hari ini merupakan hari pernikahan mas Rei, ya, setelah perdebatan beberapa hari lalu, akhirnya aku menyetujui mas Rei menikahi mbak Raline, kekasihnya. dan aku juga mengurungkan niat untuk berpisah. aku tidak tahu akan dibawa kemana pernikahan ini, aku juga tidak tahu akan berakhir bagaimana pernikahan ini, aku masih sangat menyangsikan mas Rei akan bisa bersikap adil pada ku. seperti yang mas Rei katakkan, pernikahan ini demi bunda, ya, hanya demi bunda. kami berdua sama-sama menekan ego kami dan memilih melanjutkan pernikahan ini hanya demi bunda, orang yang selama ini sudah sangat banyak membantuku juga adik-adik panti yang lain, orang yang selama ini mencurahkanku dengan limpahan kasih sayangnya, orang yang selama ini membuatku merasakan kasih sayang seorang ibu, bahkan beliau juga tidak pernah membedakan ku dengan anak-anak kandung beliau, beliau tidak pernah pilih kasih diantara kami.
aku selalu berdoa semoga Allah senantiasa memberikan bunda panjang umur serta kesehatan. dan aku juga mendoakan pernikahan mas Rei dan mbak Raline selalu diberikan kebahagian serta keberkahan selalu. biarlah aku yang mengalah dalam hal ini, anggap saja pernikahan ku dan mas Rei sebagai balas budiku atas kebaikan bunda dan sekeluarga selama ini. aku sangat menyayangi bunda, dan tentu saja aku tidak ingin kondisi bunda drop karena terkejut dengan masalah yang menimpa rumah tangga kami. jika diamku bisa membuat kondisi bunda selalu stabil, maka aku akan tetap diam.
entah nanti aku harus bagaimana bersikap dengan maduku, aku hanya bisa tersenyum miris mengingat nasibku kini, diumurku yang bahkan belum genap 19 tahun,dan dalam pernikahanku yang bahkan baru berumur seminggu, aku telah resmi di madu. oh Tuhan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, jika memang takdirku harus hidup dalam pernikahan poligami ini, aku berharap engkau memberiku banyak kekuatan, kesabaran juga kelapangan hati, agar aku bisa menjalani ini semua. aku pasrahkan semua yang ada dalam hidupku padamu. tujuan ku kini bukan kebahagiaan untuk diriku sendiri, tujuanku adalah membuat orang-orang yang ku sayangi bahagia, jika memang mempertahankan rumah tangga ini adalah sebuah kebahagiaan untuk bunda, maka aku ikhlas menjalankannya.
selama mas Rei bisa bersikap adil dan memperlakukkanku dengan baik, maka aku akan tetap berusaha menjalankan pernikahan ini dengan baik pula. namun jika pada akhirnya mas Rei memutuskan untuk mengakhiri pernikahan ini, maka aku akan siap dengan segala konsekwensinya.
hari ini tidak ada air mata yang menghiasi pipi ini, karena aku sudah mempasrahkan semuanya kepada Tuhan, aku sudah sangat mengikhlaskan semuanya, apapun yang terjadi nanti, biarlah terjadi, termasuk jika aku merasakan sakit hati jika sampai melihat kemesraan suamiku dengan maduku.
mas Rei tadi mengatakkan bahwa ia malam ini tidak akan pulang, karena ia akan bermalam di apartement miliknya. mungkinkah saat ini mereka sedang memadu kasih? ahh betapa bahagianya menjadi mbak Raline yang sangat dicintai suamiku itu. sangat berbeda sekali bukan keadaan mereka disana dengan keadaanku disini, lagi-lagi aku hanya sendirian, tidak peduli dulu atau sekarang, nyatanya memang kesepian selalu menjadi kawan karibku.
akhirnya karena terlalu lelah dengan fikiranku, tak lama aku memejamkan mataku.
***
pagi telah tiba, pagi ini seperti biasa Hanna sibuk dengan segala urusan rumahnya, setelah memastikan setiap sudut rumah telah bersih dan rapih, Hanna bersantai sejenak di gazebo taman belakang, ia belum memasak hari ini, ia hanya sedang tidak mood memasak, ia juga tidak tahu apakah suaminya dan istri baru suaminya akan pulang hari ini atau tidak. jadi dia memutuskan untuk memasak jika mereka kembali ke rumah.
duduk termenung sambil menatap hamparan bunga yang sedang bermekaran memang sangat memanjakan mata, selama hampir seminggu Hanna tinggal disini, tak ada satupun ruangan yang luput dari pengawasannya, hanya satu ruangan saja yang sama sekali belum ia lihat, itupun karena terkunci.
Hanna memang senang menanam, selama seminggu ia tinggal disini sudah terdapat beberapa jenis sayuran yang sudah ia tanami dilahan kosong rumah ini, ada cabai, kangkung, dan juga yang lainnya, meski pun baru tumbuh, Hanna merawatnya dengan sangat baik, itu semua ia lakukkan untuk mengisi kekosongan waktunya selama berada disini, setelah ia menikah ia memang sudah tidak bekerja lagi, jadi dari pada bingung mau melakukkan apa, jadi setelah memastikan rumah rapih ia melanjutkan kegiatannya dengan bercocok tanam.
ketika ia sedang asyik termenung, ia mendengar suara mobil masuk rumah, segera ia bergegas ke halaman depan untuk melihat siapa yang datang.
ketika sampai depan. ahh ternyata pengantin baru yang datang. pengantin baru? lalu aku dan mas Rei apa? ahh memilukan sekali. aku dibuat takjub tatkala netraku memandang penuh kagum kepada wanita yang baru saja turun bersama mas Rei, wanita dewasa dengan tinggi semampai, menggunakan midi dress casual sepanjang betis berwarna soft pink, dengan rambut panjang yang dibiarkan tergerai, juga tampilan make up nya yang flawless, menambah kesan anggun pada dirinya. untuk ku yang baru pertama kali bertemu dengannya, aku dapat mengatakkan ia sangat sempurna, pantas saja mas Rei sangat mencintainya, ternyata memang ia secantik itu.
“ Assalamualaikum” mas Rei mengucapkan salam.
“ waalaikumsalam” jawabku, sambil menyalami tangannya.
“ Hanna, perkenalkan ini Raline, dan Raline, ini Hanna.”
aku tersenyum ramah menyambut uluran tangan maduku.
“ saya Hanna mbak.”
“ saya Raline, boleh saya memelukmu Hanna?”
“ ehh, iya boleh mbak.” aku sedikit terkejut dengan permintaannya.
“ maaf Hanna, saya benar-benar minta maaf jika saya sudah mengganggu rumah tanggamu, sungguh saya tidak bermaksud demikian.”
aku dibuat terkejut dengan perlakuannya, sekuat tenaga aku menahan diri agar tidak ikut menangis.
“ mungkin memang begini jalan kehidupan kita mbak, tidak perlu mbak meminta maaf.”
“ terimakasih Hanna, kamu gadis yang sangat baik hati.”
“ ayo mbak silahkan masuk terlebih dahulu, saya akan buatkan minum.”
“ terimakasih”
sambil membawa koper milik mbak Raline, mas Rei melangkah masuk ke dalam rumah. lalu setelahnya aku melangkah masuk ke dapur untuk membuatkan minum. ketika ku melangkah ke ruang tamu tak ku dapati mereka berdua, ternyata mereka sedang berada di halaman belakang, aku yang bermaksud membawakan mereka minuman, tak sengaja mendengar sayup-sayup pembicaraan mereka berdua. ku lihat mas Rei memeluk mesra mbak Raline dari belakang, sambil dagunya ia topangkan di pundak mbak Raline.
“ gimana sayang, kamu suka sama rumahnya?”
“ suka sekali Rei, kenapa rumahnya sangat sesuai dengan yang ada dalam diari ku?”
“ tentu saja, karena aku membangunnya sesuai dengan yang ada di diari kamu, rumah impian mu.”
karena tak sanggup mendengar lebih lanjut pembicaraan mereka, ku urungkan mengantar minuman ini, aku memilih kembali ke ruang tamu, sungguh walaupun aku selalu berkata ikhlas dalam hati, tapi kenyataannya menyaksikan langsung kemesraan mereka, sangat-sangat menyakitkan hatiku. oh Tuhan apakah aku akan sanggup menjalani ini semua? maukah mas Rei memberi sedikit saja hatinya untukku? dan bersediakah mbak Raline membagi sedikit saja cinta mas Rei untukku? apa itu mungkin? dilihat dari sikap mesra mereka tadi, sangat menunjukkan betapa mereka sangat saling mencintai. bahkan rumah ini dibangun sebagai salah satu bentuk rasa cinta mas Rei kepadanya.
lalu jika sudah begini, aku harus bagaimana?