Lisha tenggelam dalam pikirannya, membayangkan bagaimana asal-muasal semua masalahnya sehingga menjadi rumit seperti ini. Andai orang tuanya tidak meninggal secara tragis, andai dirinya tidak datang ke Negara ini, dan andai dirinya tidak menyetujui permintaan kakak dan orang tuanya untuk pura-pura terlihat sederhana dimata orang lain, mungkin dia akan ikut dengan orang tuanya dan meninggal bersama dalam perjalanan.
Jika Reza tidak mengkhianatinya, jika Rosa tidak merayu pacarnya dan jika dia tidak tidur dengan...Liandra. Mungkin tidak akan menambah beban masalahnya.
Jika takdir telah seperti ini, maka Lisha harus berbuat apa? Pergi kembali ke Negara asalnya. Itu sangat tidak mungkin mengingat kakaknya menyuruh Lisha tinggal disini karena sedang di asingkan dari musuh-musuh orang tuanya.
Butuh beberapa minggu untuk Lisha bangkit dari keterpurukan saat mengetahui orang tuanya meninggal secara tragis, dan sekarang masalah baru datang menghampirinya. Akankah Lisha mampu melewatinya? Atau malah menyerah dan menggantung lehernya sendiri?
Tapi, dia tahu kenyataan itu jauh dari imajinasinya. Dia menjerumuskan diri kedalam jurang yang salah ketika dia memilih untuk bersama Reza dan berteman dengan Rosa. Perselingkuhan dengan Liandra juga merupakan produk sampingan dari kesalahannya sendiri.
**
Setelah pulang kerja, Lisha baru saja akan meninggalkan kantor, ketika dia melihat mobil Reza diparkiran di gerbang perusahaan. Dia berusaha berpura-pura tidak melihat Reza dan berjalan melewati mobilnya. Tetapi, Reza keluar dari mobilnya dan berjalan lurus ke arahnya.
Lisha tidak sadar bahwa raut wajah Reza menunjukkan kemarahan padanya.
Awalnya, Reza bermaksud memberi Lisha waktu selama beberapa hari sampai dia menerima kesalahannya dan kembali ke dalam pelukannya. Tetapi kenyataan sangat mengejutkan dan mengecewakannya, Lisha berselingkuh dengan pria lain pada malam yang sama ketika dia mengetahui tentang perselingkuhannya dengan Rosa
"Berhenti! Talisha Apprillya!" Reza meraih lengan Lisha, dengan ekspresi marah di wajahnya.
"Lepas!" Lisha berusaha melepaskan tangan Reza dari cekalan nya dan Lisha masih berusaha menolak untuk melihat wajah Reza. Mencoba membuang pikiran pengkhianatan apa yang terjadi di kantor polisi, dan menghilangkan perasaan apapun yang dia miliki untuknya.
"Apakah anda sudah tidak waras?" tanya Lisha sedikit memekik.
Lisha selalu menunggu kolega-koleganya meninggalkan perusahaan terlebih dahulu, sebelum dia pergi. Jadi tidak ada orang di sekitarnya yang dapat membantunya.
"Kau adalah pembelajar yang cepat, Lisha! Karena kau berani mengkhianati aku. Katakan di mana kau berada kemarin dan malam sebelumnya!"
Kata-katanya mengejutkan Lisha, ketika dia berusaha menyembunyikan kebenaran darinya justru Reza dengan cepat mengetahuinya. Namun, sebisa mungkin Lisha tetap tenang menghadapi Reza.
"Mengapa aku harus menjawab, Reza? Kita sudah putus malam sebelum kemarin!"
"Sudah kubilang aku tidak setuju putus denganmu! "
"Aku sudah tidak mau lagi denganmu!"
"Itu sangat tidak mungkin!" Reza menggeram mengulurkan tangan untuk menarik kerah baju Lisha. Benar saja, dia melihat tanda merah yang menua di kulit putih itu. Dalam pikirnya, Lisha cukup membuktikan hubungan cintanya dengan pria lain.
"Talisha Apprilya! Siapa dia?!"
"Itu bukan urusanmu lagi!" Lisha menggigit bibirnya, dengan perasaan pahit di hatinya, karena dia tidak berani menyebut nama pria itu. Meskipun dia tidak punya niat untuk kembali dengan Reza, dia masih berjuang untuk mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Reza.
Menyadari bahwa Lisha menyembunyikan sesuatu darinya, Reza berusaha untuk membuang nafas kasarnya, mencoba menetralisir amarahnya yang tengah membuncah. Rasa hatinya seperti dipukul palu. Dia masih tidak bisa percaya bahwa wanita yang dicintainya selama setahun ini akan mengkhianatinya seperti itu.
Bukankah Reza juga berkhianat?
Dia menatap Lisha dengan marah, mencengkeram tangannya erat-erat dan hampir seperti ingin menghancurkan tulang-tulangnya.
"Katakan padaku!"
"Lepaskan aku, Reza." saat memikirkan keintiman tak terkendali yang ditunjukkan oleh Reza dan Rosa pagi ini, Lisha merasa tidak senang, dan karena itu Lisha tidak mau kalah, dia hanya menjawab," Kau tidak pantas tahu namanya! "
"Aku akan membuatmu dan pria itu menyesali ini, Lisha!"
"Satu-satunya penyesalanku adalah mengenal sampah seperti kau! Kenapa? Kenapa kau bisa tidur, tapi aku tidak bisa? Aku belajar dari dirimu!"
"Apakah pria dan wanita sama?"
"Ya, mereka sama! Aku benar-benar menyesal tidak selingkuh sebelum putus denganmu!"
Lisha bersyukur bahwa Reza bukan orang pertama yang dia cintai, kalau itu benar maka dia tidak akan berhenti merasa kasihan pada dirinya sendiri karena merasakan sakit nya di selingkuhi.
"Kau sangat menyebalkan, Lisha!" darah Reza seakan mendidih. Kemarahan di matanya sangat terpancar jelas. Sepertinya gumpalan api akan menyebar dari matanya untuk membakar wanita di depannya.
Takut oleh amarahnya, Lisha mencoba melarikan diri, tetapi Reza menangkapnya dan menyeret ke sisian mobilnya.
"Biarkan aku pergi!" tiba-tiba, Lisha mulai memiliki firasat buruk. Dia berjuang untuk bergerak ketika Reza berusaha membawa badan nya untuk masuk ke mobil milik Reza.
"J*lang, kau sudah ditiduri oleh pria mana saja? Sialan!"
Reza benar-benar kehilangan akal sehatnya dan merobek pakaian Lisha seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya, padahal keadaan mereka saat ini masih di antara luar dan dalam mobil. Kemungkinan besar pasti akan ada orang yang akan melihat dan membantu Lisha.
Sementara mencoba menghalangi Reza yang tengah di kuasai oleh nafsu amarah, Lisha mencoba mengajak otaknya untuk berpikir dari mana Reza mengetahui semua ini, "apa dari Liandra?"
"Sialan. Kali ini aku akan lebih percaya pada Rosa. Untung saja dia memberitahukan ku secepatnya. Jika tidak entah sampai kapan kamu berselingkuh dari ku" teriak Reza di depan wajah Lisha, Reza masih mencoba untuk melepaskan baju bagian atas Lisha.
"Reza, bukannya kau yang berselingkuh!"
Reza tidak menggubris pernyataan dari Lisha, Dia masih fokus pada pendiriannya untuk menyetubuhi Lisha sekarang juga.
Lisha menggeram marah. Namun, matanya hampir mengeluarkan air mata. Dia semakin benci pada seorang wanita yang tak tahu malu itu.
'Semuanya karena Rosa!'
Jika saja Rosa tidak berkhianat, mungkin kejadiannya tidak akan mungkin serumit ini.
Haruskah Lisha pasrah? Haruskah Lisha membiarkan Reza menelanjangi dan menggauli dirinya? Tidak! Lisha tidak boleh membiarkan semua itu terjadi. Cukup Lian saja yang sudah merusak dirinya, tidak dengan orang lain.