MEMINTA IZIN PAK RT

1626 Kata
    akhirnya masakan ku siang ini telah selesai. hanya masakan sederhana, ada sayur capcai, ayam goreng tepung dan juga udang saus teriyaki. pas setelah aku menata masakanku ke meja, mas Rei dan mbak Raline turun, sepertinya mereka telah selesai membereskan barang bawaan mbak Raline, jika kalian bertanya dimana Raline akan tidur, maka aku akan menjawab ia akan tidur di kamar mas Rei, ya kamar dimana aku pernah mendapat pengusiran pada malam pertama aku tinggal disini, juga kamar yang sama aku mendapatkan perlakuan manis dari suamiku. ya ia akan tidur disana atas permintaan mas Rei, tentu saja, karena mungkin kamar itu di design khusus juga seperti ke inginan maduku.     aku sudah menawarkan diri untuk membantu membereskan barang-barang mbak Raline, tapi ia menolak, ia berkata barangnya hanya sedikit jadi tidak terlalu melelahkan. ku lihat ia hanya membawa 2 buah koper saja tadi saat baru datang, jika dibanding dirinya tentu saja barangku paling sedikit, karena aku hanya membawa satu buah koper saja, ya karena memang aku tidak memiliki barang yang banyak.     ketika mereka sudah sampai dibawah, aku langsung menawarkan mereka makan, aku berusaha sebaik mungkin melakukkan ini semua, aku harus mengingat bahwa sekarang kami tinggal bertiga, ya, aku, suamiku dan juga maduku, walaupun pasti masih ada kecanggungan setidaknya aku berusaha bersikap baik. bukankah sudah sejak dahulu aku selalu dituntut bersikap sabar dan selalu mengalah? lalu ku rasa kali ini aku pun pasti akan bisa, mungkin aku juga akan bisa terbiasa jika suatu saat mereka mengabaikanku di rumah ini. `ya aku si gadis panti yang introvert dan tak memiliki kawan ini sudah terbiasa dengan apa yang namanya pengabaian dan yang namanya tidak di anggap. terkadang aku sering membayangkan menjadi gadis lain yang seumuran denganku, aku masih ingin berkuliah, aku ingin merasakan bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, namun takdir berkata lain, diumurku yang baru akan 19 tahun aku sudah mendapati takdir sedemikian rupa, menikah karena di jodohkan ketika aku baru merasakan nikmatnya bekerja, dan sekarang aku juga harus dipaksa menerima, bahwa suamiku menikah lagi dengan wanita yang dicintai pada hari ke tujuh pernikahan kami, entah apa lagi yang harus ku lalui ke depannya.      terkadang aku merasa Tuhan sungguh sangat berlebihan dalam memberiku cobaan yang sangat berat di usiaku yang baru melewati fase remaja ini, namun aku juga menguatkan diriku sendiri dan berkata untuk meyakinkan kepada diriku sendiri bahwa aku pasti akan sanggup melalui ini semua, padahal tidak demikian, jujur, dalam hati terkadang aku juga sangat ingin membagi kesedihanku kepada yang lain, aku masih sangat ingin meraskan pelukan seorang ibu, merasakan bisa membagi keluh kesahku kepada seorang ibu,namun nyatanya aku tidak bisa melakukan itu semua, karena aku tumbuh dan besar tanpa kasih sayang seorang ibu.     memang aku sudah menganggap ibu Arini dan juga bunda Ajeng sebagai ibuku, namun mengingat mereka juga harus memerhatikan anak yang lainnya, mengurungkan niatku untuk membagi segala yang ku rasa, aku hanya tidak ingin membebani lagi mereka berdua yang sudah membesarkan aku dengan penuh cinta, jadi karena pernikahan ini merupakan sebuah kebahagiaan untuk mereka berdua, biarlah aku menanggung ini seorang diri demi kebahagiaan orang-orang yang ku sayangi. “ mbak Raline sudah selesai beberesnya? ayo silahkan makan dahulu, sudah waktunya makan siang.” “ terimakasih Hanna, maaf saya jadi tidak bisa membantu kamu menyiapkan makanan.” “ enggak apa-apa mbak, tadi saya juga tidak sedang melakukkan apapun, jadi tidak ada salahnya saya masak.” “ ini semua kamu yang masak? wah kamu pinter masak ternyata ya.” “ eh, terimakasih mbak, ayo silahkan dicoba, semoga mbak suka.”     mas Rei duduk disamping mbak Raline, sedangkan aku duduk dihadapan mas Rei, ada yang berbeda dalam sesi makan kali ini, jika biasanya aku mengambilkan mas Rei makanannya, untuk kali ini tidak, aku hanya tidak enak dengan mbak Raline, mungkin ia yang akan mengambilkannya, biarlah. aneh sekali bukan? aku merasa akulah yang menjadi duri dalam hubungan mereka. ku lihat mbak Raline sudah mengambil makanannya, dan aku dibuat tercengang dengan yang ia lakukkan. “ aku coba ya Naa, eh enggak apakan kalo kita merubah gaya bicara kita, kalo pakai saya terdengar agak formal.” “ eh iya mbak enggak apa-apa.” lalu setelahnya ia menyuapkan makanannya ke mulutnya sendiri. ku kira ia akan mengambilkan untuk mas Rei . “ hmmm.. ini enak banget Naa, kamu pinter banget masak, nanti ajarin aku masak ya na.” “ terimakasih,  iya mbak.” “loh kok kalian gak makan? Rei kamu gak makan?” “ oh iya ini aku akan makan. silahkan lanjutkan makanmu.” setelahnya aku dan mas Rei mengambil makanan kami sendiri. sebenarnya aku ingin mengambilkan mas Rei makan, Cuma aku tidak enak dengan mbak Raline. Reinald POV     makan kali ini terasa sangat berbeda untukku, apa karena aku mulai terbiasa dengan Hanna yan setiap makan selalu mengambilkan keperluanku terlebih dahulu baru untuk dirinya, dengan Raline memang ia tidak pernah melakukkanya, sewaktu kami masih bersamapun tidak pernah, ia hanya memasak saja, setelahnya kami mengambil sendiri makanan kami, namun sangat berbeda sejak menikah dengan Hanna, ia selalu melayaniku, namun ketika kini ia tidak melakukan kebiasaan itu, seketika aku merasa ada yang kurang.     entah kali ini mungkin ia tidak melakukkannya karena ia enggan atau mungkin karena ia merasa tidak enak dengan kehadiran Raline. kali ini sunyi tidak ada lagi yang bersuara, hanya terdengar dentingan alat makan saja yang memenuhi pendengaran kami. sampai akhirnya kami menyelesaikan makan, aku berbicara. “ Hanna, nanti ikut ke rumah pak RT ya, saya akan memperkenalkan Raline serta melaporkan bahwa ia akan tinggal disini bersama kita.” “ iya mas.” “ ini kalian sudah makannya? biar aku yang bereskan.” “ eh enggak usah mbak, biar aku aja mbak.” “ enggak apa-apa Naa, tadi kan kamu yang sudah memasak makanan ini, jadi biar aku yang membereskan peralatan setelah makan kita, kita akan membagi tugas ya.” “ tapi mbak..?” “ sudah tidak apa Naa..” “ baiklah mbak.”     setelah makan aku memutuskan untuk duduk di ruang tamu, aku sudah mempersiapkan berkas untuk dilaporkan ke pak RT, tentu saja aku harus melakukkannya, sebagai warga yang baik aku harus melakukkannya, aku tidak ingin ada kesalah pahaman nantinya. *** sorenya kami bergegas ke kediaman RT, aku, mas Rei dan juga mbak Raline, untuk melaporkan kedatangan Raline. “ Assalamualaikum pak Ahmad” “ waalaikumsalam, mas Rei mbak Hanna, ada apa ini, silahkan masuk terlebih dahulu.” “ ini saya mau melaporkan bahwa mulai hari ini Raline, akan tinggal bersama kami, ini berkas-berkasnya.” “ loh ini mbak Raline is…istri mas Rei juga?” pak RT terkejut dengan hal ini.lalu ia melihat ke arahku. aku hanya tersenyum menanggapinya. “ iya pak, mulai hari ini Raline akan tinggal bersama saya dan juga Hanna, sudah itu saja, kami izin pamit ya pak, Assalamualaikum.” ' waalaikumsalam"  “ mbak Hanna, maaf bisa ibu bicara sebentar, ini masalah majlis ta’lim.” bu ida istri pak RT datang menghamipri kami. ku tatap mbak Raline dan suamiku bergantian dan mengatakkan agar mereka pulang terlebih dahulu, dan aku akan menyusul setelah ini. “ iya bu ada apa.” bu Ida menatpku dengan teliti, aku agak risih sebenarnya. “ maaf mbak Hanna, bukan saya bermaksud ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain, sebagai istri seorang RT, saya hanya ingin bertanya sebagai sesama seorang perempuan, bagaimana bisa mas Rei menikah lagi sedangkan bukankah kalian baru saja menikah? apa ada masalah yang terjadi?” aku tidak tahu harus berkata apa, dan bagaimana menjelaskannya. “ maaf jika mbak Hanna merasa sungkan, apa mbak Hanna dipaksa untuk menerima pernikahan mereka? apa ada pihak yang menyakiti mbak Hanna?” “ tidak bu, bukan seperti itu, pernikahan kami memang sedikit rumit.” jawabku. “ mbak bisa menceritakan semuanya kepada saya, anggap saya sebagai ibu mbak sendiri.” sambil menggenggam tanganku bu Ida mencoba menyalurkan kekuatan. “ sebenarnya saya menikah karena di jodohkan.” diam bu Ida hanya mendengarkan. “ dan mbak Raline adalah kekasinya semenjak mereka sama-sama masih duduk di bangku sekolah. tidak ada yang memaksa saya menerima pernikahan mereka, mas Rei sudah terlebih dahulu meminta izin kepada saya sebelum menikahinya.” “ saya memang tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga mbak Hanna, jika mbak mendapat perlakuan yang tidak enak, atau mbak diperlakukan dengan tidak adil, mbak bisa melaporkan pada komite pelindung perempuan RT sini ya mbak. kami akan memberikan keadilan bagi wanita-wanita yang mendapat perlakuan buruk.” “ eh tidak bu, Alhamdulillah kami semua baik-baik saja, kami sudah ikhlas menjalani ini semua, kami meyakini memang mungkin begini jalan hidup kami.” “ baiklah, namun mbak harus ingat, jika mbak memerlukan seseorang untuk mendengarkan masalah mbak, mbak bisa membaginya dengan saya, anggap saya seperti ibu mbak sendiri ya, jangan pernah sungkan kepada kami.” “ iya bu, terimakasih banyak. kalo begitu saya izin pamit pulang dulu, assalamualaikum.” “ waalaikumsalam.” setelah Hanna pulang. “ ibu masih gak menyangka di usianya yang masih sangat muda mbak Hanna harus sudah menjalani cobaan begitu besar pak.”  “ bapak juga gak menyangka bu, tapi ya mungkin itu sudah takdir dia, menjalani hidup poligami, padahal seminggu ia jadi warga sini, bapak lihat ia anak yang rajin, ia juga terlihat aktif mengikuti kajian, ya walaupun beberapa kali.” “ iya pak, ibu juga gak nyangka, ibu harap ia selalu diberi kebahagiaan oleh Allah, ia anak yang sangat baik dan sopan, terlihat dari sikap dan tutur katanya, ia juga selalu menyapa sopan ibu-ibu yang ia temui. hah, sayang sekali diusia yang masih amat sangat belia ia harus sudah menjalani kehidupan seperti itu ya pak.” “ iya bu, sepertinya ia anak yang sangat pendiam, ibu harus bisa mendekatinya, pastikan mas Rei dan istri barunya tidak memperlakukan mbak Hanna dengan tidak adil, ya walaupun sepertinya mas Rei tidak seperti itu, selama menjadi warga sini, mas Rei selalu bersikap baik.” “ iya pak, nanti ibu akan selalu mengajaknya bicara.” “ ya sudah ayo masuk bu, sebentar lagi maghrib”       
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN