B.1 Welcome to Palaciada
"Jadi apa pengalaman terbaikmu selama menjadi dokter?" tanya seorang pria yang ditaksir umurnya sudah berkepala empat dengan jubah merah menyala khas pakaian kerajaan dengan segala atributnya dan mahkota di atas kepalanya. Orang awam pun pasti tahu jika dia adalah Raja di kerajaan ini.
Pria yang sedari tadi menundukkan kepala akhirnya mendongak sesaat untuk melihat pria yang ada di hadapannya. Tatapan mata penuh arti itu sempat membuat pria yang ada di singgasana penasaran sekaligus tertantang. Semenjak dia duduk di singgasana ini tak ada seorang pun yang berani menatapnya seperti itu.
"Semua yang saya alami adalah pengalaman terbaik dalam hidup saya Yang Mulia," ujar pria yang nampak lebih muda dari Raja tersebut. "Tapi dari semua yang saya alami, yang terbaik dari seorang dokter adalah saya bisa menyembuhkan orang yang membutuhkan, entah itu menyembuhkan sakit yang dia derita atau membuatnya melupakan rasa sakit itu selama-lamanya dengan kematian," lanjutnya dengan tatapan tajam penuh arti kepada Raja.
Hening.
Semua orang yang ada di sana seakan terhenyak dengan apa yang dikatakan pria muda itu. Dia adalah seorang dokter sekaligus penduduk baru yang datang di kerajaan ini, kerajaan Palaciada. Semua orang di dataran Sembian tahu bagaimana makmurnya kerajaan Palaciada, bentang alam yang indah, sumber daya alam yang melimpah dan penduduknya yang terpilih.
Iya benar, penduduk yang terpilih. Aturan Raja Adrien Da Usha, raja yang memimpin Kerajaan Palaciada tidak semua orang bisa menjadi penduduk di sini, hanya orang-orang terpilih yang bisa masuk jadi penduduk Palaciada. Bibit unggul, kecerdasan yang di atas rata-rata, kemampuan yang tak biasa, dan memiliki keahlian yang berguna bagi kerajaan dan rakyat Palaciada, menjadi syarat utama untuk menjadi penduduk di sini.
Hari ini kantor pemerintahan dihebohkan dengan kedatangan seorang pria muda yang mengaku seorang dokter yang pernah bertugas di kamp militer. Dalam portofolio yang dia bawa, dia pindah kemari karena ingin mengabdi kepada kerajaan dan Palaciada. Sebelumnya tinggal di perbatasan Sembian membuatnya ingin memiliki kehidupan yang tenang di Palaciada.
"Jawaban yang luar biasa Anak Muda," ucap Raja Adrien setelah keheningan beberapa saat diantara semua pejabat yang ada di aula pertemuan ini. Pria muda itu menormalkan tatapannya dan tersenyum ramah.
"Maafkan saya jika jawaban saya membuat semua orang kaget dan memandang sebelah mata, tapi selama di kamp militer, hidup dan mati adalah hal biasa yang bisa saya termukan setiap hari. Tak jarang ada orang yang hanya datang kepada saya bukan untuk berobat tapi untuk menjemput ajalnya karena dia sudah bosan hidup dalam penderitaan," jelas pria muda itu membuat semua orang yang ada di sana mengangguk paham.
Pria muda itu melirik ke salah satu kursi yang ada di sebelah singgasan Raja Adrien. Dia melihat seorang pria yang dia yakini adalah Putra Mahkota Palaciada. Umurnya masih terbilang muda mungkin sekitar 20 tahun. Pangeran muda itu memandang kepadanya dengan tatapan penuh tanya, seakan dia ingin mengajukan ratusan pertanyaan kepadanya.
"Apa yang membuatmu ingin tinggal di sini dan apa yang bisa kamu berikan kepada Palaciada yang tercinta ini?" tanya Raja Adrien membuat fokus pria itu terbagi dan kembali menatap Raja Adrien. Pandangannya beredar ke seluruh orang yang ada di sana.
"Tentu saja kesehatan semua orang yang ada di sini terutama kesehatan Anda Yang Mulia Raja Adrien, sekaligus pewaris tahta Yang Mulia, Pangeran Laird Da Usha yang tercinta," jawab pria itu diplomatis sambil sedikit menunduk hormat.
Raja Adrien terkekeh pelan, "Jawaban yang klise, terlalu biasa," balas Raja Adrien. Pria muda itu menaikkan sudut bibirnya sekilas lalu tersenyum ramah. "Haruskah saya mengatakan hal yang sejujurnya Yang Mulia," kata pria muda itu yang terdengar seperti tantangan bagi Raja Adrien.
Pangeran Laird yang mendengarnya pun ikut penasaran, seperti apa pria di hadapannya ini, kenapa dia tak nampak seperti orang sipil pada umumnya. Meskipun dia juga merasa aneh dengan kejadian hari ini, dari yang Laird tahu jika ada penduduk baru, Raja Adrien hanya membaca latar belakang kepindahannya dan memberikan keputusannya, entah itu diterima atau tidak tapi tak pernah memanggilnya di aula pertemuan seperti sekarang.
"Tentu saja, katakan saja sejujurnya, karena jawabanmu itulah yang menentukan kamu bisa diterima di sini atau tidak. Dan tentu saja tidak membuang waktu kita semua dengan memanggilmu kemari," jawab Raja Adrien penuh penekanan seakan pria di hadapannya ini tak memiliki hal yang istimewa.
Pria muda ini sudah mengira akan ada situasi yang seperti ini, karena itu dia sudah menyiapkan banyak jawaban dari segala kemungkinan. Dia bukan tanpa alasan datang kemari, segala persiapan sudah dia lakukan untuk bertemu dengan Raja Adrien di hari pertama kedatangannya. Oleh sebab itu, dalam portofolionya dia menuliskan hal yang dianggap tak normal bagi orang lain sehingga membuatnya yakin jika dia akan dipanggil oleh Raja Adrien.
"Sesuai dengan apa yang saya tulis dalam proposal yang sebelumnya saya ajukan. Saya ingin menjadi dokter pribadi Raja Adrien, Ratu Zara, Pangeran Laird dan Pangeran Lambart, karena hanya saya yang tahu bagaimana kerajaan Palaciada ini berdiri dan awal kepemimpinan Raja Adrien," ucapnya membuat semua orang menatapnya tajam termasuk Raja Adrien.
Semua orang hampir tak percaya dengan sikap percaya diri pria muda ini. Penampilannya memang begitu berwibawa, karismatik untuk ukuran dokter, kecakapannya bicara sedari awal juga hal yang dipertanyakan, bagaimana bisa ada dokter secermat dia.
"Hal terbaiknya adalah kepemimpinan Yang Mulia Raja Adrien didapatkan dari penangkapan pemberontakan Raja Kailash dua puluh tahun lalu di istana ini tepatnya di aula pertemuan tempat kita semua berdiri saat ini," jeda pria muda dengan menatap Raja Adrien tajam membuat Raja Adrien sendiri langsung diam dengan tatapan cemas.
Pangeran Laird semakin penasaran siapa sebenarnya dokter ini, bagaimana dia bisa tahu soal pemberontakan dua puluh tahun lalu yang sudah mulai dilupakan oleh banyak orang.
Terdengar suara berdengung dari beberapa pejabat yang ada di sana membuat pria muda itu menajamkan pandangannya dan tersenyum penuh arti. Pangeran Laird memandangnya tajam dengan tatapan penuh tanya.
"Dan tentu saja history yang seperti itu pasti akan mempengaruhi kesehatan keluarga kerajaan selama ini. Meskipun dalam dua puluh tahun ini tercipta ketenangan tapi bukan berarti tidak ada banyak kekacauan di masa depan, terutama dari sekelompok orang yang ingin melihat Palaciada dalam keterpurukan," jawab pria muda itu dengan ekspresi tanpa dosa seakan yang dia katakan adalah hal biasa.
“Jawabanmu terkesan jika kamu ingin Palaciada yang sekarang tenang ini menjadi terpuruk atau mungkinkah kamu yang akan membuat Palaciada ini terpuruk, Anak Muda,” seru salah satu pejabat yang berusia hampir sama dengan Raja Adrien.
Raja Adrien mengepalkan tangannya erat, tapi tak lama dia tertawa pelan mendengar apa yang diucapkan pemuda itu. Semua orang yang ada di sana nampak bingung tapi tidak bagi pria muda itu yang paham arti ekspresi itu.
"Sungguh jawaban yang luar biasa dan tidak pernah aku sangka sebelumnya, tapi analisa yang bagus untuk orang yang tak tahu apa-apa seperti dirimu," kata Raja Adrien dengan ekspresi merendahkan.
"Terima kasih atas sanjungan Yang Mulia, itu jadi motivasi buat saya untuk menjadi yang terbaik dan mengabdi kepada Yang Mulia Raja Adrien dan keluarga," jawab pria muda itu santai.
"Siapa namamu Anak Muda dan siapa wanita yang ada di sampingmu itu?" tanya Raja Adrien penuh semangat.
"Arsen Wyn dan ini adalah adik saya Zevia Wyn, dia seorang pengacara terbaik di Levtas, kami berdua yang akan tinggal di sini mengabdi pada Palaciada, Yang Mulia Raja Adrien," jawab Arsen penuh keyakinan.
"Namamu terdengar tak asing, tapi aku lupa pastinya," balas Raja Adrien yang membuat Arsen sedikit menegang, ada sedikit kekhawatiran jika Raja Adrien akan mengenali identitas aslinya, tapi dia menunjukkan ekspresi tenang di hadapan semua orang.
"Datanglah ke rumah sakit kerajaan besok pagi tepat jam 9, mulai hari ini kamu bisa menempati Cluster Osbornia di Genios," lanjut Raja Adrien yang membuat semua orang berdengung soal ini. Arsen dan Zevia saling pandang tapi tak lama mereka tersenyum mendengar ucapan Raja Adrien itu.
“Maafkan kami Yang Mulia,” potong salah satu pejabat pemerintahan. “Apa ini tidak berlebihan, Yang Mulia belum tahu bagaimana kemampuan dan latar belakang pria muda ini, tapi kenapa Yang Mulia sudah memberikan tempat terbaik di Palaciada,” protes pejabat pemerintah itu.
Arsen yang mendengarnya mulai mempelajari situasi, siapa yang pro dan siapa yang kontra kepada Raja Adrien. Arsen mengingat satu per satu wajah para pejabat yang ada di sini.
Raja Adrien diam sebentar, “Justru karena aku ingin tahu kemampuannya maka dia harus berada di dekatku, tapi aku tak mungkin menjadikannya pejabat pemerintah seperti kalian karena dia seorang dokter.”
Arsen tersenyum merasa strateginya kali ini berhasil untuk memancing rasa penasaran Raja Adrien mengenai dirinya. Awal yang baik untuk masuk dalam kehidupan Raja Palaciada itu.
“Karena itulah dia harus bekerja di rumah sakit Royal untuk tahu sampai dimana kemampuan yang dia banggakan itu,” lanjut Raja Adrien yang akhirnya mendapatkan anggukan hormat.
"Dan satu lagi," jeda Raja Adrien membuat keduanya kembali fokus menghadap Raja Palaciada itu.
"Welcome to Palaciada."
******