Celoteh Grace

1259 Kata
­­­­_____ Rania terkagum-kagum melihat isi rumah Grace Anastasia Loudin yang sangat mewah dan rapi tertata. Grace adalah istri dari kakak Alaric yang bernama Nevan Abiseka Gardapati. Nevan sendiri berprofesi sebagai dokter sekaligus direktur Rumah Sakit milik keluarga besar Rubiantara. Mereka sudah memiliki tiga anak, si kembar Austin dan Aaron yang berusia lima tahun dan Sydney, tiga tahun. Rania senang melihat keceriaan di rumah besar berlantai dua dengan pekarangan luas di sekelilingnya. Sepertinya kakak Alaric ini memiliki kehidupan yang berbanding terbalik dari Alaric sendiri. Kehidupan yang sangat sempurna, memiliki tempat tinggal super nyaman dan mewah, istri yang cantik, cekatan dan ramah, serta tiga anak yang lucu dan pintar. Rumah mewah itu benar-benar hidup. Yang paling mengesankan Rania adalah cerita Greta tentang uniknya kehidupan Grace. Grace memiliki saudara kembar yang tinggal di Melbourne. Grace sendiri adalah cucu pemilik perusahaan keuangan kenamaan yang bernama Akhyar, di mana Akhyar memiliki anak kembar sepasang. Grace sendiri memiliki anak kembar. Sungguh luar biasa. "Jadi dari kakek, anak, cucu, dan cicit selalu ada yang kembar?" decak Rania kagum. Pasti menyenangkan sekali memiliki saudara kembar. "Iya. Unik kan?" Rania menggeleng dengan mata membulat takjub. Saat mengesankan lainnya bagi Rania adalah ketika mengamati Grace memerintahkan anak-anaknya agar bersikap sopan dan tidak berebut mainan. Meskipun ada tiga pengasuh yang menjaga anak-anaknya, Grace tampaknya tetap serius mengawasi mereka. "Kayaknya dia fine-fine aja ya, Gre? Bisa 'hidup' sama Alaric," decak Grace setelah berhasil menenangkan anak-anaknya yang sebelumnya terlibat perkelahian kecil. Rania yang merasa disinggung Grace tersenyum simpul. "Kan udah biasa, Mbak. Udah sering ditinggal kewong," balas Greta santai. "Ya ampun, cantik-cantik begini disia-siain," decak Grace sambil melirik Rania. "Kira-kira aku kurang apa ya, Mbak?" tanya Rania dengan nada bercanda. "Kurang peka!" jawab Grace cuek. Bukannya tersinggung, Rania malah tertawa kecil menyadari kenaifannya. "Sama kurang pinter, Mbak. Udah tau Alaric gitu, masih juga iya-iyain Papa," decak Greta yang menyesalkan perbuatan papanya yang telah menjodohkan Rania dengan pria b******k yang bernama Alaric. "Yah, namanya cinta, Greta. Kamu mah karena belum pernah pacaran aja, jadi nggak pernah ngerasain cinta. Kalo udah cinta emang begitu, sering irrasional," Greta mencibir. Dia memang belum pernah menjalin hubungan dengan pria manapun meski usianya sudah menginjak dua puluh empat. Kata papanya sebaiknya jangan pacaran, sering sakit hati dan lelah pikiran. Setelah melihat persoalan yang dihadapi Rania, Greta bertambah yakin untuk tidak pacaran apalagi menikah. "Jadi ceritanya kamu tidur di kamar yang terpisah selama ini?" tanya Grace ke Rania. "Iya, Mbak. Tapi seneng kok, dia ngebebasin aku bekerja," jawab Rania. Dia tampak masih berusaha menutupi kehidupan rumah tangganya. "Masih perawan dong?" Rania mengangguk tertawa. "Ih. Rugi banget Alaric. Disodorin yang masih legit-legit begini malah milih yang udah benyek," omel Grace cuek. Greta terbahak mendengarnya. "Sakit nggak sih pas malam pertama, Mbak?" tanyanya. "Kok malah kamu yang nanya. Rania dong yang nanya," "Gimana dia mau nanya, udah pasrah nggak bakal disentuh lakinya," Grace terkikik. "Sakiiit. Tapi mah habis itu baru enak," Rania dan Greta tertawa terpingkal-pingkal melihat gaya bicara Grace yang cuek. "Hm, menurutku pernikahan Rania dan Alaric tuh nggak sah, soalnya niatnya udah melenceng dari inti pernikahan itu sendiri yaitu membangun keluarga yang bahagia. Udah tau Alaric nggak cinta dan nggak senang, tapi dipaksa, demi menyelamatkan kekayaan. Hm, Rania jadi tumbal," sesal Greta sambil memainkan ponselnya. Grace menghela napas panjang. Dia tatap Rania yang tertunduk. "Nggak juga sih. Kita bisa liat sisi lain. Apapun alasannya, setelah ucapan sumpah pernikahan dan terpenuhi syarat-syarat dan rukunnya, tetaplah setelah itu status keduanya adalah suami istri dan terikat pernikahan. Sah aja kok. Ada banyak juga yang menikah sungguh-sungguh, eh setelahnya malah menganggap pernikahan hanya status belaka. Suami istri saling memiliki selingkuhan," "Apa bedanya dengan Rania?" Grace merangkul erat Rania. "Yah. Namanya juga baru itungan minggu, Greta. Belum dua minggu malah. Masih ada harapan Alaric berubah," ucap Grace. "Perjalanan mereka berdua masih sangat panjang," lanjutnya penuh keyakinan. Greta lirik Rania dengan mata memicing. Dia orang yang sangat tidak tega mendengar kesedihan dalam hidup Rania. "Yakin ada harapan? Lah, dia aja begitu. Suami macam apa nggak kasih nomor kontak? Berarti dia nggak pernah mau komunikasi dengan istrinya kan? Asyik pacaran sama yang lain," "Yakin dong, Gre. Harapan masih terbuka sangat lebar. Saingan Rania mah cuma satu, Annabel. Alaric kan nggak pernah pacaran sama selain dari Annabel," "Annabel?" decak Greta bertanya. Dia tatap wajah Grace lamat-lamat. "Ya elah. Hemmm," Greta terbahak setelah menyadari apa yang dimaksud Grace. "Kamu lemot. Rania aja udah senyum-senyum dari tadi pas aku sebut Annabel, males banget nyebut nama," "Emangnya sekejam itu, Mbak?" tanya Greta penasaran. "Bukan kejam lagi sih. Suka buat-buat cerita. Manda udah kena, Nevan aja udah, aku jangan sampe, bisa aku putar kepalanya kalo dia singgung-singgung aku," "Kena gimana?" tanya Greta lagi. "Kalo Manda sih yang ditinggal sendiri di Raja ampat. Kalo Nevan difitnah selingkuh sama pasien. Lah, dia fitnah Nevan sama pasien yang emang udah aku anggap sodara. Malah Nevan live waktu operasi dia tuh ... lucu aja. Untung nggak kita tanggepin," "Kok bisa ya Alaric cinta banget sama dia," "Cinta pertama. Udah ngasih segalanya dan Alaric udah nyaman. Alaric tuh tipe-tipe yang kalo udah ngerasa nyaman, susah mau coba yang lain, nggak kayak kakaknya. Aku kan dulu putus nyambung pas pacaran ama Nevan. Dia sempat gonta ganti pacar, trus balik ke aku akhirnya," Greta manggut-manggut. "Nah. Kalo aku pikir-pikir nih, sudah betul tindakan keluarga memaksanya menikah dan mengancam. Kalo dibiarin terus-terusan, Alaric tuh nggak bakal mau menikah seumur hidupnya. Maunya senang-senang aja. Kan meresahkan ... mana si Annabel suka menggerogoti lagi," "Jadi menurut Mbak, Alaric bisa berubah suka Rania," "Apa yang nggak bisa? Rania cantik, baik, penurut. Pasti Alaric suka. Mereka belum berkesempatan saling kenal aja," Rania tersenyum kecut. Tapi dia senang mendengar kata-kata penuh dukungan dari Grace. Rasanya pantas sekali Grace memiliki kehidupan yang sempurna, kata-kata Grace sangat menginspirasinya. Greta lirik Rania yang sedari diam menyimak pembicaraan mereka. "Aku akan menikah sama siapapun yang jadi pilihan papaku, kalo kamu dan Alaric bisa baikan," ucap Greta tiba-tiba. "Hayoloh, aku saksinya," decak Grace. "Kamu pegang kata-katamu, Gre," Greta masih menatap Rania. "Kalo nggak, aku nggak akan menikah," lanjut Greta. Grace mencebikkan bibirnya mendengar sumpah Greta. Greta masih saja menyangsikan hubungan Rania dan Alaric bisa harmonis suatu hari nanti. "Jangan gitu, Gre. Nggak baik," lirih Rania pelan. "Habis aku geram sama kamu," "Aku kuat kok. Kan aku yang jalani semua ini. Aku bisa melewatinya, dan kamu lihat sendiri aku sekarang kan," ucap Rania. Dia tidak ingin Greta terus-terusan menyesali pernikahannya. Greta peluk Rania erat-erat. Rania terlalu cantik dan terlalu baik menerima cobaan hidup seberat ini. Rania sangat berkesan dengan kunjungannya di rumah Grace. Pun Grace yang merasa sangat terhormat dikunjungi Rania. Grace tak henti-henti memberi dukungan dan semangat untuk Rania. "Pasti akan ada satu hal yang akan membuat Alaric berpaling darinya. Aku yakin itu. Annabel bukan sosok yang sempurna, Alaric pasti memahaminya. Aku yakin suami kamu itu punya rencana. Hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat untuk melaksanakan rencananya itu," Meskipun terdengar mustahil, kata-kata Grace sangat menghibur perasaan Rania sore itu. *** ____ Malamnya... Hampir saja Rania memejamkan matanya malam itu, terdengar bunyi deru mesin mobil dari luar kamarnya. Dia mengira Alaric yang baru pulang dari kerjanya. Tapi dugaannya tidak benar, karena tak lama kemudian, dia mendengar suara perempuan batuk-batuk serta suara pria yang menenangkannya. Rania pun tidak jadi tidur karenanya. Rania bangkit dari rebahnya dan beranjak melangkah menuju jendela kamarnya. Dia singkap sedikit jendela kamar hendak mengetahui siapa yang pulang malam-malam begini. Rania terperangah, ternyata Bu Narti sedang dipapah Pak Jono memasuki rumah. Bu Narti terbatuk-batuk dan jalannya terlihat pincang. "Bu Narti..." desah Rania. Kini dia mengerti kenapa dua hari ini dia tidak mendengar suara-suara di dapur. ____
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN