AMARAH REINALD

1420 Kata
    dinginnya malam berlalu dengan cepat, digantikan dengan hangatnya mentari pagi. namun itu tidak mengganggu nyenyaknya sepasang suami istri yang masih asyik terlelap dalam tidurnya. pagi ini keduanya merasakan tidur yang berbeda, terasa lebih nyenyak dan juga terasa lebih menghangatkan. tertidur dengan masih saling mendekap, seakan enggan melepas dekapan satu sama lain, menghadirkan mimpi indah pada keduanya. namun alam mimpi hanyalah mimpi, berbeda sangat jauh dengan alam nyata.     perlahan netra hitam pekat milik gadis, ah ralat, wanita cantik itu terbuka secara sempurna, senyum indah menghiasi wajahnya. ia merasa amat sangat bahagia, pasalnya, hal ini yang selalu ia mimpikan, terbangun di pagi hari dalam dekapan hangat milik suaminya.     mengamati sebentar wajah tampan suaminya yang masih asyik terlelap dalam tidurnya, bahkan dalam keadaan tidur pun, wajahnya masih terlihat amat tampan. setelahnya ia bergegas ke kamar mandi, untuk membersihkan diri dari sisa-sisa percintaan semalam? apakah itu bisa disebut percintaan? apakah sudah ada cinta dihati suaminya untuk dirinya? ah, semoga saja.     ia sedikit merintih tatkala merasakan perih di pangkal pahanya, bagaimana tidak? sang suami menggempur habis dirinya malam tadi. mengingat itu, membuat pipinya bersemu merah. tak ingin membuat suaminya terganggu dari tidurnya, ia langsung berlari ke dalam kamar mandi, pasalnya selimutnya tengah digunakan oleh suaminya.     selang berapa menit, netra coklat milik Reinald terbuka, menandakan sang empunya sudah terbangun dari tidurnya. ia meringis, karena merasa pusing, ia pun duduk perlahan sambil memegangi kepalanya, ia bingung pasalnya, ia merasa ini bukan kamarnya, dan lebih terkejut ia mendapati dirinya bertelanjang dad4, mencoba menolak apa yang ia fikirkan, ia segera membuka selimut tersebut. dan betapa terkejutnya ia mendapati dirinya polos, tanpa adanya sehelai benang pun menutupi tubuhnya.     ia mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, dengan gemetar ia membuka seluruh selimut, dan lagi, ia terkejut tatkala mendapatkan noda bercak darah ada di kasur yang ia tiduri. dengan cepat ia bangkit dari kasur dan menyambar pakaiaannya yang berserakan di lantai. ia memasang kembali pakaiannya, ia masih mencoba mengingat-ingat, apakah yang sudah terjadi padanya. mengapa ia bisa terbangun dengan kondisi seperti ini, semakin ia mencoba mengingatnya, maka semakin sakit kepalanya. “ AHH SIAL, apa yang sudah aku lakukan?” makinya pada diri sendiri.     ia yakin dengan apa yang terjadi semalam pada dirinya, ia bukanlah anak kecil yang tidak bisa menerka apa yang sudah dilakukannya semalam, semuanya suah jelas, bahwa ia semalam melakukan hubungan badan dengan seseorang. ia menyesal telah meminum cairan haram tersebut. bagaimana dia harus mengatakkannya pada Raline, wanita tercintanya.     ia tahu semalam pasti ia bukan melakukan dengan Raline, pasalnya istrinya tersebut sedang berada di apartement sahabatnya sejak semalam. dan lagi noda darah yang ada di sprai tersebut meunjukkan bahwa ia sedang bercinta dengan perawan. ia mencoba mengingat siapa wanita yang bersamanya. setelah ia mengingatnya dengan samar ia menolaknya. “ tidak, tidak, ini tidak mungkin” sambil menggelengkan kepalanya, ia mencoba menyangkal apa yang ada di fikirannya.     tak lama suara pintu kamar mandi terbuka, menghadirkan seorang wanita cantik yang hanya terbungkus bathrobe di tubuhnya, dan juga rambut panjang miliknya yang masih setengah basah. wanita itu tersenyum melihat sang pria, menampilkan senyum menawan serta senyum malu di bibirnya. malu, karena apa yang telah mereka lalui malam tadi. “ mas sudah bangun?” tanyanya dengan lembut. senyumnya masih senantiasa menghiasi wajahnya.     namun tidak ada balasan dari sang pria. sang pria hanya masih terdiam sambil memegang kepalnya yang masih berdenyut pusing, pusing karena sisa mabuk semalam, dan juga pusing mengetahui fakta bahwa ia sudah melakukan hubungan badan dengan istri kecilnya. setelah merasa reda dari rasa pusingnya ia menatap tajam istri kecilnya tersebut. “ apa yang sudah kamu lakukan padaku?” tuduhnya penuh intimidasi kepada sang wanita. “ apa maksud mas?” Tanya sang wanita bingung. “ apa yang sudah kamu lakukan kepada saya semalam ketika saya sedang mabuk?” tanyanya lagi. “ aku gak paham, dengan maksud perkataan mas.” “ JANGAN PURA-PURA BODOH HANNA.” makinya, membuat sang wanita terkejut bukan main mendapatkan hal demikian. “ a..apa maskud mas Rei, aku benar-benar tidak paham.” tanyanya dengan gugup, ia mencoba mendekat kepada suaminya. “ cukup! jangan mendekat!” “ kenapa mas?” Tanyanya lagi. “ apa kamu mencoba mengambil keuntungan saat saya mabuk?” “ enggak mas” “ JANGAN BOHONG HANNA!” Hanna hanya menggeleng sambil menangis, ia tidak menyangka suaminya akan memarahinya. “ apa karena saya tidak ingin menyentuhmu saat saya sadar, lalu kamu mengambil kesempatan saat saya mabuk? licik sekali kamu.” “ enggak mas, hiks.. kamu salah paham, mas yang mendatangi kamarku semalam.” “ lalu jika kamu sudah tahu saya mabuk, kenapa kamu tidak mengantarkan saya kembali ke kamar saya, HAH?” “ a..aku sudah mencoba ingin mengantar mas ke kamar mas, ta..tapi aku menerima pesan dari mbak Raline, ia mengatakkan bahwa ia malam tadi menginap di tempat sahabatnya. hiks.. aku mencari kunci kamar sebelah di mantel mas, tapi tidak ada.” “ jadi karena itu, kamu memanfaatkan ketidak berdayaanku? kamu mengambil kesempatan agar kita melakukannya begitu?” Hanna hanya menggeleng sambil masih tetap menangis. “ m..mas aku sudah berusaha agar mas tidak melakukannya, tapi mas yang memaksa untuk melakukannya.” “ apa kamu tahu mengapa sampai saat ini saya tidak pernah mau menyentuhmu? ITU KARENA SAYA SANGAT MENCINTAI RALINE, SAYA TIDAK INGIN DIA TERLUKA JIKA SAYA MENYENTUH PEREMPUAN LAIN, MESKIPUN PEREMPUAN ITU ISTRI SAYA YANG LAINNYA.”     setelah mengatakkan itu, ia pergi begitu saja meninggalkan Hanna sendirian di kamarnya, ia membanting pintu dengan keras, entah mengapa saat mengatakkan itu, ada perasaan yang janggal dihatinya, seakan ia tidak terima dengan apa yang dia katakkan tadi. namun lagi, ia menyangsikan perasaannya sendiri.     kini tinggallah Hanna seorang diri di kamar tersebut, Hanna terduduk diatas lantai, menangisi penderitannnya. ia tidak menyangka akan dituduh sedemikan mungkin oleh suaminya sendiri. apa yang salah dari dirinya, bukankah semalam suaminya sendiri yang mendatanginya.     ia kira semua akan membaik pagi harinya, setelah semalam mereka menghabiskan malam panas bersama, namun nyatanya bagai dihempas setelah di terbangkan setinggi awang. untuk sekian kalinya, suaminya menyakiti perasaanya, namun kali ini menyakiti dengan amat sangat menyakitkan dengan tuduhan tersebut. setelah sekitar sepuluh menit berlalu, pintu terbuka dengan sangat kasar. sang suami datang kembali dari perginya, tak banyak bicara ia langsung melemparkan suatu bungkusan ke Hanna. “ segeralah minumnya” perintahnya. “ apa ini mas.” tanyanya sambil melihat bungkusan tersebut. “ minum saja, tidak perlu banyak bertanya Hanna.” “ ini apa mas? mas memberiku obat apa?” “ itu obat pencegah kehamilan” bagai disambar petir, lagi, Hanna harus merasakan pedih atas perkataan suaminya, mengapa sang suami memberinya pil pencegah kehamilan? “ kenapa mas memberiku ini?” tanyanya “ karena saya tidak ingin jika sampai kamu mengandung anak saya, lagi pula apa yang kita lakukan semalam adalah sebuah kesalahan.” ucapnya dengan dingin dan tak berperasaan. lagi, entah untuk keberapa kalinya suaminya menyakiti hatinya, tak terasa air mata kembali mengaliri pipinya. “ mengapa mas sejahat itu kepadaku?” Tanya Hanna dengan lirih “ jika memang mas tidak menginginkan aku, cukup dengan mas menceraikan aku, tidak perlu menghinaku seperti ini.” Hanna masih menangis, ia tidak menyangka sang suami akan sekejam ini padanya. “ tidak perlu banyak bicara, lakukan saja apa yang saya perintahkan Hanna.” “ aku tidak mau” tolak Hanna tegas. “ kamu harus meminumnya Hanna.” perintah Reinald dengan tegas. “ kenapa mas? jika memang mas tidak menginginkan aku hamil, MAKA BIARKAN AKU YANG MEMBESARKAN ANAKKU SENDIRI, DAN MAS CUKUP MENCERAIKANKU SAJA.” teriak Hanna penuh murka. “ TAPI SAYA TIDAK MAU, JIKA SAMPAI KAMU MENGANDUNG ANAKKU HANNA!” Reinald membalas penuh penekanan. “ jangan membuang waktu saya Hanna, sekarang minumlah.” Reinald bergegas menghampiri Hanna, sambil ia membawa segelas air yang ada di nakas . “ aku tidak mau mas” tolak Hanna tegas sambil menggelengkan kepalanya. Reinald yang sedang diliputi amarah tersebut segera membuka pil tersebut dan langsung meminumkannya kepada Hanna. ia membuka paksa mulut Hanna dan segera memasukkan pil tersebut dan meminumkan air kepada Hanna. Hanna hanya bisa menangis mendapati perlakuan kasar dari suaminya, ia tidak menyangka suaminya dapat bertindak kasar terhadapnya. setelah berhasil meminumkan pil tersebut kedalam mulutnya, Hanna segera mengambil alih gelas tersebut dan langsung melemparnya asal, sehingga membuat pecah gelas tersebut. lalu setelahnya:  PLAK Hanna menampar suaminya. “ MAS KETERLALUAN!” caci Hanna kepada suaminya. “ aku akan segera mengurus surat perceraian kita.” ucap Hanna lagi. “ jangan pernah coba-coba Hanna, bukannnya saya ingin mempertahankan mu, saya hanya memikirkan kesehatan bunda.” lalu setelahnya Reinald meninggalkan Hanna seorang diri di kamar itu. dalam hati Reinald juga menyanyangkan tindakkannya tersebut. “ maafkan aku Hanna, tolong maafkan aku.” gumam Reinald dalam hati, tak terasa air mata juga membasahi pipinya.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN