“Kamu mau menghubungi Rania?” tanya Alvaro. Alaric semakin terlihat gelisah. “Iya,” jawab Alaric berat. Alvaro lirik istrinya memberi kode untuk mengambilkan ponselnya. Dengan cepat Sherly bergerak menuju meja konsul yang tidak jauh dari posisi duduknya, mengambil ponsel suaminya dan menyerahkannya ke Alvaro. Sementara Alaric masih tertunduk lesu. “Halo, Rania,” ucap Alvaro. Dia tersenyum saat panggilannya disambut. “Iya, Om,” “Sibuk?” “Nggak juga. Baru aja pulang dari kantor Lurah. Urus santunan kematian Mama,” Alvaro pegang dadanya. Rania sungguh sabar. “Sendiri, Ran?” “Nggak. Tadi sama Om Taufik di kelurahan. Trus dia antar aku pulang,” “Noura dan Baiti masih di rumah?” “Dua hari lalu udah pulang, Om,” “Hm....” Alvaro lirik Alaric yang sudah duduk tegap. “Ada yang mau