"Biar aku," ucap Alaric. Setelah berpakaian, Alaric memakaikan baju ke tubuh Rania. "Ya udah. Di ruang tengah?" tanya Alaric lagi. "Ya. Aku mau tidur di sana aja.…” Alaric tersenyum tipis sambil mengamati wajah Rania yang masih pucat. "Kalo Mas nggak mau. Aku sendiri tidur di situ nggak papa," "Ah. Kamu. Mulai deh,” "Maksudnya?" "Ntar tambah sakit,” "Nyaman tidur di ruang tengah. Siang tadi aku tidur nyenyak banget di sana,” "Tapi kan jadi sakit,” Alaric perlahan mengangkat tubuh Rania dan menggendongnya. Kemudian membawanya ke luar kamar menuju ruang tengah. Alaric lega, suhu badan Rania perlahan turun. "Mas, temani aku ya?" rengek Rania tiba-tiba saat Alaric sudah merebahkan tubuhnya di atas sebuah sofa. Alaric terkekeh. "Iya. Nggak kamu pinta aku pasti temani. Bahkan kamu l