KEGUNDAHAN HATI HANNA

1217 Kata
    waktu berjalan sangat cepat, kini sudah 2 bulan kami menjalani pernikahan ini, tidak ada kemajuan sama sekali dalam pernikahan ini, mas Rei masih saja bersikap acuh padaku, namun kali ini aku sudah terbiasa, ah ya, sekarang aku juga sudah sibuk untuk mengikuti kelas masak, kelas yang dihadiahkan maduku padaku, baik sekali bukan dirinya. katanya, ia melihat bakat yang ada dalam diriku, sayang jika tidak di kembangkan, aku mengambil kelas pembuatan kue dan dessert lainnya, ketika sebulan lalu aku mengambil kelas masakan Nusantara dan beberapa masakan Internasional, kini aku mengambil kelas kue dan dessert, setidaknya kegiatan ku kali ini dapat mengalihkan segala fikiranku tentang pernikahan ku, walaupun tetap aku tak melupakan segala pekerjaanku di rumah.     sebenarnya, kita bisa bebas mengambil jadwal kelasnya, namun aku mengambil waktu full dari senin sampai jum’at, toh, mas Rei juga tidak melarang, ah atau lebih tepatnya tidak perduli dengan apa yang aku lakukkan, setidaknya ada sedikit yang aku syukuri dari pernikahan ini, mbak Raline, maduku, sangat-sangat perhatian padaku, tidak ada kepura-puraan dalam perhatiannya, aku dapat merasakan itu, aku seperti mendapatkan sosok kakak perempuan dalam dirinya, entahlah akan seperti apa pernikahan ini, pernikahan yang membuatku merasa sesak karena sikap abai dan dingin suamiku sendiri.     kali ini aku sedang berada di kelas memasakku, seperti biasa kami diminta mengikuti duplicate dish dari sang Chef, enaknya belajar disini, kami dapat membawa pulang hasil karya kami sendiri, kali ini kami membuat macaroon, aku sudah membuat beberapa macaroon dengan berbagai warna, sangat indah di mata, walaupun belum terlihat seperti seorang professional, tapi aku cukup bisa berbangga diri, karena aku bisa membuatnya dengan baik. “ Hanna, abis kursus ini kamu mau kemana?”     mbak Ayumi,  seorang asistent Chef ku di kelas bertanya kepadaku, kami lumayan cukup dekat dengannya, dari awal pertama aku masuk kelas ini, ia sudah sangat baik denganku. sedikit informasi, kelas ku kebanyakan pesertanya adalah ibu-ibu muda sampai paruh baya, tapi juga ada beberapa pria disini, walaupun belum terlalu tua, mungkin sekitar umur 30 tahunan ke atas, akulah yang termuda di kelas ini. jika tidak salah, mungkin mbak Ayumi berumur sekitaran 25, sepantaran dengan suami dan maduku.     ia perempuan yang sangat cantik dan juga baik hati, dan tentu saja ramah. sudah beberapa kali jika ada kesempatan setelah kelas selesai, kami menghabiskan waktu berdua, sekedar hanya untuk makan atau ngemil di café, biasanya kami memilih café yang sangat dekat jaraknya dari kelas kami. ia sering menghabiskan waktunya untuk bercerita kepadaku, bercerita apa saja, tapi satu yang ia tidak ketahui dari ku, bahwa aku sudah menikah, mungkin satu kelas itu tidak tahu, bahwa aku gadis kecil ini sudah menikah. lagi pula tidak ada yang bertanya statusku, dan aku pun enggan mengumbar statusku. “ mungkin aku langsung pulang aja mbak.” jawabku kepada mbak Ayumi “ oke, kalo begitu sampai bertemu lagi ya Naa.” “ iya mbak, sampai bertemu lagi.”     setelahnya aku pulang ke rumah dengan mengendarai motor, motor pemberian dari mas Rei, katanya biar gak susah kalo mau pergi-pergi. setelah hampir 20 menit mengendarai motor, akhirnya aku sampai di rumah, hari sudah hampir petang, orang-orang rumah sudah pulang kerja. untuk hari jum’at kelasku memang dimulai dari pukul 3 sore. selebihnya dimulai pukul 1 siang.     setelah sampai garasi dan memarkirkan motorku, aku menghela nafas sebentar untuk menenangkan hatiku, menenangkan hatiku ynag sering kali sesak melihat kemesraan suami dan maduku, walaupun hanya sekedar melihatnya berpelukkan atau sekedar mas Rei tidur dipangkuan mbak Raline ketika mereka sedang menonton tv, tapi itu sedikit membuatku terluka. ketika sudah membuka pintu tak lupa ku ucapkan salam. “ assalamualaikum” baru saja ku buka pintu, lagi-lagi aku disuguhkan adegan kemesraan mereka. “ waalaikumsalam, udah pulang Han?” Tanya maduku “ iya udah mbak.” jawabku sekedarnya “ hari ini kamu belajar apa?” tanyanya lagi. lihat, aku benar-benar seperti anak kecil yang sedang ditanyai kakak nya bukan. “ ini mbak” ku serahkan kantong yang berisakan 2 kotak macaroon buatanku. “ wahh macaroon, ini cantik banget bentuknya.” “ terimakasih mbak, aku permisi mau ke atas dulu.”     tanpa menunggu jawabannya aku melangkahkan kaki ku ke kamar ku, ah aku merasa sangat lelah, pura-pura bahagia itu sangat melelahkan bukan? karena sebentar lagi adzan maghrib, aku segera membersihkan wajahku dari debu-debu yang menempel, setelah nya aku bergegas untuk mandi. tidak membutuhkan waktu yan lama, setelah 15 menit kemudian aku telah selesai mandi, seperti biasa jika baru saja mandi, aku hanya mengenakan handuk yang panjangnya hanya setengah pahaku, ketika aku baru kaluar dari kamar mandi, aku terkejut dengan kehadiran mas Rei di kamarku. reflek aku membalikkan tubuhku, walaupun ia suamiku namun aku masih merasa malu dan risih terhadapnya. “ mas ada perlu apa kemari.” tidak ada jawaban darinya, namun dapat ku dengar suara langkah kaki mendekatiku, aku semakin merekatkan handuk dalam peganganku, masih enggan menghadapnya, aku kembali bertanya. “ mas mau apa? tolong keluar dulu sebentar, aku mau pakai baju, nanti maghribnya keburu telat” lalu setelahnya aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang sangat dekat berada di belakangku. lalu tiba-tiba tanpa ku duga. Cuph, mas Rei mengecup leher sampingku dan bahuku dengan sangat kuat. lalu ia berbisik tepat di telinga ku, yang membuat ku meremang. “ cepatlah pakai bajumu, sebelum aku menerkammu.     lalu setelahnya ia meninggalkanku seorang diri. tak ingin terbuai dengan perbuatannya, aku segera memakai bajuku dan kembali ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. selepas menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim, aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. baru saja aku tiba di pertengahan anak tangga, aku sudah di suguhi pemandangan yang menyesakkan hati, disana terlihat suami dan maduku sedang berciuman mesra di dapur, mereka melakukkannya seakan rumah ini hanya dihuni oleh mereka saja, benar-benar tidak tahu tempat, batinku menjerit. karena tak tahu harus melakukan apa dan juga tak ingin mengganggu, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke dalam kamar.     ku langkahkan kaki ku ke arah balkon kamar, dari sini aku dapat melihat pemandangan halaman belakang, aku dapat melihat pantulan cahaya yang ada di kolam renang, tak sadar aku pun melamun, tentu saja memikirkan nasibku ke depannya, memikirkan bagaimana seandainya aku tahu orang tua ku, memikirkan jika seandainya aku tinggal dengan orang tua ku, dan seandainya pernikahan ini tidak pernah terjadi, mungin aku sama dengan gadis-gadis lain yang seusiaku, dimana mereka masih sibuk menikmati masa-masa perkuliahan, masih merasakan bermanja-manja dengan kedua orang tua, dan kegiatan yang biasa dilakukkan oleh anak dan orang tuanya.     karena memikirkan itu semua, tak sadar membuat Hanna menangis, kali ini ia benar-benar menumpahkan tangisannya, ia mengeluarkan segala sesak di d**a dengan cara menangisinya, meskipun diluar dia terlihat sangat dewasa, namun pada dasarnya Hanna hanyalah seorang gadis yang sama seperti remaja lainnya, ia butuh orang untuk mendengar keluh kesahnya, ia butuh orang yang mau memeluknya, namun pada akhirnya ia harus menerima kenyataan pahit, bahwasanya ia hanya seorang diri di dunia ini, tidak ada orang yang bisa ia ajak bicara, tidak ada orang yang bisa mendengar keluh kesahnya, dan juga tidak ada orang yang mau memeluknya tatkala ia sedang resah, faktanya ia sendirian, dan itu membuatnya merasa lelah dengan kehidupan yang dijalaninya.     karena merasa sangat lelah karena menangis, Hanna akhirnya memutuskan untuk tidur saja, ia pun enggan untuk keluar kamar, pasti matanya sangat sembab sekarang, akhirnya ia mengganti bajunya dengan piyama tidurnya, dan memutuskan untuk mematikan lampu kamar, setelahnya ia merebahkan tubuhnya yang lelah keatas kasur, berharap agar nanti ketika ia bangun segala kegelisahan hatinya lenyap. dan tak lama ia pun terlelap dalam tidurnya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN