dan mengamati apa yang terjadi. Tangannya menghitung letak rumah itu dari rumahnya dan pikirannya memikirkan satu orang. “Bukankah itu tempat tinggal Menteri Kehakiman dan Hukum, apa yang dia kerjakan malam-malam begini dengan beberapa orang yang terlihat seperti kurir yang mengangkat koper,” gumam Arsen. Dia tak yakin dengan apa yang dia lihat membuatnya mengambil teropong yang ada di mejanya cepat dan melihat ke tempat yang dia curigai itu. “Peti apa itu?” gumam Arsen penasaran dan dia melihat bentuk peti itu dengan seksama termasuk lambang yang tertera dalam salah satu sisi peti itu. Arsen mengingat lambang itu dan dia masih melihat apa yang mereka lakukan. Jika orang awam melihatnya itu tak ada masalah karena hanya nampak beberapa orang memindahkan peti sekitar lima buah dan kemudian pergi. Tapi yang mencurigakan adalah kegatan itu dilakukan malam hari dan di rumah Menteri. Apa yang Menteri Kehakiman rencanakan soal ini. “Sepertinya aku menemukan banyak hal menarik di sini,” kekeh Arsen dan dia mulai masuk karena sudah tak ada lagi pemandangan yang menarik untuknya. Dia mengambil tablet miliknya dan membuat sketsa apa yang dia lihat dan mencarinya dalam mesin pencarian. Semua akses internet sudah dia pasang dalam mode high security agar pencariannya tak dilacak. Ini dia pelajari di Parsy sebelum dia berangkat ke sini. “Lambang militer untuk pengangkutan barang-barang mineral,” bacanya saat membaca arti lambang itu. Arsen mengerutkan dahinya dalam. “Mineral untuk militer apa maksudnya seperti pembuatan senjata dan bahan peledak lainnya,” gumam Arsen yang kemudian terkejut. “Wow, ini sepertinya bisa jadi bahan pertimbangan berikutnya untuk membuat kubu Adrien hancur,” kekeh Arsen. “Persenjataan kerajaan memang ada dalam pengawasan menteri Kehakiman dan Hukum, tapi seharusnya hal itu dikirim ke gudang senjat4 tapi kenapa ini malah masuk ke rumah pribadi Menteri?” analisa Arsen tapi dia berdecih soal itu. “Apa yang Anda rencanakan Bapak Menteri?” *******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN