“ saya terima nikah dan kawinnya Raline Sekar Pratami binti almarhum Setya Aji dengan mas kawin tersebut dibayar tunai”
“ SAHH”
“ selamat kalian berdua sekarang telah resmi menjadi suami istri yang sah secara agama dan Negara, silahkan di tanda tangani terlebih dahulu buku nikahnya”
setelah menanda tangani buku nikah kami, aku memasangkan cincin pernikahan ke jari manis Raline, yang sekarang sudah sah menjadi istriku, tak lupa ia juga memasangkan cincin di jariku, cincin pernikahanku dengan Hanna sudah terlebih dahulu aku lepas dan aku simpan, aku sudah memutuskan untuk memakai cincin kawin ku dengan Raline, dan menyimpan cincin kawinku dengan Hanna, setelah memasang cincin, tak lupa ku cium keningnya, bila bersama Hanna hanya sebuah formalitas, berbeda dengan Raline, ku cium keningnya dengan segala kasih sayang dan cinta didalamnya.
akhirnya setelah menerpa badai masalah yang menimpa kami, kami dapat bersama lagi dengan status yang tentunya lebih melekatkan kami dari pada yang kemarin, aku selalu berharap tidak akan ada lagi perpisahan diantara kami, jika pun harus berpisah harus karena maut yang memisahkan. sudah, setelah ini aku tidak memerlukan apapun lagi, aku hanya perlu Raline ada disisiku.
pernikahan ini hanya diketahui oleh kami bertiga, ya aku, Raline dan juga Hanna istri pertamaku, aku belum mempublikasikannya, aku masih merahasiakan pernikahan ini dari keluargaku, kerabat bahkan teman-teman kami, biarlah seperti ini terlebih dahulu, jika sudah tepat mungkin aku akan mengabari teman-teman dekatku dan juga Raline saja,bahkan teman-temanku juga belum mengetahui pernikahanku dengan Hanna, karena memang aku yang sengaja merahasiakannya, aku hanya ingin teman-temanku mengetahui bahwa aku hanya menikah dengan Raline, kekasih hatiku.
tentang Hanna, ia sudah mengizinkan aku untuk menikah, aku tahu ia sangat terpaksa, namun karena aku menjelaskannya dan juga memohon kepadanya, serta berjanji bersikap adil padanya, akhirnya ia menerimanya, bahkan ia mengurungkan niaNnyat untuk meminta cerai.
flashback
“ tolong ceraikan aku terlebih dahulu.”
Reinald POV
mendengar permintaan Hanna sangat membuat ku terkejut, aku tidak menyangka ia akan meminta hal tersebut, bagaimana bisa aku menceraikannya, jika sampai bunda tahu apa yang harus ku katakkan, tidak, aku tidak akan menerima permintaannya. aku tidak ingin mengejutkan bunda dan membuatnya drop lagi, bagi bunda Hanna adalah anak kesayangannya.
tidak untuk saat ini, saat ini keadaan bunda belum stabil, bunda masih sering drop ketika kelelahan atau sedang memikirkan sesuatu yang berat, aku tidak mau sampai bunda kenapa-napa jika aku bercerai dengan Hanna, terdengar egosi memang, tapi untuk sementara waktu biarlah seperti ini.
“ Hanna apa yang kamu katakkan, aku tidak akan menceraikanmu.”
“ kenapa mas tidak ingin bercerai? bukankah mas akan menikahi wanita yang mas cintai? lalu untuk apa kita masih mempertahankan pernikahan ini mas?”
“ Hanna, tolong dengarkan penjelasan saya dahulu.”
“ tidak ada yang perlu dijelaskan mas, biar aku yang mundur dari pernikahan ini. dan setelahnya mas bisa menikahi dia”
Hanna bangun dari duduknya, ketika ia hendak melangkah pergi, Reinald langsung menahan tangannya. sambil berlutut disisi Hanna ia pun berucap.
“ Hanna, saya mohon tolong dengarkan penjelasan saya dahulu, apa kamu mau membuat bunda drop lagi dengan mendengar kabar kalau kita akan bercerai? saya mohon Hanna, dengarkan saya dahulu. saya tahu Naa, apa yang saya lakukan sudah sangat menyakitimu, saya benar-benar tidak ada niat melakukkan itu, tapi itu sudah terjadi begitu saja Naa.”
diam, tidak ada sepatah kata pun yang terucap dari bibir Hanna.
“ bahkan awalnya ia menolak untuk saya nikahi Naa, karena ia merasa sangat jahat telah menyakiti hati kamu, ia bersikeras tidak mau menikah dengan saya karena ia sangat menghargai kamu Naa, ia benar-benar takut menghancurkan pernikahan ini Naa, walaupun kenyataannya kami telah sama-sama menyakitimu.”
“ Hanna, saya hanya takut apa yang sudah kami lakukkan membuahkan hasil dikemudian hari, saya hanya tidak ingin jika ia hamil tanpa ada suami disisinya, saya juga tidak ingin jika anak saya dilahirkan tanpa ada ayahnya, saya tidak sanggup jika sampai itu terjadi lalu orang-orang akan mencemooh juga berbicara buruk tentang mereka Naa, saya memang berdosa Naa, tapi saya bukan lelaki baajingan yang sudah merenggut mahkota perempuan lalu saya tinggalkan begitu saja.”
masih sambil menggenggam tangan Hanna, ku ucapkan segala yang ada di fikiranku, namun Hanna hanya diam, hanya air mata sebagai responnya.
“ Naa, tolong izinkan saya menikahinya sebagai bentuk pertanggung jawaban saya Naa, dan saya mohon jangan mengucapkan kata cerai Naa, saya akan berusaha bersikap adil pada kalian, tapi untuk itu saya mohon Naa izinkan kami menikah.”
“ bukankah saya dan kamu sama-sama menyayangi bunda? pernikahan kita adalah keinginan bunda, bagaimana mungkin kita berpisah Naa, apa kamu tidak memikirkan kesehatan bunda, bukankah kamu tahu akhir-akhir ini kesehatan bunda sering menurun? apa jadinya jika bunda tahu jika kita akan berpisah, saya mohon Naa, saya benar-benar memohon kepadamu, anggap saja kita sama-sama menjalankan keinginan bunda, semuanya demi bunda Naa, tidak bisakah kamu melakukan itu demi bunda?”
“lalu bagaimana pernikahanmu dengan dia mas? apa mas akan mengatakkannya pada keluarga?”
“tidak, untuk sementara waktu biar hanya kita yang mengetahuinya, tolong kamu jangan mengatakkannya kepada siapapun dahulu, saya mohon Naa, tolong bantu saya untuk kali ini saja, saya berjanji akan memperlakukkan kalian dengan adil, saya tidak akan membedakan kalian, saya janji.”
Hanna hanya mengangguk sebagai jawaban.
“ terimakasih, terimakasih, terimakasih Hanna.”
ku ucapkan kata terimakasih kepada Hanna, smabil ku ciumi kedua tangannya yang ku genggam.
“ oh iya, nanti ia akan tinggal disini, saya harap kamu bisa menerimanya.”
“ iya mas tentu saja, rumah ini milik mas, mas tentu saja bebas melakukkan apapun”
setelahnya Hanna pergi meninggalkanku seorang diri, aku tahu ia sedang kecewa, tapi aku sudah tidak bisa mundur lagi, pernikahanku dengan Raline adalah keinginan terbesarku.
flashback end
setelah sesi tanda tangan dan juga saling memasangkan cincin, kami dipersilahkan berfoto, tentu saja sesi foto kali ini terlihat sangat bahagia, tidak ada beban dihati kami. setelah melihat hasil photo pernikahan kami, dan menyuruh sang photographer mengedit serta mencetak photo pernikahan kami, kami melanjutkan perjalanan kami ke apartementku yang sudah aku hias secantik mungkin untuk berehat sejenak dan tentu saja memadu kasih.
" kamu capek yang?" tanyaku ke Raline
" sedikit"
" mau aku pijitin?" tanyaku seraya menggodanya.
" ish apa sih Rei."
lihat, wajahnya tersipu malu.
" kenapa harus malu sayang, sekarang kita sudah sah, resmi menjadi suami istri."
" siapa yang malu? biasa aja sich. wlee"
" ahaha... kamu semakin cantik kalo lagi malu-malu."
" gombal"
" aku serius sayang"
"ah udah ah, jangan godain aku terus"
" ya enggak apa-apa dong, godain istri sendiri gak dosa,malah berpahala."
seketika wajahnya terlihat sendu.
" kenapa jadi murung sayang? "
" hmm Hanna bagaimana?"
" dia baik-baik saja, besok kita pindah ke rumah ya, aku kenalin kamu sama dia."
" Rei, apa kita gak terlalu jahat sama dia?"
" syut..dia mengerti keadaan kita sayang, sudah jangan menangis, bukankah hari ini hari yang sangat membahagiakan buat kita?"
" aku hanya merasa tidak enak aja ma dia Rei."
" its ok, sayang, semua akan baik-baik saja."
setelah sampai apartement dan keluar dari lift, langsung saja ku gendong Raline ala bridal, ia menjerit karena terkejut.
" Rei, ih lepasin, malu tau."
" no,no,no. ayo cepat sayang buka pintunya."
setelah sampai kamar aku meletakkanya dengan perlahan, ia memandang takjub dekorasi kamar pengantin kami.
" Rei, ini indah banget."
" tentu saja, ini semua buat kamu."
" terimakasih ya sayang."
" ini semua gak gratis sayang."
" ih kok gitu? jadi kamu gak ikhlas? kamu mau minta dibayar berapa?"
dengan muka yang cemberut ia berkata demikian, sungguh tingkah Raline yang sangat manja kepadaku, membuatku merasa menjadi pria yang beruntung, karena biasanya ia tipikal orang yang sangat dewasa, dan tidak kekanakkan.
" aku mau minta kamu bayar pakai... ini."
setelahnya ku tarik dagunya dengan perlahan, lalu ku lumat dan ku kulum bibir atas dan bawah milik Raline dengan lembut, dengan mata terpejam Raline membalas ciuman ku, seolah meresapi dan menikmati apa yang tengah terjadi. lalu setelahnya kami melakukkan apa yang biasanya dilakukkan oleh pengantin baru.