8. Because Rosa (1)

1586 Kata
Setelah menghabiskan waktu cuti dengan sangat menyebalkan karena terus menerus diganggu oleh kehadiran Liandra. Hari ini Lisha kembali bekerja seperti biasanya. Saat Lisha baru saja turun dari taksi, dia melihat Rosa turun dari mobil yang tak asing lagi bagi Reyna, kaki nya yang jenjang melangkah dengan anggun memutari mobil. Kacamata bertengker indah di hidung mancungnya, gaya Rosa berjalan seolah-olah seperti seorang model papan atas. Sang pemilik mobil juga terlihat keluar dari mobil, Reza melihat Lisha yang berjalan sedikit lambat di depannya. Namun, dengan sengaja Reza mengabaikan Lisha, dia malah menarik Rosa untuk mendekat dan memberinya ciuman panas yang penuh gairah di depan semua orang. Rosa terengah-engah karena hampir kehabisan napas atas ciuman yang Reza berikan. "Reza, semua orang melihat kita. Hentikan itu!" ujar Rosa dengan sopan dan lembut, Roaa menyapukan tangannya di d**a Reza. Semua orang semakin menatap dua pasangan yang masih menjadi perbincangan panas di kantor itu dengan tatapan senang, seperti ikan yang sedang kejatuhan duri ikan yang cukup banyak. Awalnya mereka menghujat Rosa menjadi orang ketiga. Namun dengan liciknya Rosa malah membalikkan fakta itu, dia menyebar gosip jika Lisha-lah yang mempunyai lelaki baru yang lebih kaya sehingga malah meninggalkan Reza. Gosip itu segera tersebar luas pada orang-orang di kantor tempat mereka bekerja, mereka semua pun percaya begitu saja dengan omong kosong Rosa. Miris sekali mereka menuduh tanpa adanya bukti. Sebentar lagi Lisha pasti akan menjadi bahan ejekan sekantor, karena sebelumnya Lisha tidak mempunyai teman dekat selain Rosa. Dalam hidup yang penuh dengan kepura-puraan ini, seseorang tidak memperdulikan dusta dalam kata lagi yang mereka pedulikan hanyalah tahu sebuah informasi tanpa tahu kebenarannya. Reza melingkarkan lengannya di pinggang ramping Rosa, berkata dengan senyum genit dan suara yang agak cukup nyaring agar semua orang dapat mendengarnya, termasuk dengan Lisha. "Kau sangat menggoda sayang. Aku jadi Menginginkanmu lagi dan lagi." Mendengar perkataan yang begitu memuakkan dari mulut mantan pacarnya, Lisha segera melirik dengan pandangan mencemooh pada orang-orang yang memperhatikan mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh, Lisha segera berjalan melewati gerbang perusahaan tanpa melihat ke arah belakang. Reza melakukan semuanya dengan sengaja di depan Lisha untuk mengiriminya peringatan. Sayangnya, Lisha tak menunjukkan sesuatu yang di inginkan Reza seperti melabrak Rosa atau menangisi dirinya. Apakah tidak ada kata maaf lagi bagi Reza? Bagaimanapun juga Lisha adalah orang yang selalu Reza jaga, gadis manjanya yang begitu sangat ia sayangi. Apakah salah jika Reza mencari seorang perempuan untuk memuaskan hasratnya, sumpah demi apapun alasan Reza berselingkuh tidak ingin merusak masa depan Lisha kecuali Lisha sendiri yang menyerahkannya. "Baiklah Rosa, aku pergi sekarang." Reza mendorong bahu Rosa agar menjauh dengan sedikit kasar, dia masuk ke dalam mobil kemudian mengendarainya untuk pergi. Dari hari itu sampai sekarang, Reza tidak merasakan sedikitpun penyesalan atas apa yang telah dia lakukan. Mengingat status sosialnya, bermain-main dengan wanita merupakan masalah sepele baginya, asal tidak bermain hati di dalamnya semua ia anggap baik-baik saja. Tapi tetap saja, meskipun ini adalah Negara bebas, seharusnya Reza tidak boleh seenaknya seperti itu, mengingat dia tidak lagi sendiri dan sudah memiliki kekasih. Ibaratnya seperti, apakah akan ada orang yang mau makan dari bekas piring orang lain tanpa di cuci terlebih dulu? *** Agar tidak terlalu memikirkan masalah Reza dan Rosa, Lisha memutuskan untuk bekerja lebih ekstra berharap rasa itu terlupakan. Tetapi bagaimanapun juga, selalu ada seseorang atau sesuatu yang bertentangan dengan keinginannya. Selalu ada seseorang yang terus menganggu pikiran dan hidupnya. Jika boleh berbicara Lisha sudah sangat pusing melihat hidupnya yang berantakan. Di mulai dari masalah keluarganya yang meninggal karena dibunuh, meninggalkan teka-teki yang belum juga terpecahkan siapa pembunuhnya. Memikirkan Masalah perselingkuhan antara Reza dan Rosa dan berakhir harus masuk ke dalam kehidupan seorang Laki-laki yang tidak perlu di ragukan lagi kemapanan dan kepopulerannya, Liandra William. Andai saja masalahnya dapat terpecahkan satu persatu mungkin Lisha tidak akan sefrustasi ini. "Hei, Rosa! Apakah Mr. Reza mencampakkan Lisha karena Lisha berselingkuh? Oh Lihat lah betapa menyedihkannya dia." "Percayalah Rosa, kamu dan Mr. Reza terlihat Cocok untuk bersama. Jangan biarkan siapapun masuk kembali ke dalam kehidupan Reza." "Ya benar. Rosa dan Reza lebih cocok daripada Lisha dan Reza..." Rosa tersenyum miring, menurut Rosa apa yang dikatakan oleh rekan-rekannya memanglah sebuah kebenaran. Tetapi agar rencana berjalan lancar, Rosa punya cara lain. Dia akan merendah di hadapan orang lain. "Berhentilah berbicara seperti itu, Lisha dan aku adalah teman baik. Aku tidak ingin menyakitinya." Lisha langsung mendongak dari kegiatan menggambarnya . Mendengar perkataan langsung dari mulut Rosa membuat perutnya mendadak mual. "Ingat ya Rosa kita bukan lagi teman, ambil saja Reza karena aku tidak ingin menikah dengan sampah!" jawab Lisha dengan sinis. "Tolong jangan berkata seperti itu, Lisha." Rosa menggelengkan kepalanya. "Lalu apa yang harus aku katakan? Apakah perkataan ku barusan kurang pedas untuk sampai sepertimu. Rosa melirik kesana-kemari, tangannya sudah mengepal karena geram. Setelah beberapa saat, dia menyeringai dan berjalan mendekati Lisha. "Kau salah paham, Lisha. Aku hanya berusaha menghibur Reza kemarin, karena dirinya melihat kamu berselingkuh dengan seorang pengusaha sukses yang sudah berumur. Dia melihat dirimu berjalan ke arah hotel dalam keadaan mabuk dan di gandeng oleh seorang pria. Bukankah itu benar Lisha?" perkataan Rosa membuat Lisha membulatkan matanya. Dia tidak percaya Rosa akan membuat fitnah sampah seperti ini, kebaikannya selama ini pada Rosa tidak mendapatkan ganjaran yang setimpal. Mereka sudah berteman sejak Lisha menginjakkan kaki di Negara ini. Tetapi sebagai perbandingan, Lisha tampaknya lebih baik daripada Rosa dalam segala hal, bahkan pacar Lisha memiliki fitur dan latar belakang keluarga yang lebih baik daripada Rosa. Sehingga Rosa merebut Reza darinya. Lisha mengepalkan tangannya, memelototi wajah Rosa yang sangat tenang mengatakan itu, Rosa erkata Seolah-olah apa yang di ucapkan nya adalah kebenaran. "Pasti kau sedang bahagia sekarang. Menyenangkan sekali rasanya menjadi Nyonya Reza bukan? Aku tidak peduli semua tentangmu ataupun Reza. Sudah kubilang ambil saja dia. Satu lagi aku sudah tak butuh laki-laki b******k seperti Reza dan aku juga tak butuh sahabat receh seperti mu Rosa." jawab Lisha tenang namun dalam nadanya banyak sekali penekanan. Membuat Rosa ingin segera melayangkan tangannya pada wajah mulus Lisha. Namun, dia tidak ingin semua rencananya gagal untuk mengusir Lisha dari kantor ini dan menggantikan jabatan Lisha disini. Dia hanya perlu bersabar sedikit lagi. "Tidak!" bantah Rosa. "Aku tidak bermaksud untuk menjadi nyonya Reza. Aku dan Reza hanya_" Rosa menjeda ucapannya, lebih mendekat agar bisa berbisik di telinga Lisha. "Bagaimana kau bisa menyalahkan ku, jika kamu bahkan tidak bisa menjaga pacarmu? Cek kembali, dia tidak pernah menyentuhmu, bukan? Sebaliknya, dia lebih suka bercinta denganku atau wanita lain. Juga, kau tidak bisa membayangkan betapa dia menikmatinya berada di tempat tidur denganku dan berada di atas ku." sambungnya. Rosa mengenakan baju yang secara khusus menyorot pundaknya, hanya untuk memamerkan tanda-tanda yang ditinggalkan Reza di leher dan bahunya pada Lisha. "Lihatlah, dia begitu agresif Lisha." Rosa memperlihatkan bekas percintaannya dengan Reza di leher jenjangnya. Lisha merasa mual karena melihat bahu Rosa, dengan pandangan jijik di matanya, dia berkata kepada Rosa, "Maaf, aku salah. Kau bukan wanita simpanan, Tapi kau hanya salah satu dari pelacurnya Reza." Fakta bahwa Rosa tidak keberatan tidur dengan pria seperti Reza, datang sebagai kejutan bagi Lisha. Menurut pendapatnya, seorang pria yang memiliki banyak hubungan cinta dengan wanita lain seperti sikat gigi yang telah digunakan berkali-kali oleh berbagai orang. Dan Reza juga pria yang demikian. Atau lebih tepatnya sikat gigi semacam itu. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana Rosa bisa dengan senang hati menggunakan sikat gigi itu untuk menyikat giginya, tanpa mengeluh? Kata 'p*****r' yang diucapkan langsung oleh Lisha membuat Rosa malu sekaligus marah, tetapi dia harus menjaga Image nya agar tidak marah karena dia harus bermain halus dan manis di depan orang-orang di sekitarnya. "Omong kosong ..." jawab Rosa sedikit masam. "Omong kosong? Kau tahu perkataan ku benar, kan? Lagi pula aku lebih baik daripada mereka yang tidak tahu dan tahan bagaimana fungsi hidup tanpa laki-laki. Oh, dan terima kasih sudah mendaur ulang sampah yang tidak aku inginkan. " Segera, para penonton merasakan kecanggungan di dalam ruangan yang semakin intensif; mereka membuat alasan untuk pergi, dan bubar tak lama kemudian. "Ah Mr. Faris telah meminta ku untuk membawa desain-desain ini ke ruangannya segera, jadi maaf aku tidak bisa mengobrol banyak sekarang. "Lisha segera mengatur kertas-kertas yang berada di meja nya. Melihat Rosa bingung, membuatnya merasa sedikit lebih baik. Rosa sangat marah pada Lisha sehingga dia berencana untuk mempermalukannya sebelum dia pergi. Dia mengulurkan tangan untuk meraih tangan Lisha. Tetapi sayangnya, Lisha bergerak terlalu cepat, bukannya menangkap tangan Lisha, Rosa secara tidak sengaja menangkap gambar-gambar yang dipegang oleh Lisha. Kertas pun jatuh dan berserakan dimana mana. "Kau gila?!" Lisha bergegas dan langsung berjongkok untuk mengambil gambarnya dari lantai. seketika dia menatap Lisha yang sedang jongkok, sesuatu yang lain langsung menarik perhatian Rosa "Apa Merah? Ada tanda merah di leher Lisha, apakah dia benar sudah bercinta dengan pria berumur yang baru saja ku katakan?" batin Rosa. Rosa tidak bisa mempercayai matanya, saat dia dengan penuh perhatian memelototi tanda di leher Lisha. Meskipun bagian atas baju Lisha berleher tinggi, dia masih bisa melihat tanda merah disana. Rosa cukup pintar membedakan mana di gigit serangga dan mana yang di gigit manusia. Rosa dengan cepat memastikan bahwa itu bukanlah Reza yang melakukannya karena dia bersamanya saat kemarin dan sehari sebelumnya. Lalu siapa? Rosa diam-diam mengambil foto leher Lisha sebelum dia bisa melihat dan mengirimkannya ke Reza. Dia dengan gelisah menunggu untuk melihat reaksi Reza terhadap foto itu. Begitu Reza mengetahui bahwa Lisha telah tidur dengan orang lain, dia pasti akan menjadi sangat marah dan bukannya menelan penghinaan, karena itu semakin memastikan Reza dan Lisha akan segera berpisah, selamanya. Lisha sama sekali tidak menaruh curiga pada Rosa. Dia segera berjalan ke arah ruangan Mr. Faris untuk mengantarkan rancangannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN