WARNING MENGANDUNG ADEGAN 21+
“ I love you, I really really love you”
entah sadar atau tidak Reinald mengatakkannya, masih terus memerangkap Hanna dalam pelukkannya, tak ingin terbuai, Hanna mencoba melepaskan dekapan Reinald.
“ mas kamu mabuk, a..aku panggilin mbak Raline sebentar ya. ayo mas rebahan dulu di kasur.”
tidak menolak perintah Hanna, Reinald menuruti semua yang dilakukan Hanna kepadanya, karena pengaruh alcohol, dia tidak menyadari dengan apa yang terjadi.
setelah memastikan Reinald aman di kasur miliknya, Hanna segera menuju kamar sebelah, ia ingin mencari madunya dan mengatakkan kondisi suaminya. namun belum sampai ia mencapai pintu, suara dering pesan masuk ke dalam handphone nya, dan ternyata madunya yang mengirim pesan, dan mengatakkan bahwa ia malam ini berada di apartement sahabatnya, dan akan menginap disana, tak lupa ia juga mengatakkan menitip Reinald kepadanya.
“ Hanna, mbak malam ini menginap di apartement sahabat mbak, mbak sudah lebih dulu pulang sebelum Reinald pulang dari acara, mbak titip dia ya, takut dia mabuk. besok mbak akan kembali ke hotel. selamat malam Hanna.”
“lalu jika sudah begini apa yang harus ku lakukan?” gumam Hanna
melihat suaminya yang sudah terpejam, ia berinisiatif membuka sepatu dan juga mantel yang dipakai suaminya, pasti sangat tidak nyaman bukan tidur dengan menggunakan sepatu dan juga mantel?
sepatu dan kaus kaki nya sudah ia buka, namun ia sungkan membuka mantelnya, takut akan membangunkannya, setelah lama berfikir akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka mantel suaminya, ia fikir jika orang mabuk, pasti akan tertidur lelap bukan?
namun baru saja ia mendudukkan dirinya ditepi kasur, sebuah tangan menariknya, sehingga ia terjatuh di atas tubuh suaminya. mencoba melepaskan tangan suaminya, namun tarikan itu sungguh sangat kuat. dan tak lama sepasang mata coklat milik suaminya terbuka sempurna.
Hanna tidak bisa menyembunyikan degup jantung miliknya yang berdetak sangat keras, karena posisi wajahnya yang amat sangat dekat dengan suaminya, lama mereka saling menatap hingga tangan Reinald yang terbebas mengelus lembut wajah Hanna, mengelus lembut pipi Hanna, dan kemudian bibir ranum milik Hanna. lagi, Hanna mencoba melepaskan tangan milik suaminya dengan cara mengalihkan perbuatannya.
“ mas kamu sedang mabuk, lebih baik mas segera istirahat agar mas tidak pusing ketika bangun.”
namun masih tidak ada suara yang keluar dari Reinald, Reinald masih asyik memandangi wajah cantik milik Hanna. namun tanpa diduga, Reinald langsung menyambar bibir manis milik Hanna, memagutnya dengan sangat menggebu, seakan takut kehilangan. Hanna yang sudah sadar dengan apa yang terjadi langsung saja mendorong Reinald, ia tidak mau melakukannya tatkala sang suami sedang mabuk.
setelah berhasil melepas ciumannya, Hanna mencoba bangkit, namun belum sampai ia berdiri, sang suami sudah lebih dulu menariknya lagi, sambil tangannya memeluk erat pinggang Hanna.
“ jangan pergi.” pintanya
“ mas kamu mabuk, kamu harus istirahat”
“ aku mencintaimu, aku ingin memilikimu seutuhnya, tolong jangan pergi.” gumam Reinald
Hanna masih mencoba melepas pelukkan Hanna, ia bingung apa yang harus ia lakukkan, ia tahu bahwa suaminya kini sedang sangat bergaiirah, namun ia enggan melakukannya, ia hanya ingin melakukannya ketika sang suami dalam kesadaran, bukan dalam pengaruh alcohol seperti ini.
sambil terus meronta, Hanna mencoba melepaskan pelukan Reinald, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, haruskah ia memberikan hak suaminya sekarang? Reinald memang cuek terhadapnya, namun ia tidak pernah lalai dalam membirkan nafkah serta segala keperluannya dipenuhi.
lalu ia merasa tangannya basah, ketika ia melihat, ternyata suaminya sedang menangis sambil terus bergumam, jangan pergi, dan aku mencintaimu.
“ apakah kamu sadar mas dengan apa yang kamu ucapkan itu? untuk siapa kata cintamu itu? apa kamu sadar bahwa yang ada dihadapanmu saat ini adalah aku? gadis yang tidak kau inginkan dalam hidupmu mas.” gumam Hanna.
“ mas..” sambil menarik dagu suaminya. lalu ia menghapus air mata milik suaminya dengan jarinya.
setelah merasa Reinald tidak menangis, Hanna melepas mantel yang masih dipakai suaminya. setelahnya ia membaringkan tubuh suaminya seperti semula.
“ tidurlah mas, aku akan menemani mas.”
namun bukannya menuruti apa yang Hanna suruh, Reinald malah bangkit dan langsung menyerang Hanna, Reinald langsung menyambar bibir milik Hanna, namun kali ini secara perlahan, lama-kelamaan ciuman itu membuat Hanna hanyut juga, mencoba membalas ciuman sang suami, ciuman itu pun berubah menjadi ciuman panas yang saling menuntut, Reinald melepas sebentar ciuman itu, dan segera membuka kerudung instant yang dipakai Hanna, lalu ia melanjutkan lagi kegiatan yang sempat tertunda, perlahan ciuman itu turun menuju leher, meninggalkan jejak karena Reinald menghisapnya dengan sangat kuat. membuat Hanna hanya bisa pasrah dan juga mendesah.
“ sshh ahh mass.”
mendengar desahan Hanna, membuat hasrat Reinald seakan bangkit, masih sambil terus menyelusuri leher Hanna, tangan Reinal aktif membuka kancing-kancing piyama Hanna, lalu setelahnya ia melepaskan piyama tersebut dari tubuh Hanna, tak lupa ia juga membuka pengait bra milik Hanna, dan melepaskan bra tersebut, kini ciuman Reinald turun menelusuri tulang selangka, sambil salah satu tangannya memainkan payudaaranya, perlahan ciuman itu sampai pada salah satu payudaranya.
ketika mulut Reinald asyik menjilati putting payudaranya, tangannya yang satu langsung mengusap paha Hanna yang masih terbungkus itu. tak ingin membuang waktu, Reinald segera membuka kain tersebut, kini terpampang sudah tubuh polos milik Hanna, lagi, ia memainkan jarinya di dalam kemaluan Hanna, sambil lidahnya menjelajahi tubuh Hanna, mendapati perlakuan seperti itu dari suaminya, Hanna hanya bisa mengegrakkan tubuhnya secara gelisah dan juga mendesah.
tak sadar, kini mereka sudah sama-sama polos tanpa sehelai benangpun. Reinald menatap instens wajah Hanna, lalu setelahnya ia bertanya.
“ bolehkah?” tanyanya.
Hanna hanya mengangguk sebagai jawaban. ia juga sudah sama bergairahnya dengan sang suami, dalam hati kecilnya ia sedih, malam pertamanya harus dilakukan tatkala sang suami sedang mabuk, namun ia juga tidak bisa menolak tatkala melihat kabut gaiirah milik suaminya, namun tak dapat dibohongi juga, bahwa ia juga mendambakan sentuhan suaminya. ia berharap semoga apa yang ia lakukan malam ini dapat memperbaiki hubungan mereka. semoga.
Reinald memposisikan dirinya diatas tubuh Hanna, mengulangi cumbuannya dari awal, membangkitkan hasrat wanita di hadapannya, mencium, menjilat membuat jejak di tubuh Hanna, sambil ia mencoba menggesekkan miliknya pada milik Hanna, lagi, Hanna merinding dibuatnya, karena pengalaman yang baru pertama kali ia rasakan.
Hanna menjerit, merasakan sedikit perih tatkala Reinald mencoba memasukkan miliknya ke dalam milik Hanna, hingga pada akhirnya Reinald berhasil menembus milik Hanna.
“ ahh sa..sakit mas.”
untuk mengalihkan sakitnya, Reinald kembali mencumbu Hanna, tatkala sudah terbuai, barulah ia menggerakkan miliknya secara perlahan, perlahan-perlahan, lama-lama menjadi gerakkan yang cepat.
“ aahh.. masss”
Hanna menikmati rasa yang baru bagi dirinya, rasa yang melenakan, ia mendesah, mendesis, menikmati semua perlakuan Reinald. begitupun juga Reinald, entah sadar atau tidak ia juga merasakan rasa yang berbeda dari seperti yang ia rasakan sebelumnya. rasanya berkali-kali lebih nikmat.
hingga pada akhirnya mereka bersama mencapai puncak kenikmatannya. Reinald menyemburkan seluruh benihnya kedalam Rahim milik Hanna.
" sshh aahh mass Rei"
" sshh ahh sayang" desah mereka bersama.
malam ini, mereka melakukannya berkali-kali hingga mereka lelah, entah karena pengaruh alcohol yang membuatnya tidak sadar atau suasana nyaman yang dirasakan Reinald tatkala melakukannya bersama Hanna. seakan dia tidak pernah lelah melakukanya berasama Hanna, sampai Hanna merasa sangat lelah, pasalnya ini untuk yang pertama baginya, dan ia sudah harus digempur berkali-kali oleh suaminya.
akhirnya setelah berjam-jam melakukan aktivitas panas bersama, Reinald lebih dulu terlelap dalam tidur, menyisakan Hanna yang masih asyik memandangi wajah tampan milik suaminya yang kini ia berada dalam dekapan hangat suaminya, tertidur dengan beralaskan tangan Reinald, mereka tertidur hanya dengan selimut yang menutupi tubuh polos keduanya.
“ mas, aku harap, aku bisa selalu merasakan dekapan hangat milikmu, tidak mengapa aku tidak dapat memilikimu seutuhnya, asal kamu menganggapku ada, dan juga bersikap adil kepadaku, cukup sudah semua ini bagiku, aku sangat mencintaimu mas, apa kamu tidak bisa merasakan sedikit saja cintaku? semoga setelah ini, sikapmu bisa berubah hangat kepadaku.” gumam Hanna.
lalu setelahnya ia membalas dekapan hangat milik suaminya, Hanna berharap, waktu tidak cepat berlalu, karena ia merasa tidak rela melepas dekapan hangat Reinald, suaminya.