bc

The Puzzle Of Life

book_age18+
458
IKUTI
1.7K
BACA
forbidden
love-triangle
love after marriage
CEO
sweet
like
intro-logo
Uraian

Talisha Aprilia, adalah seorang gadis yang menjalani kehidupan sederhana disebuah Negara yang cukup jauh dari tempat kelahirannya. Dia bekerja sebagai designer di sebuah perusahaan fashion yang sangat terkenal.

Pada suatu malam dimana ia sangat frustasi dan mabuk karena perselingkuhan yang dilakukan oleh pacar dan sahabatnya sendiri, lalu ia bertemu dengan seorang pengusaha sukses, yang mau tak mau menjadikan hidup nya berubah sembilan puluh derajat. Dia adalah, Liandra William. Laki-laki dingin dengan segudang kesuksesannya.

Lika liku kehidupan percintaan selalu ia dapatkan. Teror dan perbuatan tak senonoh selalu didapatkan dari orang yang iri dan menganggap dirinya sebagai musuh. Apalagi saat dia dituduh melakukan plagiarisme dan  melakukan skandal. Belum lagi teka-teki keberadaan keluarganya masih menjadi misteri, seperti potongan puzzle yang hilang dan sulit sekali untuk di satukan. Dan sial sekali takdir malah mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang juga sedang mengumpulkan sebuah puzzle untuk melengkapi kekosongan nya. Sama-sama memiliki sebuah kekurangan yang amat besar, akan kah mereka mampu menghadapinya?

Di balik semua itu ada Reza-mantannya, meskipun dia telah melakukan hal diluar kewajaran dengan Sahabat Lisha, Rosa. tetapi dia selalu bersikeras untuk mendapatkan Lisha kembali tidak peduli dengan apa yang telah ia lakukan. Bayang-bayang masa lalu dengan Lisha selalu menghantui benaknya.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Death and Puzzle
Seorang laki-laki keluar dari mobil mewah dengan gaya angkuhnya, kacamata hitam masih membungkus mata yang menyiratkan segala kesedihan dan kebencian. Kebencian pada keluarga yang sedari dulu selalu melakukan hal licik pada siapapun, termasuk pada dirinya dan juga kakeknya yang baru saja meninggal dunia. Kabar mengejutkan datang dari Revano, saat Liandra sedang melakukan meeting penting dengan klien. Revano mengatakan jika Alan-kakek kandungnya, menghembuskan nafas terakhir pada pukul 10:00 AM Waktu Negara Setempat. Keterkejutannya bukan hanya disitu saja, karena setelah sekitar satu setengah jam mengudara, dia mendapat kabar kembali jika kakeknya sudah selesai dimakamkan. Hal itu membuat Liandra sangat kesal dan marah dalam waktu yang bersamaan. Bisa-bisanya mereka menguburkannya Alan tanpa sepengetahuannya, dirinya saja belum sempat melihat wajah terakhir kakeknya. Lian belum sempat menghadiri penghormatan terakhir untuk kakek yang selama ini menjadi panutan hidup dan juga sangat menyayanginya setelah kedua orang tuanya tiada. Wartawan mulai mengerubungi Liandra saat dia tengah berjalan di atas karpet hitam menuju gedung upacara penghormatan mendiang kakeknya. Namun dengan segera para bodyguard menghalangi para wartawan yang ingin bertanya pada Liandra. Dengan langkah lebar, akhirnya Liandra sampai ke dalam gedung. Banyak orang yang ia lihat terutama orang penting yang dikenalnya sampai yang tidak dikenalnya. Pandangannya jatuh pada Nenek tirinya-Erlin. Nenek tiri yang sudah hampir sepuluh tahun menikah dengan Alan, tetapi sampai sekarang Lian tidak pernah mau menerima kehadirannya. Poin pertama mengapa Lian tidak menerima kehadirannya adalah usia Erlin yang masih terbilang muda. Kakeknya menginjak kepala tujuh, sedangkan, Erlin baru akan menginjak kepala empat. Ditambah dengan anaknya yang membuat Lian kesal, Reza pria itu sering pulang pergi ke tempat yang di sebut surga dunia oleh orang-orang, tapi tidak dengan Lian. Anak tiri kakeknya berarti adalah pamannya. Lian tidak pernah mengakui Reza sebagai pamannya. Menurutnya Reza hanyalah orang asing yang beruntung mendapatkan marga William setelah Erlin menikah dengan kakeknya. Tetapi, jauh di lubuk hati Lian, dia tidak pernah membenci Reza melainkan dia membenci Erlin yang memanfaatkan Reza hanya untuk kepentingan hidupnya saja. Poin kedua mengapa Lian tidak menyukai Erlin karena Lian pernah melihat Erlin berkencan dengan pria lain. Sudah sangat terpikirkan oleh pemikiran Lian jika Erlin menikah dengan kakeknya hanya ingin harta. Bayangkan saja, untuk apa Erlin menikah dengan kakeknya jika bukan karena harta. Percintaan yang panas dan keromantisan? Sepertinya bukan itu. "Akhirnya kau datang juga Lian, kakek mu telah berpulang dengan tenang, kau harus sabar." Erlin telah berada di hadapan Liandra dengan anaknya yang setia memegangi tangan kanan Erlin. Matanya terlihat bengkak akibat menangis. "Menangis lah sekarang, untuk meyakinkan semua orang jika kematian kakekku murni karena takdir." Lian berbicara dengan dingin tanpa melepas kacamata hitamnya, Erlin terkejut dengan perkataan yang dilontarkan oleh cucu tirinya. "Jaga bicaramu Liandra! Jangan karena kau tidak terima kakek mu meninggal, maka kau menyalahkan ku seolah-olah aku adalah dalang dibalik kematian Presdir Alan." ucap Erlin. Semua orang memandang Erlin dengan tatapan bertanya, mencoba mencerna dengan baik perkataannya. Erlin melirik ke arah sekitar lalu mulai menyadari kecerobohannya. Erlin kembali menangis dengan histeris, "Ayolah Lian, aku adalah pengganti kakek mu. Kau bisa menjadikanku tempat sandaran dan juga tempat keluh kesah mu selama sisa hidupmu" Liandra membuka kaca mata hitam yang membungkus matanya, lalu menyeringai pada Erlin, "Tentu saja nenek, aku akan menjadikan dirimu tempat keluh kesah selama hidupmu bukan selama hidupku. Dan juga siapa yang menuduh mu sebagai dalang dibalik kematian kakekku? Bukankah kau yang bilang kau bukan dalangnya?" Liandra menaik turunkan alisnya. Bibirnya melengkung, membentuk seringaian kecil. Liandra berjalan menghiraukan Erlin, segera menuju tembok peringatan. Menaruh bunga di samping foto kakeknya, merenungi segala sesuatu yang beberapa hari ini ia bicarakan bersama kakeknya "Hidup itu layaknya sebuah puzzle, Lian. Masih banyak potongan yang harus diselesaikan. Tetapi tidak boleh sembarangan memasukkan potongan tersebut" ujar Alan. Mereka berdua sedang berada di kamar pribadi milik Alan, hanya untuk sekedar berbincang masalah penting sampai tidak penting sekalipun. "Ada potongan puzzle yang ukurannya pas tetapi tidak dengan bentuk gambarnya. Lebih serius lah dalam memilih, agar tidak menyesal di kemudian hari seperti kakek mu ini." sambungnya kembali, membuat Lian yang sedang menikmati secangkir kopi melirik ke arah kakeknya, Lian memiliki pemikiran yang cepat tanggap. Akan tetapi kali ini dia tidak dapat mencerna perkataan kakeknya dengan baik. "Apa kakek tidak bahagia?" tanya Lian. Karena dia masih bingung harus menanyakan apa pada sang kakek. Alan tertawa kecil, namun beberapa detik kemudian tawanya tak lagi terdengar, membuat Lian tersenyum sumbang. "Lian, jangan percaya pada siapapun selain hati mu. Masih banyak orang yang berlaku baik tetapi saat di belakang mereka jahat. Tugasmu hanya satu mengumpulkan potongan puzzle yang hilang. Setelah puzzle itu sempurna. Kau tidak perlu melakukan hal ekstra untuk melawan para musuh" Lian semakin bingung dengan perkataan kakek nya. Puzzle dan musuh. Namun, hal itu akan ia pikirkan nanti saat pulang ke mansion-Nya. "Pulanglah, Kakek akan istirahat. Nanti temui kakek lagi jika kau sudah mengerti" sambung Alan, dia kembali ke ranjang besarnya dibantu oleh Liandra. Setelah berpamitan pada Alan, Liandra keluar dari kamar tersebut, pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada nenek tirinya yang berada di teras depan sedang menyiram bunga berwarna-warni. Terdapat banyak bunga Ranunculus, Lily dan mawar. Namun, Lian tidak peduli dengan semua bunga dan nenek tirinya itu. Lian menggenggam kacamatanya dengan erat, masih belum percaya jika kakeknya akan pergi meninggalkannya begitu cepat. Sekarang siapa yang akan menjadi panutan bagi dirinya? Siapa yang akan menjadi penasehat dan pembimbing terbaik untuk nya? Hidupnya sendiri, Liandra benar-benar merasa sendiri sekarang. Ternyata arti dari perkataan kakeknya tempo hari adalah pengkhianatan, kecurangan dan kematian. Liandra bertekad akan mengumpulkan semua puzzle nya, menegakkan keadilan atas kematian kakek dan juga orang tuanya. Liandra tertawa sumbang air matanya ia tahan agar tidak menetes. Namun, tidak bisa. Di sela-sela eratan tangan pada kacamata hitamnya dia menunduk, menangis mengeluarkan air matanya dalam diam. "Menangis lah, sekarang adalah waktu yang tepat untuk dirimu menangis." ujar seorang laki-laki paruh baya menepuk bahu Liandra. Tanpa melihat siapa orang itu pun, Liandra sudah tahu jika dia adalah orang kepercayaan kakeknya-Aderald. Orang yang selalu ia panggil paman sedari kecil, orang yang begitu baik pada keluarganya, dan orang yang begitu tahu seluk-beluk hidupnya. Mungkin Aderald, termasuk pada potongan puzzle yang sedang ia cari, yang sekarang hanya diisi oleh dirinya dan juga Revano saja. Ya, Revano adalah orang pertama yang Lian masukan ke dalam daftar orang yang tidak akan berkhianat dan juga orang yang akan selalu membantunya. Liandra mengangguk, dia menghela nafas kasarnya, mengusap air matanya secara perlahan sampai tidak tersisa. Dia memakai kembali kacamata hitam, berbalik arah melihat semua orang yang sedari tadi tengah melihatnya. "Perhatian semuanya! Karena kematian kakek saya begitu cepat. Jadi saya akan menegakan keadilan untuk kakekku. Atas nama Pewaris William satu-satunya saya akan mengotopsi jasad Presdir Alan Pardew William." ujarnya lantang membuat semua orang terkejut dan langsung berbisik-bisik tak jelas. Erlin kembali menangis dengan histeris mendengar itu. "Kenapa kau setega itu pada kakek mu sendiri Lian? Biarkanlah kakek mu tenang di sana. Apa yang kau cari? Bukankah kau mendapatkan bagian yang sangat besar dan wajar dari William. Aku atas dasar nama istri Presdir Alan William tidak setuju dengan keputusan dari Liandra William" sargah Erlin dengan air mata yang terus menerus mengalir dari matanya. "Saya adalah orang yang paling berhak atas nama William. Tanpa kakekku kau bukanlah apa-apa," Jawab Lian dengan nada dinginnya. "Tapi suamiku akan setuju denganku, percayalah Lian" Lian tidak menggubris perkataan Erlin, Lian segera bergegas pergi. Ada banyak hal yang akan ia urus bersama orang kepercayaan kakeknya dan juga orang kepercayaannya. "Mr. William apa maksud anda berbicara seperti itu?" "Mr. Apakah benar anda akan melakukan otopsi pada jenazah tuan Alan?" "Mr. Lian mengapa Anda ingin melakukan otopsi?" "Mr. Jawablah sebentar. Kenapa~" Mobil yang dinaiki oleh Liandra akhirnya terbebas dari kerumunan wartawan. Liandra menghela nafas leganya, melihat ke arah jalanan dengan pandangan kosong. Kenapa kakeknya meninggalkan banyak sekali teka-teki, bahkan kematian orang tuanya yang terbilang tragis dua tahun yang lalu pun belum ia temukan kepastiannya. Kenapa kakeknya sangat tega membiarkan dirinya sendirian di dunia, Liandra benar-benar sendiri tanpa kakeknya. "Tuan Liandra, apa anda baik-baik saja? Mau pulang atau menghadiri rapat agen." ujar dan tanya Revano dari balik kemudi. Lian tersadar dengan lamunannya lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Kematian satu orang membawa segudang teka-teki untuk hidupnya. "Rapat!" balasnya singkat tetapi menegaskan, membuat Revano mengangguk mengerti. Tentang kematian kakeknya yang meninggal secara mendadak. Tentang kematian orang tuanya yang terbunuh secara tragis. Dan juga tentang potongan puzzle yang harus segera dikumpulkan sebelum ada korban lain yang datang. Akankah dirinya mampu untuk memecahkan segala teka-teki yang ada di hidupnya? Akankah dirinya mampu memenangkan semua pertandingan yang diciptakan oleh musuh-musuh nya? Memang sulit, namun Liandra harus tetap mampu mencarinya. "Perjalanan kehidupan manusia bagaikan sebuah puzzle, selalu ada kepingan yang harus di satukan."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Perfect Honeymoon (Indonesia)

read
29.6M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.6K
bc

Chain Of The Past ( Indonesia )

read
4.1M
bc

Satu Jam Saja

read
594.1K
bc

Living with sexy CEO

read
279.1K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.9K
bc

His Secret : LTP S3

read
656.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook