MENGHILANG

1390 Kata
    sudah sejak seminggu setelah kejadian itu, Hanna memutuskan pergi dari suami dan juga madunya. membuat Reinald pusing bukan main, ia takut terjadi Sesutu pada Hanna, apalagi jika sampai keluarga, terutama bundanya tahu bahwa Hanna pergi meninggalkan dirinya. bahkan Raline juga turut serta memborbardir dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang ia pun bingung menjawabnya.     mereka kini sudah kembali ke rumah. namun sampai saat ini mereka belum mengetahui keberadaan Hanna. bahkan hp nya pun tidak aktif. malamnya setelah kejadian itu, Reinald dan Raline menghampiri kamar hotel Hanna, bermaksud untuk mengajaknya makan malam.  namun yang mereka dapati kamar itu telah kosong, mereka dibuat panik dengan menghilangnya Hanna, ketika mereka menghampiri resepsionis, sang resepsionis menjawab bahwa penghuni kamar tersebut telah check out pada pukul 10 pagi waktu setempat.     Reinald yang merasa bersalah langsung saja mencoba menghubungi Gritte, sang pemandu Hanna selama disini, menanyakan apakah Hanna bersamanya atau tidak. namun jawaban yang diberikan membuat hatinya dilanda gelisah. Raline yang mendapati Hanna pergi tanpa pesan pun dibuat panik, ia benar-benar takut hal buruk terjadi pada Hanna.     ingin melapor atas orang hilang, namun Hanna pergi belum sampai 24 jam. pada akhirnya Reinald meminta tolong salah satu temannya yang ahli IT untuk mencari daftar penumpang atas nama Hanna pada penerbangan pagi tadi. lalu selang beberapa jam, sang teman mendapatkan informasi tentang Hanna, yang ternyata telah melakukan penerbangan Rute Paris-Jakarta. mereka cukup tenang ternyata Hanna kembali ke Indonesia.     namun ketika mereka menyusulnya, dan ketika mereka telah sampai di rumahnya, mereka harus menelan kekecewaan, mendapati ternyata Hanna tidak balik ke rumah. keadaan rumah sama seperti saat mereka berangkat, Reinald juga mengecek CCTV untuk melihat apakah Hanna pulang atau tidak, dan ternyata Hanna sama sekali tidak menginjakkan kakinya ke rumah ini.     entah apa yang harus Reinald lakukan sekarang, ia juga sudah menyuruh orang mengecek ke panti asuhan di Bandung, tempat Hanna tinggal. namun orang suruhannya mengatakkan bahwa Hanna sama sekali tidak ada disana. ia tidak tahu, bahwa efek yang ia lakukan ternyata sangat fatal, menyebabkan Hanna pergi tanpa meninggalkan pesan apapun. terlebih bunda menanyakan kabarnya dan juga Hanna, dan lagi, bunda juga menyuruhnya pulang, karena bunda merindukan Reinald dan juga Hanna. Reinald terpaksa berbohong dan beralasan bahwa ia sedang sangat sibuk kali ini, dan belum bisa pergi ke Bandung, dan juga Hanna sedang sibuk karena kelas memasaknya yang tertinggal karena kepergiannya ke Paris kemarin. dan lagi ia dibuat pusing tatkala bunda yang menawarkan diri agar beliau yang ke Jakarta, namun Reinald menolak dengan tegas, beralasan bahwa kesehatan bunda belum pulih total, ia tidak mau jika sampai bunda kelelahan hanya karena mendatanginya ke Jakarta, dan ia berjanji ia yang akan kesana bersama Hanna untuk menjenguk bunda. “ Rei, jujur sama aku, apa yang sebenarnya terjadi sebelum Hanna menghilang?” “ tidak ada yang terjadi sayang.” “ jangan bohong Rei, gak mungkin Hanna pergi gitu aja meninggalkan kita, tanpa pesan apapun.” “ apa yang harus aku katakkan? memang tidak ada yang terjadi.” “ Rei…” belum sempat Raline melanjutkan ucapannya, seseorang datang mengetuk pintu rumah. tok..tok..tok ketika Raline membuka pintu, ia mendapatkan seorang kurir. mungkin ingin mengantar barang fikirnya. “ selamat sore mbak, maaf saya ingin mengantar berkas untuk saudara Reinald Pratama Hadiantara.” Raline mengambil berkas tersebut. “ silahkan tanda tangan disini mbak” pinta sang kurir “ terimakasih” “ sama-sama mbak” jawab sang kurir. setelahnya Raline masuk kembali ke dalam. “ siapa sayang?” Tanya Reinald “ kurir antar paket untuk kamu.” “ apa isinya?” “ entah, coba kamu buka” pinta Raline kerika membuka bungkusan tersebut, betapa kagetnya Reinald mendapati surat dari pengadilan Agama. ternyata surat tersebut merupakan surat gugatan cerai Hanna kepadanya, ia tidak menyangka bahwa Hanna akan benar-benar merealisasikan perkataannya. reflek ia menjatuhkan surat tersebut, lalu Raline segera mengambilnya, ia juga sama terkejut dengan Reinald tatkala membacanya. “ Rei, apa ini?”     Reinald hanya menggeleng saja, ia masih shock mendapat surat tersebut. jika ia bercerai apa yang harus ia katakkan pada bundanya, bundanya pasti amat sangat kecewa padanya, terlebih ia takut akan mempengaruhi kesehatan bundanya. “ Rei, tolong jelaskan padaku sejujurnya, apa yang sudah terjadi diantara kalian? apa yang kamu lakukan padanya? apa kamu memperlakukan buruk Hanna? apa terjadi Sesuatu saat aku menginap di apartement Indy?” “ aku tidak melakukan apapun terhadapnya Raline.” Reinald masih berusaha mengelak, ia tidak ingin sampai Raline tahu apa yang sudah terjadi saat itu. “ lalu mengapa Hanna bisa menggugatmu Rei, sebelumnya ia menghilang, pergi dari hotel secara mendadak, lalu menghilang selama seminggu ini, kemudian ia menggugat cerai kamu.” Reinald hanya diam saja. “ Rei, apa yang akan terjadi jika sampai orang tuamu dan keluargamu tahu tentang semua ini Rei? tolong, tolong temukan Hanna, dan urungkan niatnya untuk bercerai, jika sampai ini terjadi, dan bundamu mengetahuinya, aku tidak tahu harus apa, aku tidak akan sanggup menanggung kebencian dari bundamu Rei. apalagi jika beliau tahu bahwa kita menikah, seminggu setelah kamu menikahi Hanna.” Raline menangis mengingatnya, ia takut menghadapi bunda dan juga keluarga Reinald. “ aku benar-benar gak nyangka kamu akan melakukan ini Hanna.” gumam Reinald     di tempat lain, di sudut kecil kota Jakarta, seorang wanita termenung sedih. sudah seminggu sejak kejadian yang menghancurkan harga dirinya, ia sama sekali belum bisa melupakannya, penolakan, hinaan, cacian dan bahkan perlakuan kasar yang ia dapati dari suaminya, masih terekam jelas diingatannya, membuatnya selalu menitikkan air mata ketika mengingatnya. Flashback     ketika Reinald meninggalkannya seorang diri ketika sudah berhasil meminumkan pil pencegah kehamilan tersebut pada dirinya, Hanna bergegas membereskan semua barang-barangnya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, tujuannya hanya satu, ia harus segera pergi menjauh dari suaminya. masih sambil terus menangis, ia membereskan barang-barang bawaannya. tak lupa ia mengganti bathrobe yang ia pakai dengan bajunya.     setelahnya ia mengambil hp nya dan mengecek sesuatu, tatkala ia suah menemukan apa yang ia cari, ia bergegas pergi dari kamar itu, kamar yang sudah menorehkan luka yang sangat dalam pada dirinya. berjalan menuju resepsionis dan mengatakkan bahwa ia akan keluar hari ini, padahal ia masih memiliki waktu 2 malam ke depan, namun rasanya semenit di kamar itu sama dengan setahun lamanya. ia tidak sanggup.     setelah check out, ia segera berjalan menuju lobby, sambil masih sesekali air matanya turun, ia menggeret kopernya sampai dimana taxy tersedia, tidak ingin membuang waktu ia langsung menaiki taxy tersebut dan mengatakkan tujuannya.     bandara, hanya satu tujuannya saat itu, mencoba berusaha lari dari suaminya, ia tidak ingin melihat suaminya lagi. beruntung masih ada jadwal keberangkatan ke Jakarta 1 jam lagi, jadi tanpa pikir panjang ia memutuskan untuk kembali lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan. ia ingin menghindari rasa sesak yang ia rasakan, ia marah, ia kecewa diperlakukan demikan buruk oleh suaminya. ia juga sudah menonaktifkan hp nya, untuk saat ini ia benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun, terutama oleh Reinald, suaminya.     ketika sudah sampai di Jakarta pun ia enggan untuk balik ke rumah yang ia tinggali beberapa bulan ini bersama suami dan juga madunya, ia memutuskan untuk menginap sehari di hotel yang jauh dari kediaman suaminya, namun tatkala ia keluar untuk mencari makan, ia bertemu dengan Mira, sahabatnya yang bekerja di perusahaan ayah Bagas.     pada Mira, ia memang menceritakan segala yang terjadi, meskipun kini mereka jarang bertemu, namun Hanna hanya mengatakkan bahwa ia sudah merasa lelah dan juga tidak sanggup menjalani kehidupan rumah tangganya. tanpa mengatakkan apa yang terjadi di Paris kala itu. Mira yang memang dekat dengan Hanna itu, mempersilahkan Hanna untuk tinggal bersamanya di kosan gadis itu. jadi disinilah ia, di kosan milik Mira, sahabatnya.     pada hari ke 5 ia menghilang, ia sudah memutuskan untuk menggugat cerai suaminya tersebut, berbekal dari informasi yang ia cari sendiri. jadilah ia dan juga diantar Mira, mendatangi kantor urusan agama memutuskan untuk menggugat cerai suaminya. awalnya Mira berusaha membujuk niat Hanna untuk bercerai, ia meminta Hanna agar berusaha sekali lagi untuk mengambil hati suaminya. namun Hanna mengatakkan bahwa ia dengar ketika suami dan juga madunya berbicara, dengan lantang suaminya berkata tidak akan mencintai wanita selain madunya itu, jadi saat ini ia menyerah, Hanna juga mengatakkan bahwa ia akan berpisah secara baik-baik, dan ia tidak ingin menjadi duri dalam cinta Reinald dan juga madunya. karena sejatinya cinta memang tidak bisa dipaksakan, jadilah biar ia yang mundur, kata Hanna. alhasil Mira hanya bisa mensupport sahabatnya itu, Mira juga mengerti, bahwa memang tak mudah untuk berjuang sendirian, Mira hanya berharap agar hidup Hanna lebih baik kedepannya. “ aku harap apa yang aku lakukan kali ini benar,” gumam Hanna dalam hati.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN