Alaric senang melihat Rania yang begitu tenang menceritakan tentang mamanya. “Memang udah waktunya, Mas,” lirih Rania. Dadanya mulai sesak kembali mengenang mamanya. Alaric usap-usap bahunya dengan sedikit mendekapnya erat. “Nggak aku sesalkan kok. Nggak baik juga disesalkan terus. Aku senang udah ngerawat dia, liat senyum dia hampir setiap waktu....” Rania mendengus tersenyum. “Sampe dua kakakku iri sama aku. Kata mereka aku sangat beruntung nemenin Mama hingga akhir hayatnya. Mereka cukup lama nemenin aku sampe seminggu lebih di sini. Dua hari lalu baru mereka pulang ke rumah masing-masing,” Rania sangat tenang berada di sisi Alaric. “Capek banget kan sampe sini. Harus pake mobil besar. Mana bisa mobil kecil,” ucap Rania. Jalan menuju kampungnya tidak semulus jalan kota. Masih banya