B.4 First Supervise

1605 Kata
Arsen membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya pagi yang masuk ke dalam kamarnya. Dia melihat jam dinding masih pukul tujuh, setidaknya dia punya satu setengah jam untuk bersiap. Arsen mencari ponselnya untuk menghubungi Recobanna, dipanggil Reco asistennya. “Reco, temui aku hari ini di Dorry Café bersama Gaston, ada banyak hal yang ingin aku bahas dengan kalian, mengaku saja sebagai sahabatku jika penjaga gerbang Palaciada bertanya,” pesan Arsen via telepon. “Okay, tapi memang penjaga gerbang Palaciada benar seperti itu?” tanya Reco tak percaya dan Arsen hanya  berdecak. “Coba sendiri jika kamu tak percaya, aku sudah memberitahumu, di sini orang khusus yang boleh masuk. Katakan saja kamu sahabat Arsen El Wyn dokter kerajaan, jika tidak mungkin kalian tidak akan bisa masuk,” kata Arsen. “Baiklah, aku akan persiapkan semua dengan Gaston. Apa ada yang ingin kamu bawa dari Parsy?” tanya Reco dan Arsen berpikir sejenak. “Jika memungkin spy tool yang dulu kita sempat buat, tapi jika terlalu mencolok kita bisa membuatnya lagi di sini cukup bawa prosessornya saja,” ucap Arsen. Reco mengerutkan dahinya mendengar permintaan Arsen. “Apa rencanamu kali ini kenapa pake membawa peralatan itu segala?” tanya Reco penasaran tapi Arsen enggan mengatakannya. “Bawa beberapa pakaian, sepertinya ini akan jadi waktu yang panjang buat kalian di sini,” saran Arsen langsung mngakhiri teleponnya. Arsen masuk kamar mandi dan membersihkan tubuhnya sebelum berangkat bekerja. Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit untuk melakukan semuanya, dia keluar kamar dan berjalan ke ruang makan. “Pagi Zev,” sapa Arsen ketika melihat Zevia duduk cantik di meja makan dengan setelan rapi dan formal.   “Pagi Kak Zey,” ucap Zevia sasntai sambil menggigit roti lapisnya dan dia langsung mendapat tatapan tajam dari kakaknya. “Arsen, Zev, biasakan dirimu,” tegasnya dan Zevia nyengir mendengar ucapan kakaknya. “Lupa,” ucap wanita itu. Arsen menggelengkan kepalanya, untung saja di rumah jni semuanya sudah dia cek dan tidak menemukan hal yang mencurigakan yang bisa jadi skandal di Palaciada sehingga percakapan mereka soal penyamaran ini akan aman. “Hari ini aku meminta Recco dan Gaston untuk datang kemari, sepertinya kita tak bisa melakukannya sendiri Zev, karena ini menyangkut satu kerajaan,” kata Arsen. Zevia menatap kakaknya tak percaya, “Apa mereka tak curiga jika ada dua orang itu di sini?” tanya Zevia tapi Arsen malah menyandarkan tubuhnya di kursi. “Aku juga sedang memikirkan caranya agar mereka tidak nampak mencurigakan di kalangan sini,” kata Arsen sambil menghembuskan napas lelah. Zevia diam ikut memikirkan kemungkinan yang terjadi jika ada dua orang asing yang masuk sini. Dia masih ingat dengan jelas awal mereka masuk ke Palaciada. Penjaga gerbang sempat tidak mengijinkan mereka masuk sebelum salah satu staf di Menteri Sumber Daya membawa dokumen perijinan untuk mereka. “Kak, kenapa Kakak tidak minta bantuan Paman Lukas seperti sebelumnya untuk membawa mereka  masuk jadi warga sini,” kata Zevia. Arsen diam sejenak, kenapa dia tak terpikirkan soal ini sebelummnya. Pria muda itu tersenyum senang dan mengacungkan jempol kepada Zevia. “Aku akan menemui Paman Lukas, cepat habiskan sarapanmu,” perintah Arsen dan keduanya makan dengan tenang untuk sementara. Arsen memandang addiknya lekat. “Apa kamu hari ini sudah mulai bekerja di Kehakiman?” tanya Arsen dan Zevia mengangguk. “Sementara ini aku menjadi staf di bagian hukum masyarakat, Paman Lukas hanya mengatakan bagian ini membuatku bisa fleksibel kemana pun, entahlah aku belum tahu pekerjaan detailnya. Tapi kemarin aku sempat bertemu dengan Kepala Divisi Hukum Masyarakat dan dia menugaskan aku di sana,” jelas Zevia. Arsen mangangguk paham, dia teringat kejadian semalam dan berdehem sejenak. Zevia yang hafal sifat kakaknya ini tak ayal bertanya. “Ada apa sebenarnya Kak?” tanya Zevia. Arsen mengetukkan jarinya di meja, “Semalam aku tak sengaja melihat ada pengiriman barang ke rumah Menteri Kehakiman. Awalnya aku hanya mengira itu kurir biasa sampai aku melihat  ini,” ujar Arsen menunjukkan hasil pencariannya. Zevia melihat lambang itu dan dia mengerutkan dahinya, lalu menatap kakanya kembali. “Bukankah ini lambang Astrova, industryi pemasok bahan peledak dan senjat4 terutama di daerah Lamborsky, perbatasan benua,” ujar Zevia. Arsen terhenyak tapi kemudian dia teringat informasi itu, “Pantas aja aku pernah melihatnya tapi aku lupa. Aku hanya dapatkan ini, lambang pemasok bahan peledak berupa mineral tapi aku lupa dimana tempatnya dan di sini tak tertulis produsennya,” kata Arsen. Zevia berdecak, “Kamu harus memilih detil informasi untuk mencari tahu Kak, kan kamu menggunakan jaringan high security,” ucap Zevia sambil mengoperasikan tablet milik Arsen yang sebelumnya dia tunjukkan. Dan benar saja, setelah tindakan Zevia itu semua informasi soal lambang yang dia cari, bahkan siapa pemiliknya dan bagaimana semua itu terbentuk. “Sepertinya ini bukan masalah sepele Kak, karena hal ini kaitannya sama urusan militer antarnegara,” gumam Zevia. “Tapi tunggu dulu, Kakak bilang ini dikirim ke kediaman Menteri Kehakiman yang ada di ujung jalan ini?” tanya Zevia memastikan dan Arsen mengangguk yakin karena dia tak salah melihat posisi kurir itu semalam. Zevia tersenyum senang, “Kamu memberiku pekerjaan pertama yang menyenangkan Kakakku Tersayang,” ucapnya semangat sambil mengedipkan matanya senang. Arsen tertawa pelan melihat kelakuan adiknya itu. Arsen berdiri dan menciumm pipi Zevia. “Lakukan pekerjaan ini dengan hati-hati, ingat kita ada di basis musuh,” bisiknya  dan mengelus rambut Zevia lembut. Keduanya sudah meninggalkan rumah mereka dan naik mobil SUV yang mereka dapatkan dari fasilitas kerajaan. Seperti yang sebelumnya dicibir oleh Zevia. Arsen setelah diterima menjadi dokter kerajaan dia langsung diberi salah satu tempat tinggal di Genios beserta fasilitas penunjang seperti mobil dan akses ke berbagai tempat khusus bagi kalangan atas. “Selamat pagi Dokter Arsen dan Pengacara Zevia,” sapa penjaga gerbang Genios sementara petugas yang lain memeriksa mobil Arsen sampai ke dalam bagasi mereka. Arsen membalas ucapan itu sambil matanya tak lepas mengamati kegiatan mereka. Dia merekam cara pemeriksaan ini dalam memori otaknya untuk mencari celah yang mungkin berguna suatu hari nanti. Tapi dia ingat soal kejadian semalam dan iseng bertanya kepada petugas gerbang tersebut. “Oh iya, aku ingat ingin bertanya kepadamu, apa ada jam malam di sini bagi para kurir untuk mengantarkan barang?” tanya Arsen dengan wajah polos. “Lewat dari jam 10 malam tidak boleh ada kurir masuk Dok, jika memang barang itu penting maka kami yang akan mengantarkannya setelah konfirmasi dengan pemilik barang. Apa ada masalah Dokter?” tanya penjaga itu dan Arsen menggeleng. “Berarti semalam yang aku lihat mungkin salah, karena aku melihat beberapa orang dengan seragam kurir lewat di komplek ini, aku rasa mataku salah,” ucapnya polos tapi dia melihat jika wajah penjaga itu mendadak pucat. “Apa udah selesai?” tanya Zevia mengagetkan penjaga itu dan menegok untuk melihat rekannya sudah selesai dengan tugasnya atau belum. “Silahkan Dokter, semoga hari Anda menyenangkan,” ucap penjaga itu kikuk. Arsen tersenyum ramah, “Semoga harimu juga menyenangkan Pak Daniel,” balas Arsen setelah membaca nama di seragamnya tapi tatapannya tak bisa diartikan. Zevia menatap kakaknya dan menggeleng, “Mereka pasti sudah merencanakan ini semua kan?” ucap Zevia dan Arsen mengangguk sambil mengemudikan mobilnya pelan. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan pertama kali demi menjalankan keseluruhan misi ini,” ucap Arsen menoleh kepada Zevia dengan pandangan tak bisa dimengerti. Zevia mendadak merasa ngeri ditatap seperti itu. Arsen menghentikan mobilnya dan menatap Zevia lekat. “Sedari awal kamu tahu kan pekerjaan ini penuh resiko,” kata Arsen penuh hati-hati membuat Zevia mengangguk pelan. “Kita mulai sekarang harus bagi tugas Zev, aku, kamu, Reco dan Gaston nantinya. Fokus utama kita sekarang, kita harus cek Paman Lukas akan membantu kita sampai mana jika dia tahu apa yang akan kita lakukan di masa depan,” ucap Arsen. Zevia diam sejenak kemudian dia menggeleng cepat. “Menurutku terlalu beresiko jika melibatkan Paman Lukas, karena yang kita tahu dia adalah salah satu pelayan kerajaan Parsy yang memutuskan berhenti dan pindah ke sini. Maksudku kita tak tahu motif apa yang membuatnya datang kemari,” urai Zevia. Arsen tersenyum dan mengangguk paham, “Itu poin pertama yang harus kita cari Zeviaku Sayang,” kata Arsen mengedipkan matanya seakan dia menemukan ide untuk mencari tahu hal itu. “Satu hal yang aku minta darimu, jaga dirimmu baik-baik dan kita tak perlu saling membela jika nantinya salah satu dari kita jadi korban kekejaman kerajaan ini. Deal?” tegas Arsen. Zevia memandang kakaknya tak suka. Jika nantinya dia yang dihukum tak akan jadi masalah jika kakaknya tak membelanya, tapi bagaimana jika Arsen yang diadili, tak mungkin dia rela untuk diam saja. “Aku tak setuju,” tolak Zevia kesal. Arsen tersenyum dan menggenggam tangan adiknya. “Aku tahu apa maksudmu, tapi jika kita terlalu lemah dan salah satu dari kita tidak ada yang selamat, bagaimana kita menjalankan wasiat atha, Zev. Ayolah kuatkan dirimu,” jelas Arsen. Zevia langsung memeluk kakaknya dan dia menggeleng dalam pelukan itu. “Jika Kakak yang mendapat celaka bgaimana kita semua bisa diam saja dan meninggalkan Raja Parsy yang Agung,” suara Zevia mulai serak. Arsen membelai rambut adik kesayangannya itu lembut. “Aku tahu, tapi aku tak mungkin membiarkan kalian jadi korban masalah ini begitu saja,” urai Arsen. Zevia melepas pelukan itu, “Berjanjilah jika kita semua akan lari dan sembunyi untuk sementara jika memang situasinya memburuk,” ucap Zevia mengacungkan jari kelingkingnya. Arsen terkekeh melihatnya, tapi dia tak membantah jika memang hal itu yang paling mungkin mereka lakukan. “Kita tak boleh tertangkap atau terbongkar penyamaran kita, jika memang kondisinya buruk, kita harus menghapus semuanya dan kembali jadi orang biasa,” ucap Arsen menautkan jari kelingkingnya pada jari Zevia. Adiknya yang cantik itu mengangguk setuju. “Ayo, kita hancurkan mereka secara perlahan dan penuh dramatis.”  ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN