Hanna kini kembali menjalankan cooking classnya, membuat kue serta menghiasnya ternyata cukup mampu mengalihkan segala masalah yang bersarang di fikirannya. hari ini Hanna belajar membuat kue tart dan juga menghiasnya, ia begitu tertantang akan usahanya, menghias kue membutuhkan konsentrasi penuh, memang bukan kue yang besar, sebagai pemula mereka diajarkan untuk membuat yang kecil terlebih dahulu, namun rasanya tetap sama mendebarkan, memutar otak dan keterampilan tangan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
sama seperti yang lain, Hanna juga sangat berkonsentrasi untuk menghias kuenya, ia mencoba menghias serapih dan semulus mungkin kue tart buatannya, kini kue tart bercream pink serta berhias bunga sudah terpampang indah didepannya, meski ini merupakan pertama kalinya ia menghias kue tart, namun hasil yang dibuat oleh tangannya tidaklah terlalu buruk, bahkan bisa dibilang nyaris sempurna untuk seorang pemula bagi dirinya.
kata orang memang dirinya sangat ahli dalam urusan dapur, terbukti ia bisa lulus ke tahap selanjatnya dengan cepat dari pada peserta lainnya, tak jarang dia sering mendapatkan pujian sang chef karena ketangkasan serta kecerdasannya dalam menangkap pelajaran. meskipun tergolong murid yang pandai, namun tidak membuat Hanna menjadi pongah, ia selalu belajar dari media mana saja, terlebih ia sering melihat cara-cara para sang master yang membagikan pengalaman mereka dalam sosial media, itu menjadi memudahkan bagi Hanna yang memang menyukai dunia dapur itu, bermodal hanya melihat-lihat konten tersebut, membuat Hanna selalu mengingat bahan dan juga step-step cara membuatnya, ia menghapal semua itu, seakan itu adalah sebuah pelajaran yang harus diujikan kelak.
“ wah cantik banget kamu hiasnya Naa…” Ayumi sang asistent chef memuji hasil tangan Hanna.
“ masih belum terlalu rapih kok mbak.” jawab Hanna tersipu
“ enggak kok, tangan kamu memang ajaib, selalu menghasilkan karya yang luar biasa.” puji Ayumi.
“ ih mbak Yumi terlalu berlebihan mujinya.” sanggah Hanna.
“ aku serius Naa.. kamu memang orang yang cepat tanggap dan juga berbakat.”
“ makasih pujiannya mbak, aku juga masih dalam tahap belajar kok, belom pro kayak mbak Yumi.”
“ hehehe, kamu bisa aja. abis kelas kamu mau ikut mbak jalan sama pacar mbak gak?” tawar Ayumi.
“ ih gak mau, nanti aku jadi obat nyamuk buat kalian berdua.” tolak Hanna.
Hanna memang sudah mengenal kekasih dari Ayumi, karena hanya Hanna yang dekat dengan Ayumi dalam kelas memasak ini, terkadang Hanna sering menghabiskan waktu bersama Ayumi ketika kelas telah usai, hanya sekedar ngobrol cantik di café atau tidak sesekali Ayumi meminta Hanna menemaninya ketika ia ingin membeli hadiah untuk kekasihnya itu. dari situlah ia mengenal kekasih Ayumi tersebut, Ayumi dan kekasihya sudah menganggap Hanna seperti adiknya sendiri. terlebih yang mereka ketahui Hanna merupakan gadis yatim piatu, jadi mereka merasa kasihan dengan Hanna yang diusianya yang masih sangat muda, sudah harus kehilangan orang tuanya.
“ hmmm ya sudah kalau tidak mau ya gak apa-apa. tapi beneran nih? dari pada bosen sendirian di rumah.” tawar Yumi lagi.
“ enggak mbak, aku mau rebahan, udah kangen ma kasurku” cengir Hanna tanpa dosa, memamerkan senyum indah miliknya.
“ kalau aja mbak punya adik cowok, mbak akan jodohin dia sama kamu.”
“ ya ampun mbak… aku gak mau dijodoh-jodohin” dalam hati Hanna miris menganggap karena perjodohan, hidupnya jadi begini.
“ ahaha, atau enggak nanti aku kenalin deh sama teman-teman aku atau teman-temannya David.”
David adalah nama kekasih Ayumi.
“ big noooo…” tolak Hanna
Ayumi hanya tertawa saja menimpalinya, baginya menggoda gadis selugu Hanna sangat menyenangkan.
“ teman aku ada loh yang gantengnya kaya oppa Lee Min Hoo” goda Ayumi lagi.
“ ih yang ada kalau orangnya seganteng oppa Lee Min Hoo bisa makan ati aku tiap hari.”
“ loh kenapa?” Tanya Ayumi bingung.
“ ya iya lah, nanti pasti banyak yang naksir mbak, nanti aku yang ada cemburu terus. hehehe” kekeh Hanna.
“ ya sudah, kalau tidak mau mah ya tidak apa-apa.”
“ mbak gak perlu jodoh-jodohin aku, jodoh pasti bertemu.”
“ udah kaya lagunya Afgan aja ya.”
“ ya udah mbak aku pulang dulu ya.” pamit Hanna.
“ eh kita bareng ke depannya, kebetulan David udah jemput.”
akhirnya Hanna dan Ayumi beriringan keluar dari gedung tersebut, ketika sudah sampai lobby mereka mendapati seorang pria tampan sudah menunngu sambil bersandar di pintu mobilnya.
“ selamat siang girls…” sapa sang pria.
“ siang” sapa keduanya.
Ayumi segera menghampiri kekasihnya, tak lupa ia juga bercipika-cipiki dengan kekasihnya.
“ hai anak kecil, apa kabar”
sapa David ketika melihat Hanna. Hanna hanya cemberut mendengarnya.
“ kabar baik, om tua”
“ ahahahaha” Ayumi tertawa mendengarnya.
“ eh anak kecil ngambek ya” goda David yang memang sangat senang menggoda Hanna, pasalnya Hanna seumuran dengan adiknya, dan dia sudah menganggap Hanna adiknya sendiri.
“ ih aku gak ngambek sih.”
“ udah-udah, kalian kalau ketemu pasti berantem.”
“ abis pacar mbak nyebelin”
“ saya cuma bercanda Naa, maaf ya, abis kalau melihat kamu saya jadi ingat adik saya yang ada di kampung.”
“ iya mas gak apa kok.”
“ ya sudah ayo kita jalan sayang” sambil merangkul Ayumi
“ iya, ya udah, bye Hanna….” keduanya melambai kepada Hanna ketika sudah memasuki mobil.
Hanna tersenyum melihatnya, dalam hati ia bersyukur bisa kenal dengan Ayumi dan juga David, mereka benar-benar orang yang baik, yang sudah menganggap Hanna seperti adik mereka sendiri. dalam hati Hanna berdoa agar mereka berdua selalu diberi kebahagiaan.
tak lama Hanna segera keluar dari lobby tersebut, berjalan sebentar ke depan, agar bisa naik kendaraan umum untuk sampai ke kosan Mira. namun langkahnya harus terhenti ketika sebuah mobil berhenti tepat di depannya, dan yang lebih mengejutkan lagi ketika orang tersebut keluar dari dalam mobil dan berjalan menghampirinya.
“ mas Reinald” desis Hanna pelan.
Hanna mencoba menghindar dari Reinald, ketika ia mencoba pergi, pergelangan tangannya sudah lebih dulu dipegang Reinald.
“ tolong lepaskan tanganmu dari tanganku” pinta Hanna dingin
“ Hanna, tolong maafkan sikap kasar saya, kembalilah pulang Hanna.”
Hanna berontak dalam pegangan Reinald.
“ tolong lepas mas.”
“ tidak, sebelum kamu berjanji akan ikut pulang bersama saya.”
“ aku harus pulang kemana mas? rumah itu bukan rumah saya, dan tidak akan pernah menjadi rumah saya. jadi saya harus pulang kemana?”
“ Hanna, tolong kembalilah pulang, selama ini saya mencarimu, saya khawatir dengan keadaanmu.”
“ aku baik-baik saja mas, jadi sekarang tolong lepaskan tangan mas dariku.”
“ tidak, saya tidak akan melepaskan kamu setelah saya berhasil menemukanmu.”
“ mas kita akan segera bercerai, bukankah mas sudah mendapatkan surat gugatan tersebut?”
“ saya ti..” belum selesai Reinald bicara, hp nya berdering. melihat layar, ternyata Doni sekertarisnya yang menghubunginya. sejenak Reinald mengangkat telpon tersebut, namun masih dengan tangan yang satunya memegang lengan Hanna.
“ hallo Don, ada apa?”
“ maaf pak saya mengganggu, saya ingin mengabarkan bahwa orang tua bapak saat ini sedang ada di kantor, dan mencari bapak."
“ apa?” teriak kaget Reinald
“ iya, saat ini saya menyuruh mereka duduk menunggu di ruangan bapak.”
“ oke terimakasih Doni, saya akan segera kesana. tolong layani mereka dengan baik ya.”
“ baik pak.”
panggilan terputus.
Reinald menarik lengan Hanna, dan membawanya menuju mobilnya.
“ mas lepasin.”
“ Hanna, saya mohon ikut saya, saat ini ayah dan bunda sedang ada di kantor, saya mohon Hanna.”
akhirnya dengan terpaksa Hanna ikut ke dalam mobil Reinald.
di dalam mobil tearsa hening, tidak ada yang memulai berbicara.
“ Hanna, tolong batalkan gugatanmu yang ingin bercerai.”
“ kenapa? bukankah mas tidak mencintaiku, dan mas juga tidak menginginkanku? lalu untuk apalagi kita mempertahankannya?”
“ Hanna, apa kamu tidak takut bunda akan drop mendengar kabar ini? saya tahu, saya amat sangat bersalah padamu, saya telah menyakitimu. tapi tolong beri saya satu, satu saja kesempatan lagi, saya janji saya akan memperbaiki segalanya, lagi pula surat tersebut sudah saya robek”
“ APA ? kenapa mas merobeknya? lagipula apakah janjimu kali ini bisa dipegang mas?” Tanya Hanna.
“karena saya tidak ingin kita bercerai, dan saya janji, saya akan menepati janji saya.”
“ aku ingin mas bisa adil kepadaku, dimulai dengan adil mas, jika mas memperlakukan mbak Raline dengan baik, maka mas juga harus bersikap demikian kepadaku. apa mas bisa?”
“ saya akan berusaha”
" ingat mas, lelaki itu yang dipegang janjinya."
Reinald hanya diam mendengarkan saja.
tak lama mobil yang mereka tumpangi sampai di kantor Reinald, segera mereka turun dan berjalan ke ruangan Reinald, dimana orang tua Reinald berada.
“ tolong rahasiakan dari ayah dan bunda” pinta Reinald pada Hanna sebelum mereka masuk.
cklek
ketika pintu terbuka, ayah dan bunda sedang duduk di sofa yang ada di ruangan pribadi Reinald.”
“ Hanna, bunda kangen sayang” ucap bunda segera bangun ketika melihat Reinald dan juga Hanna masuk. segera bunda memeluk Hanna erat.
“ Hanna juga kangen bunda.” jawab Hanna, sambil membalas pelukan bunda.
“ gimana bulan madu kalian? apa kalian menikmatinya?” Tanya bunda, pertanyaan yang membuat ngilu hati Hanna.
“ Hanna senang bunda, dapat melihat view menara Eiffel langsung dari kamar, sangat cantik ketika malam hari.” jawab Hanna sekenanya.
“ kalian ini dari mana?” Tanya bunda lagi, yang baru menyadari kedatangan keduanya, pasalnya ini masih jam kantor. bunda fikir Hanna ada di rumah.
“ aku abis jemput Hanna dari cooking classnya bunda.” jawab Reinald.
Reinald dan Hanna menyalami keduanya.
“ oh ya, hari ini kamu buat apa sayang?” Tanya bunda antusias.
“ Hanna buat kue tart bunda, bunda mau coba? ini kuenya?” sambil memberi bingkisan yang ia bawa sedari tadi.
Hanna membuka bingkisan tersebut diatas meja, ketika bingkisan tersebut terbuka bunda berbinar menatap kue buatan Hanna, pasalnya kue tersebut sangat cantik.
“ ini cantik banget sayang… pinter banget kamu menghias kue.” puji bunda
“ terimakasih bunda.”
sekarang semuanya sedang menyantap kue buatan Hanna, setelah tadi seorang OB membawa piring kecil dan juga sendok yang diminta Reinald.
“ enak” puji ayah Bagas
“ kamu sangat berbakat sayang, kamu mau ayah buatkan toko kue?” tawar ayah Bagas.
“ eh, tidak ayah, saat ini Hanna masih belum berani untuk menjualnya, Hanna masih mau mencoba mempelajari jenis-jenis yang lain.”
“ ya sudah, kamu matangkan lagi bakat kamu, nanti kalau sudah siap, ayah yang akan buatkan toko kuenya.”
“ terimakasih ayah.”
dalam hati Hanna merasa sangat miris, bagaimana seandainya jika ayah dan juga bunda mengetahui masalah yang menimpa dirinya. akankah ia tidak bisa merasakan kasih sayang ayah dan juga bunda lagi?
“oh iya ayah dan bunda mau menginap di rumah?” tawar Reinald, pasalnya ia juga sedikit khawatir jika sampai ayah dan bundanya menginap di rumah, bagaimana jika sampai mereka mengetahui keberadaan Raline.
“ tidak, setelah ini ayah dan bunda akan ke bandara, ayah ingin menamani bunda untuk menjalankan operasi jantungnya di Singapur. ayah harap setelah ini jantung bunda kalian jauh lebih baik lagi.”
“ bunda dan ayah akan berapa lama disana?” Tanya Hanna
“ mungkin sebulan atau lebih, tergantung nanti pasca operasinya, mengingat serangakaian perawan nya lumayan banyak.”
“lalu Dika dan Dini bagaimana?” tanyanya lagi, yang khawatir mengingat adik iparnya yang masih kecil ditinggal pergi dalam jangka waktu yang lama.
“ ada tantemu, adik ayah Bagas yang menemani.” jawab bunda
“ ya sudah, kami pamit ya, dua jam lagi kami harus segera terbang.” pamit ayah
“ hati-hati ayah, bunda, jika sudah sampai segera kabari Reinald ya.”
sedangkan bunda masih memeluk Hanna, rasanya ia enggan berpisah dengan menantu yang sudah ia anggap anak sendiri, entah ia merasa pelukan kali ini terasa beda, seakan ia tidak bisa memeluknya lagi.
“ semoga operasinya berhasil ya bun, Hanna selalu berdoa untuk kesehatan bunda.”
“ kamu juga hati-hati ya, semoga kamu selalu bahagia nak.” doa bunda, tak terasa air mata bunda menetes.
Hanna juga terharu mendengar doa bunda tersebut.
“ iya bunda terimaksih.” jawab Hanna berusaha agar tidak menangis.
kemudian mereka mengantar ayah dan bunda sampai lobby kantor. setelah mereka pergi Hanna pun bermaksud untuk pergi, namun Reinald menahannya.
“ kamu mau kemana.” tanyanya.
“ pulang” jawab Hanna.
“ ayo saya yang akan antar kamu pulang.”
“ tidak perlu mas, aku akan pulang ke kosan saja.” tolak Hanna.
“ kamu sudah berjanji mau memberi saya kesempatan lagi Hanna, lalu mengapa kamu pulang ke kosan?” geram Reinald
“ tapi barang-barangku ada disana, lagi pula aku harus pamitan pada temanku.”
“ ya sudah saya antar.”
“ enggak mas”
“ jangan membantah Hanna.” Reinald tidak mau jika sampai Hanna kabur lagi.
“ iya.” cicit Hanna, ketika melihat wajah dingin suaminya.
kini mereka kembali bersama, entah apa yang akan terjadi kedepannya, dalam hati Hanna berdoa, semoga kali ini, benar suaminya akan berubah.
“ semoga kali ini kamu dapat menepati janjimu mas. jika tidak, tidak tahu aku harus bagaimana lagi.” gumam Hanna.